Neji....

77 10 1
                                    

Pemuda dengan Surai panjangnya yang berwarna coklat, Neji Hyuga, menunduk dalam-dalam. Dia mengangkat kepalanya sedikit, tetapi tatapan tajamnya tetap tertuju pada tanah. Dia memang pemuda yang tampan, namun kebingungan dan keraguan yang menyelimuti dirinya membuat aura karisma yang biasanya melekat pada dirinya menjadi redup.

Kakashi Hatake, guru mereka yang legendaris, melihat raut wajah Neji yang penuh kegamangan. Beliau menatapnya dengan tajam, melihat melalui hati nuraninya dan memahami betul perjuangan yang harus dilalui oleh anak muda itu.

"Apa? Kau benar-benar sudah yakin!" tanya Kakashi dengan nada khawatir.

"Pikirkan baik-baik Neji Hyuga. Keputusanmu saat ini akan menjadi penentu karirmu di masa depan. Jika keputusanmu untuk mundur dari dunia shinobi sudah bulat maka aku bisa apa!" tambahnya lagi.

Neji menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya memberanikan diri angkat kepala. Tatapannya menembus, menembus kepergian masa lalu yang meneror dirinya. Masa lalu yang membuatnya terbelit oleh kepahitan dan amarah luar biasa. Ia masih merasakan luka di hatinya yang kelam.

"Keputusan ku sudah bulat, apapun itu nanti aku akan menghadapinya. Tidak peduli akan sesulit apa itu nantinya, selama aku bersama dengan mereka yang kucintai maka aku pastikan tidak akan ada masalah yang berani mendekat." Jawabnya mantap.

"Kau hanya perlu melakukan apa yang seharusnya para tetua inginkan. Bagaimana pun juga saya sudah tahu alasan itu. Dan saya siap untuk melakukan itu. Saya tidak peduli jika suatu saat kelak akan membuat saya menyesal di kemudian harinya. Hanya dengan ini, aku bisa membuka halaman baru dan meraih kesempatan untuk kehidupan yang baru." Tambahnya.

Melihat ketegasan dan keputusan Neji, Kakashi pun tersenyum lembut. Melihat pemuda yang berhasil meraih ketegasan untuk hidup seperti biasa tanpa menghiraukan masa lalunya yang kelam dan menyakitkan. Ada kebahagiaan tersendiri saat melihat anak muda seperti Neji yang berhasil bangkit dari masa lalunya dan siap melangkah ke masa depan yang lebih cerah.

Hinata duduk di bawah pohon sakura, memandang lurus ke arah pepohonan di depannya. Di balik tatapan kosong dan senyum tipis yang tertahan, hatinya terasa hancur berkeping-keping. Betapa bahagianya ia saat keluarga masih lengkap, saat ia masih bisa merangkul ayah, ibu, dan adiknya, Hanabi. Namun kenyataan pahit meretakkan impian indahnya.

Tak lama setelah politik Hyuga mulai merusak tatanan di dalam klan,  membuat keluarga kecilnya hancur. Tiba-tiba, keluarganya membeku seolah senyum itu tak lagi ada artinya. Hanabi yang awalnya ceria dan penuh semangat, kini menjadi pendiam dan tak mudah tersenyum.

Hinata merasa kesepian dan terasing dari keluarganya sendiri. Seperti tersandera oleh moral dan prinsip yang tak dapat dicerna oleh anak kecil. Tapi ia bertahan, terus menjaga sikap yang selalu bersahabat bahkan pada saat-saat jauh dari kenikmatan keluarga sendiri.

" Hinata-sama, kenapa anda melamun sendiri. Kenapa tidak ikut bergabung bersama anggota klan yang lainnya."

Tulang belulangnya merinding pada saat Neji menghampirinya. Neji Dari kalangan klan bawah dan saudara sepupunya itu selalu membuatnya merasa cemas, sebab ia tahu persis di lubuk hatinya bahwa Neji kecewa padanya. Dia tak dapat membuktikan pada Neji bahwa ia layak mengemban tugas Hyuga yang besar seperti menyelamatkan klan dari kepunahan.

Gadis itu memberikan reaksi yang tidak terkejut sama sekali atas kedatangan Neji. Sekilas lewat mata byakugan nya pergerakan Neji sudah terbaca oleh matanya.

Hinata hanya tersenyum kecil, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia harus terus tabah dan tenang. Tapi di dalam hatinya, ia menangis merindukan hari-hari ketika keluarganya masih menunjukkan kasih sayang dan kehangatan padanya.

"Mari berbicara," kata Neji dengan nada yang tenang, tapi Hinata merasa ada agak sedih pada tuturannya. "Kamu tidak sendirian Hinata-sama, aku di sini untukmu."

Hinata tersenyum lebar, merasa sedikit lega pada saat itu. Setidaknya, Neji mengakui keberadaannya. Tapi itu bukan berarti kesedihan dalam dirinya hilang. Dia masih merindukan pangkuan ibunya, pelukan hangat ayahnya, serta canda tawa adiknya. Namun, pada akhirnya Hinata akan pergi dengan melepas senyuman tipis yang terakhir.

Malam itu, ia merencanakan perjalanan pergi. Ia merasa lebih sedih dan tak berdaya dari sebelumnya. Ini adalah perpisahan terakhirnya dengan keluarganya, dengan Hanabi, bahkan dengan Neji. Tatapan kosong Hinata saat itu, adalah tanda betapa patah hatinya, dan tak ada yang tahu ke mana dia akan pergi.

" Saya akan ikut bersama anda, kemanapun anda pergi saya akan ikut. Tidak peduli dimasa depan akan seperti apa saya akan menjadi orang pertama yang berdiri paling depan untuk mendukung anda. Tolong jangan halangi aku untuk berdiri disampingmu. Hinata-sama." Tuturnya.

Alisnya terangkat mendengar penuturan saudara sepupunya itu, ia menggeleng dengan pelan sebagai penolakan. Bagaimana bisa seorang jenius Hyuga seperti neji ingin melepas karir yang cemerlang di desa Konoha.Bagiamana bisa ia berpikir untuk keluar dari klan Hyuga.

" Jangan konyol, apa kau pikir aku selemah itu. Sampai harus dilindungi oleh mu.!" Tolak Hinata dengan tegasnya

" Tidak bisa, aku sama sekali tidak membutuhkan bantuan mu,Nissan . Aku bisa melindungi diriku tanpa bantuan siapapun."

" Klan ini lebih membutuhkan mu. Ayah, hanabi dan desa ini membutuhkan mu."

"Satu kali pun tak pernah terbersit dalam benakku, bahkan dalam mimpi terindah sekalipun, untuk merasa lebih hebat dari siapapun - termasuk dirimu, Hinata. Aku tahu betul bahwa engkau memiliki kekuatan dan potensi luar biasa yang jauh melampaui siapapun di sini."

"Dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku begitu yakin bahwa hanya butuh sedikit sentuhan kemahiran untuk menggeser dirimu ke puncak kemenangan. Engkau luar biasa dengan kemampuan yang engkau miliki. Hanya saja, aku ingin memenuhi wasiat dari ayahku untuk tetap menjaga dan menemanimu setiap saat - bersama maupun terpisah - tanpa terkendala rintangan apa pun."

" Jadi, tolong bantu aku untuk mewujudkan mimpi ayah." Ujar Neji dengan tangan yang hampir disatukan didepan dadanya.

Lebih dahulu gadis itu mencekal tangan Neji  sembari mengelengkan kepalanya. Ia menatap Neji dengan mata yang sudah sedikit berair. Matanya yang putih itu  menyatu dengan airmata nya bening.


"Tidak akan pernah terpikir dalam benakku untuk mengambil tawaranmu, Neji. Aku tidak akan pernah berhenti mendukung Klan Hyuga dan melindungi desa Konoha. Jangan sekali-kali kau mencoba menghalangiku atau membuatku ragu dengan pilihan hidupku." Tutur Hinata dengan tegas dan serius. "Aku tidak membutuhkan bantuanmu untuk melindungi diriku atau klan ini. Aku memiliki kemampuan dan tekad untuk melakukannya sendiri. Jadi, tolong jangan memberikan penawaran seperti itu lagi."

"Sesungguhnya, Nisan, kau bukanlah bawahan yang bertugas mengabdi padaku. Engkau adalah kakak yang tercinta, yang selalu berdiri tegak di sampingku dalam setiap kesulitan. Tidak ada sedikit pun budak dalam dirimu, Nisaan. Kau tak pernah diwajibkan untuk menjaga diriku. Perintah dari Paman pun bukan semata-mata untuk melindungi diriku, tetapi untuk menjaga keturunan keluarga Hyuga. Aku pun bukan lagi seorang pewaris, kini takhta Hyuga telah jatuh ke tangan Hanabi. Tanggung jawabmu terhadapku pun telah berakhir, Nisan."

Saat kata-kata itu disampaikan, Neji mendekatkan kedua telapak tangannya di pipi gadis itu, menatapnya lekat-lekat dengan cahaya mata yang bersinar tajam, namun tak kehilangan kelembutan tatapannya. Namun, tak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan dalam hatinya saat itu. Hanya rasa harap, bahwa gadis itu akan merasa lega dan tak harus lagi menanggung beban tanggung jawab yang seharusnya bukan miliknya.

 The Hyuga story Cinta Terlarang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang