6. become a new person

1.2K 87 54
                                    


"Tidak ada gunanya mengingat masa lalu, jika hanya mendatangkan rasa sakit." Cherly

Vincent tak henti-hentinya menatap Cherly yang sibuk memilih berbagai macam bunga, untuk dirangkai bersama karyawan sang ibu. Kebetulan hari ini ada begitu banyak pesanan yang datang, sehingga Risa sebagai pemilik toko bunga harus ikut turun tangan juga. Sebetulnya toko bunga ini baru dibangun dua minggu yang lalu. Risa berencana membuka toko bunga karena Cherly akan pindah ke luar negeri. Dia yang begitu dekat dengan gadis itu tentu saja akan merasa sangat kesepian, jadi untuk menghilangkan rasa sepinya ia memilih untuk membangun toko bunga. Tapi ternyata Tuhan memberinya kesempatan untuk bersama gadis itu kembali, walaupun dalam keadaan yang sangat berbeda. Namun ia tidak menyesal mendirikan toko bunga itu, karena sekarang bisa menghabiskan waktu di sana bersama Cherly yang terlihat tertarik dengan rangkaian bunga.

"Vincent, tolong bantu mama potong pita ini." Pinta Risa, sejak tadi ia memperhatikan putranya yang terus saja menatap Cherly dari jauh. Semalam Vincent memang mengatakan tidak ingin terlalu memaksa Cherly untuk mengingatnya. Dia akan mengikuti proses penyembuhan gadis itu agar tidak semakin jauh, dirinya memaksakan Cherly untuk mengingat dan dekat dengannya.

Vincent yang merasa dirinya dipanggil segera menatap sang ibu, dari senyuman yang diberikan oleh ibunya ia sudah tahu jika wanita yang sudah melahirkannya itu sengaja. Untuk saat ini ia memang hanya akan meminta bantuan ibunya untuk dekat dengan Cherly. Karena dari semua orang yang ada di sekitar gadis itu hanya ibu Vincent lah yang membuat Cherly nyaman.

"Nih, pegang. Biar gue yang penting." Cherly menyodorkan pita yang sudah di ukur pada Vincent.

Pemuda itu tampak mengerikan keningnya saat melihat Cherly akan memotong pita dengan manual. Padahal yang ia tahu di toko bunga milik ibunya sudah ada pemotong pita otomatis.

"Pemotong pita yang aku beliin kemarin mana mah?" Tanyanya, menatap sang ibu.

Risa yang sedang asyik bersama salah seorang karyawan langsung terdiam. Ia menoleh dengan kikuk menata putranya yang kini juga menatap dirinya penuh tanda tanya. Risa tampak membuang nafas pelan karena putranya tidak peka dengan apa yang dia lakukan saat ini. Ingin rasanya Risa memukul kepala pintar Vincent dengan tangkai bunga mawar yang masih berduri.

"Rusak, iya rusak. Kemarin nggak sengaja jatuh jadi itu ada yang, em, ah intinya rusak. Udah kamu bantu cari aja nggak usah banyak tanya." Risa jadi bingung harus menjawab apa, karena pemotong pita yang Vincent belikan sudah diamankan oleh karyawannya.

"Oh, oke. Besok Vincent beli lagi buat mama." Katanya, terlihat masih belum peka dengan apa yang ibunya sedang rencanakan.

Risa hanya bisa menghela nafas, Vincent ini tipe orang yang tidak peka, sama seperti papanya. Batin Risa.

"Sabar Bu, namanya juga muda. Jadi gak peka diki, nggak ngaruh." Bisik Ira, salah satu karyawan Risa.

"Nggak peka dikit, kalau begitu sering, lama-lama buat kesel mbak. Kaya papanya dulu, duh ngeselin banget." Balas Risa, membuat Ira tertawa pelan.

Setelah menyelesaikan semua pesanan bunga untuk hari ini, Vincent mengajak Cherly pergi ke atap toko. Di sana tersedia tempat untuk bersantai, dengan dinding kaya yang tembus pandang di bagian depan.

"Jangan natap gue terus!" Kesal Cherly, ia merasa risih karena sejak tadi Vincent terus saja menatap dirinya.

"Aku cuma netep kamu, karena aku kangen sama kamu Cher. Aku benar-benar enggak menyangka kalau hubungan kita akan sejauh ini, rasanya sangat asing." Ujar Vincent,

Cherly tampak diam setelah mendengar apa yang Vincent katakan. Sebenarnya ia juga kepikiran dengan hubungannya dan Vincent, karena ia sedikit merasa tidak asing dengan laki-laki yang kini menatapnya dengan sendu.

Forgive me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang