17. The Knight.

28 7 1
                                    

Alaric harus menolak ketika Allea meminta untuk ikut bersamanya dalam mencari keberadaan Reina saat ini. Hal ini dimaksudkan agar sang putri tetap berada di istana yang dirasa olehnya lebih aman. Ditambah lagi, putri harus berjalan dengan menutup mata tentunya tidak akan banyak membantu dalam misi pencarian. Allea tersinggung karena merasa dirinya seperti beban untuk sesaat. Namun, akhirnya ia bisa mengerti dan membiarkan Alaric pergi menjalankan tugas.

Dengan langkah tergesa, Alaric pun akhirnya keluar dari kamar Putri Allea. Namun, niatnya untuk pergi sendiri pun tidak terealisasikan karena dua orang kesatria penjaga putri lagi-lagi menghalangi. Kali ini bukan untuk mencegat tetapi untuk menawarkan bantuan. Sempat ragu karena putri tidak ada yang menjaga tetapi Alaric akhirnya pun menyanggupi. Daripada hanya seorang diri akan lebih baik jika mendapatkan bantuan.

Joan Ragnus dan Vubert Mayer adalah nama dari dua kesatria tersebut. Alaric juga sudah mengetahuinya sejak ia tinggal di istana Kerajaan Mandevilla beberapa waktu lalu. Ia hanya mengangguk dan membiarkan dua kesatria itu ikut bersama dengannya. Namun, baru saja hendak keluar dari pintu utama istana untuk mencari keberadaan Reina, Alaric justru sudah melihat kedatangan wanita itu di depan pintu utama.

Tubuh Reina terbang dengan diselimuti bubuk berwarna keemasan. Situasi yang sedang kacau membuat ia tidak diperhatikan oleh orang sekitar. Alaric pun segera menghampiri Reina, begitu juga dengan Joan dan Vubert. Di samping tubuh melayang Reina, Cyanne si peri kecil sudah menangani tersedu-sedu.

"Tolong. Selamatkan sahabatku. Lukanya sangat parah," ucap Cyanne mendekat ke wajah Alaric.

"Tentu. Itu memang tujuan utama kam," jawab Alaric serius.

Air mata Cyanne berhenti mengalir ketika mendengar hal itu. Ada binar kelegaan dan kebahagiaan ketika ia mendengarnya. Namun, permasalahan baru saat ini adalah bagaimana mengatur tabib istana untuk memberikan penanganan sedang mereka juga sibuk oleh banyaknya pasien yaitu pelayan istana yang pingsan.

"Jangan khawatir, Pangeran Alaric. Ada seorang tabib yang secara khusus melayani Putri Allea. Beliau mungkin akan berkenan menyelamatkan wanita ini." Vubert bersuara.

Di dalam istana, sudah biasa jika tabib memiliki banyak regu khusus. Tabib yang memang untuk merawat pelayan istana, tabib khusus prajurit, dan juga tabib untuk bangsawan serta tabib untuk keluarga kerajaan. Tabib lain bisa saja membantu pekerjaan tabib lainnya pula di luar tugas regu mereka ketika dibutuhkan. Tetapi, biasanya tabib khusus keluarga Raja tidak akan menyentuh pasien lain agar terhindar dari risiko tertular penyakit yang akan ditularkan kembali ke keluarga kerajaan.

Dilihat dari situasi di dalam, lokasi yang menjadi tempat para prajurit yang menyelamatkan pelayan yang pingsan dan terluka akibat berlarian, tidak terlihat tabib yang memang secara khusus merawat Putri Allea. Tabib yang dimaksud oleh Vubert pasti ada di suatu tempat.

"Sebelum itu, Reina harus dibaringkan di sebuah kamar terlebih dahulu," ucap Alaric.

"Saya akan mengantarnya ke kamar tamu kerajaan, Pangeran Alaric. Lokasinya di lantai dua paviliun tamu sebelah utara dari gedung istana ini. Saya akan menggunakan kamar pertama." Joan menawarkan. Alaric hanya mengangguk sebagai jawaban lantas meminta Cyanne agar mengikuti Joan ke ruangan yang dimaksud. Sedangkan Alaric sendiri pergi bersama Vubert untuk menemui sang tabib.

Tabib tersebut berada di kamarnya. Ia adalah tabib yang jarang keluar dari kamar dan lebih suka menyendiri untuk meramu berbagai obat dan melakukan penelitian. Sesuai dengan permintaan sang tabib untuk memiliki kamar yang luas di dalam istana serta adanya ruang khusus penelitiannya di sisi dalam kamarnya. Alaric dan Vubert langsung masuk ke dalam kamar tersebut tanpa mengetuk pintu karena terburu-buru. Mereka berdua melihat sang tabib yang sedang duduk di sudut ruangan dengan sebuah meja. Tangan tabib itu sibuk mencampur-campurkan dedaunan yang mungkin adalah obat-obatan herbal lalu menumbuknya dengan alat yang ada.

"Hei, Pak Tua. Bisa-bisanya kau masih bisa bersantai dengan obat-obatanmu padahal situasi sedang kacau seperti ini." Vubert mengeluh. Agaknya mereka sudah cukup akrab sejak lama sehingga tidak ada formalitas yang tersisa.

Sang tabib yang dipanggil Pak Tua itu juga tidak keberatan dan justru tertawa. Dari fisiknya memang sudah terlihat bahwa pria itu cukup tua. Warna rambutnya sudah bercampur antara hitam dan putih. Ada beberapa keriput di area dahi dan sekitar mata. Alaric jadi merasa canggung sendiri karena ucapan Vubert yang tidak ada sopan-sopannya.

"Jika aku berteriak dan meronta-ronta panik sekalipun tidak akan mengubah suasana menjadi lebih baik, bukan?" Tabib itu berkata yang memang benar sekali ucapannya.

"Setidaknya kau bantu-bantu merawat banyak orang yang terluka di luar sana." Vubert lagi-lagi mengajak adu mulut kesannya. Tetapi ucapan itu justru kembali direspon dengan jenaka disertai dengan kekehan kecil dari si tabib yang sudah menghentikan aktifitasnya.

"Jadi, apa yang harus kulakukan saat ini?" Mungkin tabib itu juga sudah tidak mau berbasa-basi sehingga langsung ke intinya.

"Ada seorang penyihir yang harus kau sembuhkan." Vubert menjelaskan dengan singkat.

Si tabib bukannya tidak tahu menahu akan hal itu. Meskipun ia berada di dalam kamarnya, bukan berarti ia tidak memperhatikan apa yang terjadi di luar. Ia juga mendengar jelas tentang penjatuhan kutukan terhadap seluruh wanita di Kerajaan Mandevilla. Pun ia menyaksikan sekilas pemandangan di langit yang memperlihatkannya pertarungan antara dua orang penyihir dengan sengit. Dari pertarungan yang disaksikannya meskipun ia tidak tahu sihir, tetapi ia bisa menebak siapa yang akan menang dan siapa pula yang akan kalah. Jika Vubert sudah berkata demikian, maka bisa disimpulkan wanita penyihir yang kalah itu yang akan menjadi pasiennya.

"Aku sesungguhnya tidak bisa mengobati orang lain selain hanya anggota kerajaan dan kau tahu itu, Vubert." Pernyataan tabib itu benar, Vubert menanggapinya dengan decakan lidah.

"Putri Allea sudah menurunkan ijin." Vubert menjelaskan.

Tabib itu pun tidak banyak bertanya karena situasinya memang sedang genting. Sehingga ia hanya menyiapkan alat-alat ke dalam sebuah tas besar dan kemudian pergi bersama dengan Alaric dan Vubert. Mereka bertiga pun segera menuju ke sebuah kamar yang tadi Joan sampaikan. Begitu tiba, mereka lupa lagi mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam sana. Reina sudah dibaringkan di atas tempat tidur sedangkan Joan dan Cyanne menemaninya dengan duduk di tepian tempat tidur.

Tabib pun kemudian menghampirinya membuat Cyanne dan Joan berpindah memberikan ruang agar tabib bisa memeriksa dengan leluasa. Meskipun Reina adalah seorang penyihir, tetapi ketika tabib menyentuh tangan dan memeriksa lukanya, tubuhnya tidak jauh berbeda dengan manusia biasa. Sistem metabolisme tubuh pun juga sama, darah mereka juga sama, semuanya sama. Hanya penguasaan sihir saja yang membuat mereka menjadi berbeda.

"Aku bisa menangani ini." Tabib tersebut memberitahu.

Cyanne, dua kesatria, dan juga Alaric saling pandang sesaat lalu mengangguk. Mereka berempat akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut agar sang tabib tidak terganggu ketika melaksanakan pengobatannya.

.
.
.

🌹🌹🌹

Bersambung ~

The Prince And The Cursed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang