Ia sedang berdebar menunggu kekasih lamanya datang, bukan kekasih baru. Ia sedang menunggu wanita yang sangat ia cintai, hingga sekarang. Ia pernah memiliki wanita itu dan lalu kehilangannya. Bisakah ia memenangkan hati wanita itu kembali? Ia harap...
Pukul tujuh malam di senja awal musim semi yang indah di Kansas City dan suasana masih tampak hidup menyambut musim yang hangat itu. Baru semingguan yang lalu, udara di kota ini membuat orang-orang gemetar kedinginan di balik pakaian tebal yang mereka kenakan. Tapi angin selatan mulai bertiup dan membawa kehangatan akan bulan-bulan mendatang. Tidak lama lagi, orang-orang akan menyimpan jas-jas tebal mereka, sweater dan celana panjang tebal dan menggantinya dengan pakaian musim semi warna-warni yang cerah. Pantai-pantai akan mulai ramai, jalanan akan dipenuhi oleh orang-orang yang berjalan sambil bergandengan tangan di bawah langit musim semi yang hangat. It would be a season of new hopes... new loves...
Seorang pria tampan berpakaian rapi sedang menunggu dengan sabar di depan jendela dan menatap ke jalan di luar. Ia sedang berdebar menunggu kekasih lamanya datang, bukan kekasih baru. Ia sedang menunggu wanita yang sangat ia cintai, hingga sekarang. Ia pernah memiliki wanita itu dan lalu kehilangannya. Bisakah ia memenangkan hati wanita itu kembali? Ia harap jawabannya adalah ya. Malam tadi mereka berciuman seperti sepasang kekasih yang kasmaran di area parkir restoran. Dan malam ini, wanita itu telah setuju untuk mendatangi rumahnya. Ya, masih ada harapan untuknya.
Masih ada harapan... asalkan ia tidak mengacaukannya. Carter Lincoln pernah memiliki cinta wanita itu, cinta yang didambakan dan membuat iri banyak orang. Tapi ia egois. Ia lebih mencintai dirinya sendiri, karirnya, teman-temannya, ia membiarkan mereka menariknya ke dalam dunia hitam dan mengenalkannya pada meth, yang pada akhirnya menghancurkan keluarganya. Ia mulai mengabaikan wanita itu, anak-anak mereka. Penelope bertahan selama yang dia bisa sebelum akhirnya wanita itu muak dan menyerah. Dia meninggalkan Carter, membawa anak-anak mereka dan melayangkan surat gugatan cerai. Dan seperti cerita klise yang membosankan, Carter baru tersadar ketika ia telah kehilangan semua yang dicintai dan dianggapnya berharga. Cinta, keluarga, tak ada yang lebih penting dari itu semua. Dan ketololan dan keegoisannya telah menghancurkan semua itu.
Carter menggelengkan kepalanya untuk mengusir kenangan-kenangan buruk itu. Mengingat kegagalannya di masa lalu akan menurunkan semangatnya dan ia tidak membutuhkan semua itu malam ini. Ia sudah berubah, menjadi lebih baik. Selama tiga tahun, Carter berjuang, menata hidupnya kembali, menarik dirinya dari lubang hitam itu, ikut rehabilitasi, meniti karirnya kembali, membangun kehidupan mapannya. Dan sudah beberapa bulan belakangan ini ia kembali mendekati Penelope, mereka sepakat untuk mencoba pelan-pelan dan apabila Carter sampai mengacaukan segalanya lagi, ia yakin mantan istrinya itu tidak akan sudi melihatnya lagi. Tidak boleh ada kesalahan. Ia menarik napas gugup. Ia terlihat tampan, suasana hatinya juga ringan, ia sudah menjauhkan hal-hal negatif dalam hidupnya, Carter sudah membuktikan bahwa ia layak diberi kesempatan kedua. Dan... lewat jendela, ia bisa menatap mobil wanita itu yang berhenti di depannya.
