Part 1

381 58 10
                                    

Yang terlihat di depan mata Taehyung adalah orang-orang asing yang berlalu-lalang, bartender yang menyiapkan wine, daily worker yang membersihkan meja yang berantakan, ada juga sepasang suami-istri sedang berbincang, ada juga satu keluarga yang tengah menyantap hidangan di meja besar yang disatukan-semuanya terlihat sangat menikmati aktivitas masing-masing, dan Taehyung hanya tersenyum datar melihat pemandangan di depan matanya. Tas yang Taehyung bawa kali ini hanya sebuah pouch kecil bahan rajut, dalam genggaman yang erat. Tak dipungkiri debar jantungnya sedikit bertalu dan sesak di dada. Taeyung mencoba untuk tetap tenang dan tidak grogi.

Kemeja putih dan celana katun longgar—Taehyung mengenakan busana yang nyaman dan bersih. Rambutnya yang dicat golden brown terlihat menawan dan juga manis, belum lagi rambut yang diselipkan di telinganya itu menambah kesan tampan dan cantik dalam satu waktu. Taehyung berjalan melewati jalan setapak taman yang menghubungkan lobi dengan ruang utama restoran, dan disambut senyum formal oleh waiter yang berjaga di pintu masuk.

"Mau pesan berapa meja?" tanya waiter dengan sopan dan tidak lupa dengan senyum yang terukir di bibirnya.

Taehyung tersenyum simpul, mengeratkan genggamannya pada pouch yang ia bawa. "Satu."

"Baik, satu meja. Untuk berapa orang dan atas nama siapa?"

"Sendiri. Kim."

Waiter sepertinya terkejut mendengar pernyataan Taehyung barusan. Taehyung sendiri memaklumi itu, sebab beach club di sini terkenal dengan all you can eat untuk rombongan dalam satu meja. "Oke, baik, kakak. Ini nomor mejanya, ya. Kakak bisa pilih spot yang kakak mau, dan untuk buku menunya akan diantarkan oleh rekan kami. Terima kasih, selamat datang di Seoul Cliff-House."

Tanpa menjawab apapun, Taehyung menajamkan matanya pada salah satu meja yang kosong dan menghadap ke laut. Beach club ini belum terlalu ramai di jam makan siang ini. Mungkin karena Taehyung datang di week days, atau mungkin karena hari ini kebetulan saja Taehyung datang di hari yang bukan busy hour mereka. Ah, entahlah. Peduli setan, Taehyung hanya ingin duduk dan menunggu disini.

"Permisi, Kak. Ini menu kami, ada grill, small plates, salads, seafood, dan classics. Bisa dilihat langsung di bagian ini ya, kakak."

Taehyung memperhatikan arah tunjuk waiter ke bagian menu dengan banyak sekali pilihan. "Yang paling rekomendasi?"

"Seafood and small plates."

"Earl grey sama Classic NY Cheesecake."

Seperti biasa, bertanya apa, memilihnya apa.

Waiter mencatat dengan teliti, lalu menanyakan kembali apa ada menu lain yang ingin ditambahkan. Namun, Taehyung tetap pada pendirian. Ia hanya ingin menyelesaikan apa yang ingin ia selesaikan hari ini, di tempat ini, saat ini juga.

"Baik, kak. Kalau begitu, kami siapkan pesanannya ya, mohon ditunggu—"

"—ah, saya mau nanya." Taehyung menarik ujung kain kemeja waiter. Tidak ingin kehilangan momen.

"Oh, ada yang bisa kami bantu, kak?"

"Di sini ada yang namanya Jeon Jungkook?"

Waiter seperti menerawang jauh beberapa detik, lalu kedua alisnya terangkat terkejut. "Oh, Jeon Jungkook. Bagian apa, kak?"

"Supervisor dapur."

"O—Oh..."

Taehyung menyipitkan mata, gelagat waiter ini seperti tidak biasa. Taehyung bertanya lagi dengan nada tegas kali ini. "Ada?"

GLAVER: Taehyung and Jungkook's First and Last Touch in SeoulWhere stories live. Discover now