Eps - empat (four)

1.3K 72 4
                                    

Hari telah berganti. Nathan kini sudah diberi izin oleh Thea untuk sekolah. Seperti sebelum kejadian penganiayaan itu terjadi. Jack lagi lagi berangkat kesekolah bersama dengan Nathan.

Kali ini tanpa ada unsur paksaan. Lelaki bernetra sipit itu yang mengajak Nathan, lebih dulu. Nathan awalnya sempat tak percaya. Ia menganggap bahwa telinga nya bermasalah. Bukan Nathan saja yang tak percaya sekaligus kaget. Namun seluruh anggota keluarga yang lain nya.

Kini keduanya telah tiba ditempat yang dituju. Nathan hendak melangkah pergi, kekelas. Tetapi, suara Jack yang terus memanggil namanya, spontan membuat dirinya berhenti dan berbalik.

Nathan memandang, bingung "Kenapa kak?" Tanya Nathan. Apa dirinya membuat kesalahan lagi? Dan Jack tak suka. Nathan merasa cemas seketika.

Astaga .... Ini masih terlalu pagi untuk mendapatkan kekerasan. Terlebih dirinya baru saja sembuh.

Jack hanya diam, lelaki itu berjalan ke arah Nathan. Nathan spontan memejamkan matanya.

CUP!

Jack mencium dahi Nathan tanpa aba aba. Nathan mengerjap ngerjapkan matanya. Apa tadi Jack baru saja mencium nya?

Hari ini benar benar penuh kejutan...

Nathan diam terpaku. Ia mendadak blank, tak tahu harus bereaksi apa. Entah ia harus sedih atau pun senang.

"Semangat belajarnya." Jack mengusak usak surai hitam sang adik. Lelaki itu berucap seraya tersenyum, menampakkan senyuman manis nya, yang memang jarang sekali bahkan hampir tak pernah Nathan lihat.

Sangat manis!

"E-eh! Iya, makasih kak! Aku pergi kekelas dulu."

"Iya sayang." Jack melambaikan tangan nya sebagai tanda perpisahan. Lalu, lelaki itu juga ikut pergi kekelas, setelah merasa Nathan sudah tak terlihat lagi.

°°°

"Waduh, gimana taruhan nya? Udah mulai dijalanin apa belum nih?" Tanya Erick. Ia menghampiri Jack yang baru saja tiba dikelas.

Lelaki tampan itu merangkul sahabatnya, mimik wajah Jack pagi ini begitu masam.

"Kenapa sih Lo? Pagi pagi udah ditekuk gitu mukanya. Kaya cewek pms." Ledek Erick. Jack melemparkan tas nya, tepat mengenai punggung Erick. Si empu hanya bisa mengaduh sakit.

"Geli gua, anjing! Mana ada 29 hari lagi."

"Sabar, bro. Demi 45 juta."

Jack mendengus, sebal. "Lo kalau ngasih ide taruhan yang bener aja, anjing! Kayanya sengaja banget."

Ya, memang. Erick telah menyusun rencana ini sejak lama, tentunya ide ini ada karna Resha juga.

"Jadi mau batalin nih? Yaudah, Lo bayar ke gua 25 juta, ke Resha 20 juta." Kata Erick, dengan raut santai.

"Lah?! Mana bisa begitu anjing! Diperjanjian nya juga gak ada!"

"Lo gak nanya, goblok!"

Sialan!

Ini seperti jebakan, dan Jack sudah masuk kedalam perangkap yang dibuat oleh dua bocah tengil itu, Erick dan Resha.

"Bangsat! Lo nya gak ada jelasin, nge. Biasanya juga dijelasin. Ah, tai! Sengaja emang lo."

Erick terkekeh, "Emang sih, sengaja dikit doang elah! Sensi bener. Cuman satu bulan ege. Gak lama."

"Bagi Lo, bagi gua mah kaya satu abad."

"Udah deh. Bacot banget, tinggal jalanin doang. Ribet banget Lo."

Ayolah! Tak semudah itu.

"Tai! Iya deh iya, anjing!" Pekik Jack, berserah. Ia tak mau berdebat karna masalah sepele, seperti ini.

À partir de paris [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang