04. Adil

174 23 3
                                    


Setelah memastikan Yeji aman, Yeonjun, Hyunjin, dan Jeno meninggalkan apartemen. Yeonjun yang semula ingin mencekik Jeno kini sudah tenang.

"Aku duluan." Yeonjun pamit dan pergi dengan mobilnya.

"Ayo, kau pasti butuh tumpangan kembali ke Bar." Tawar Hyunjin yang sedang mengenakan helmnya dan langsung disetujui oleh Jeno. "Tapi helm pink ini milik Yeji. Aku tidak akan membiarkanmu memakainya." Sambung Hyunjin.

"Hahaha aku tau."

Hyunjin mengantarkan Jeno dengan motor sportnya. Jeno harus mengambil mobilnya yang ia tinggal di Bar karena sebelumnya ia mengantar Yeji dengan mobil milik Yeji.

Keesokan harinya, Yeonjun, Hyunjin, dan Jeno datang lagi ke apartemen Yeji, membuat Ryujin geleng-geleng kepala.

"Sungguh, aku bosan melihat wajah kalian. Kalian tidak perlu datang pagi-pagi karena aku sudah merawat Yeji. Apapun yang kalian bawa itu makan saja sendiri karena Yeji sudah sarapan." Tiga pria di hadapan Ryujin hanya menyengir saja, membuat Ryujin semakin naik darah.

"Aish, mereka membuatku gila." Omel Ryujin seraya meninggalkan apartemen untuk berangkat kerja.

Ketiganya masuk ke dalam apartemen dan mendapati Yeji sedang duduk di ruang makan sambil menunduk dan mengompres kepala dengan es batu. Yeji mendengar langkah kaki mendekat dan ketika menengadah, yang pertama kali ia lihat adalah dua paper bag dengan nama restoran yang berbeda dan satu paper bag tanpa nama yang pasti milik Yeonjun karena pria itu bisa memasak sendiri.

"Kau benar-benar sudah sarapan?" Yeji menjawab pertanyaan Hyunjin dengan anggukan kecil. Tiga pria tampan ini duduk dan diam dengan perasaan gelisah, merasa khawatir melihat wajah sendu Yeji. Mereka tidak ingin bertanya sebelum Yeji merasa nyaman untuk cerita atas keinginannya sendiri.

"Kenapa datang pagi-pagi? Kalian tidak bekerja?"

"Tidak ada jadwal operasi pagi ini."

"Pemotretan dengan Vogue Korea masih dua hari lagi."

"Aku mengambil cuti dari restoran."

"Kau tak perlu melakukannya, oppa."

Yeonjun menyengir. "Aku tidak bisa bekerja jika mengkhawatirkanmu."

"Berlebihan. Ouch!" Hyunjin mengusap kepalanya yang dipukul Yeonjun. Tingkah mereka ini sukses membuat Yeji tertawa, sebentar. Karena setelahnya wanita berwajah kucing ini murung kembali.

"Seungmin dijodohkan." Mata Yeji berkaca-kaca. "Aku masih mencintainya."

"Jeno mengelus lembut surai panjang Yeji sembari mendengarkan dengan seksama.

"Aku tidak akan pernah bisa melepaskannya. Aku akan hidup sendirian dengan luka ini seumur hidupku."

"Yeji! Kau tidak akan sendirian." Ucap Yeonjun tegas. Jeno dan Hyunjin mengangguk setuju.

"Benar, kami bertiga akan selalu bersamamu." Tambah Hyunjin.

Mendengar hal itu, Yeji tersenyum getir.

"Kelak kalian akan memiliki keluarga dan kehidupan masing-masing. Dan aku akan sendirian. Tidak mungkin ada pria yang mau denganku. Siapa yang bersedia menikahi wanita tidak sempurna sepertiku?"

"Aku!" Seru tiga pria di depannya secara bersamaan, lalu saling bertukar pandang. Sedangkan Yeji tertawa kecil menganggapnya sebagai candaan. Tapi keheningan ketiga pria tersebut membuat dirinya kikuk.

Tidak tahan dengan suasana canggung, Yeji memutuskan untuk pergi membersihkan diri. Sepeninggal Yeji, atmosfer ruang makan seketika berubah menjadi sangat serius.

"Kalian juga menyukai Yeji?" Yeonjun bertanya dengan suara berat.

"Oh, ayolah! Bukankah ini terlihat jelas? Kita bertiga menyukai wanita yang sama bahkan sejak masih di panti asuhan. Sesungguhnya aku lelah berpura-pura tidak tau tentang hal ini." Ucap Hyunjin frustasi.

"Jadi, kalian serius ingin menikah dengannya?" Tanya Yeonjun lagi.

"Tentu saja. Aku akan menikah dengannya dan membuatnya bahagia." Jawab Hyunjin yakin.

"Kalau begitu, ayo bersaing secara sehat." Akhirnya Jeno buka suara.

Hening menyelimuti mereka untuk beberapa saat, sebelum sebuah ide gila keluar dari mulut Hwang Hyunjin.

"Daripada bersaing, kenapa kita tidak berbagi dengan adil? Ouch!"

"Kau kira Yeji itu barang?" Kata Yeonjun setelah memukul kepala Hyunjin.

"Bukan begitu. Maksudku, daripada bersaing, kita bertiga bisa menikahinya dan tinggal bersama."

"Dengan begitu, tidak ada yang patah hati dan harus menjauh?" Timpal Yeonjun, disambut acungan jempol oleh Hyunjin.

Jeno diam, mempertimbangkan.

"Sebelumnya aku tidak pernah mengikuti permainan aneh kalian. Tapi kali ini, I'm in." Perkataan Jeno ini di luar dugaan Yeonjun dan Hyunjin.

Jeno melanjutkan, "Tapi apakah Yeji akan setuju?"

PLEASE LIKE / VOTE!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

3 Husbands (YEJI)Where stories live. Discover now