Prologue 1.1

188 25 68
                                    

Playlist : Stuck In The Moment ~ Justin Bieber

🖤

Pertemuan Lucas dengan gadis belia membuat jantungnya berdebar, mata awas menatap setiap pergerakan gadis itu.

Dengan balutan gaun putih tanpa lengan membuatnya terlihat cantik, rambut dengan kuncir setengah juga sedikit helaian di kedua pipinya.

"Lucas!"

Pria ini mengerjap saat mendengar panggilan dari pria paruh baya, melambaikan tangan ke arahnya. Segera Lucas menghampiri dengan langkah lebar, tak ingin membuat pria itu menunggu.

Lucas menyalami lengan pria itu juga gadis di sisinya. Memperkenalkan diri sambil mengulas senyum.

"Caitlin," jawab gadis itu. Tak ada arogansi atau semacamnya dari perilaku gadis belia ini. Biasanya Lucas selalu mendapati setiap gadis kota yang terkesan arogan.

"Bagaimana dengan peternakan?" Pria paruh baya menatap sekeliling. Ia selalu menyukai berada di sini, bahkan menginginkan membangun rumah suatu hari nanti.

"Jauh lebih baik, Kakek," jawab Lucas, sesekali melirik ke arah Caitlin.

Pria paruh baya yang ia panggil kakek itu salah satu sahabat mending orang tuanya. Bisa di bilang senior tempat orang tuanya bersekolah dulu.

"Aku menyukai tempat ini, rasanya tidak ingin pulang." Caitlin bersuara, selesai memindai setiap sudut peternakan. Lucas tersenyum lalu menyahuti perkataan gadis itu, mengatakan kalau ia bisa datang kemari kapanpun ia inginkan.

"Sungguh?!" Caitlin menatap Lucas dengan senyum terpatri di bibirnya, ia mengangguk mantap lalu menatap Arnold, "Paman memperbolehkanku, jadi Kakek harus menuruti keinginanku."

Arnold tertawa seraya mengangguk, pria paruh baya itu berkata jika memperbolehkan Caitlin pergi jika di rasa perlu. Gadis itu mengerucutkan bibir saat mendapat penolakan kemudian menundukan kepala.

"Untuk saat ini, Paman Lucas tidak bisa menampung anak di bawah umur," kata Arnold membuat Caitlin sebal, ia menatap dirinya lalu Arnold, seolah berkata kalau dirinya sudah cukup dewasa.

Arnold menggeleng, menandakan tidak setuju dengan permintaan cucu perempuannya ini. Setelahnya ia meminta gadis itu untuk berkeliling sebelum mereka pulang. "Siap!" katanya sebelum berlari menuju domba-domba berada.

"Jangan kau ganggu domba itu!" Arnold kembali bersuara saat Caitlin menghampiri dengan tangan terulur ke arah salah satu anak domba. Gadis itu membalikkan tubuh sambil bersedekap, mengatakan kalau dirinya tidak menganggu dan hanya ingin menyentuh saja.

Pria paruh baya itu mengangguk ke arah Caitlin.

"Kau yakin akan tetap di sini?" Pertanyaan tiba-tiba dari pria itu membuat Lucas mengerutkan dahi. "Maksudku, kau tak ingin pindah ke kota dan menjalani kehidupan sebagaimana mestinya."

Kerutan di dahi pria muda itu semakin tercetak jelas, tak mengerti pertanyaan itu. Ia menyukai tinggal di sini, bahkan kehidupan kota tak seindah tempat tinggalnya. Kalau ingin pergi ke sana ia bisa mengendarai mobil dan mengelilingi sepuas ia inginkan.

"Aku tahu, tempat ini cukup bersejarah bagimu, hanya saja aku tak ingin kau—" ucapan Arnold menggantung, Lucas menatap pria itu di sampingnya, tersenyum sambil berkata ia tak ingin meninggalkan tempat tinggal juga peternakan ini apapun yang terjadi.

"Apapun yang akan kau berikan, aku tetap akan berada di sini." Lucas kembali berkata, ia berpamitan dan menghampiri domba-domba yang tengah bermain bersama Caitlin.

"Paman, mereka begitu menggemaskan, aku ingin membawanya pulang," kata Caitlin sambil menatap beberapa domba yang tengah berlari ke sana kemari.

Lucas sudah membuka sedikit bibirnya tetapi ia urungkan saat suara terdengar di telinga, Arnold mengatakan jika mereka tidak bisa membawa domba-domba itu pindah ke rumah dengan alasan yang memang masuk akal; domba tidak tinggal di perkotaan dengan sedikit rerumputan.

Kali ini Caitlin berdecak, ia berkata kalau Arnold sedikit menyebalkan hari ini, setiap apa yang ia inginkan selalu dilarang pria itu. Lucas memilih diam, dadanya bergemuruh menatap gadis itu dari dekat.

Rasanya kembali aneh, ia pernah merasakan ini sebelumnya. Apakah mungkin?

Mengenyahkan pemikiran itu, Lucas menggelengkan kepala, menghampiri sapi, menyemprotkan cairan anti lalat.

Suara Caitlin yang sedikit merengek terdengar di telinga, suara langkah kaki semakin mendekati. "Paman, aku boleh menginap di sini. Semalam saja," ucap Caitlin sambil memeluk lengan pria itu. Degup jantung Lucas semakin berdetak, dengan sentuhan yang gadis itu lakukan.

Ia berdeham sebelum melepas lengan Caitlin, menjaga jarak antara mereka, "Seperti yang Kakek katanya, aku tidak menampung anak di bawah umur."

Setelah perdebatan antara Arnold juga Caitlin akhirnya mereka pulang dengan rasa kesal yang menghinggapinya.

"Paman tunggu aku, aku akan kembali secepatnya!" Suara dari balik pintu mobil membuat Lucas tersenyum, ia membalas lambaian tangan Caitlin.

Perkataan Caitlin seperti sebuah angin segar yang masuk ke rongga dadanya. Sebuah harapan juga janji, akan ia pinta suatu hari nanti.

 Sebuah harapan juga janji,  akan ia pinta suatu hari nanti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


01 Sept 2023

💋 Gimana untuk pengenalan singkat Lucas dan Caitlin?

Tekan ⭐️  kalau kamu suka part ini. Jangan lupa komen dan bagikan ke teman-temanmu biar makin seru ceritanya.

Sampai jumpa bab selanjutnya.

Sampai jumpa bab selanjutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Addicted To YouWhere stories live. Discover now