#8_Tahap Demi Tahap

36 12 0
                                    

"Untuk semuanya, saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga saya bisa terus menjadi yang lebih baik untuk bisa membimbing Ayumi.

(Kaffa)
.
.
.
.
.
.
.

Udara hari ini cukup panas, teriknya mengundang banyak orang tetap didalam ruangan yang banyak anginnya. Namun tidak bagiku, aku harus melawan hawa panas siang hari ini untuk turut andil dalam operasi seorang gadis kecil.

Gadis kecil tangguh yang kukenal beberapa hari terakhir kemarin. Ia mengalami kecelakaan hebat yang mengharuskannya masuk kedalam ruang operasi. Seperti orangtua pada umumnya ketika putri kecilnya terbaring sakit, begitu pula dengan orangtua sang gadis yang terus mengalirkan air matanya. Keduanya harap-harap cemas ketika putri kecilnya mulai memasuki ruang operasi.

"Tolong selamatkan putri saya, dokter. Bantu ia untuk tetap hidup." mohon sang bunda ketika team dokter mulai berdatangan. Aku mengangguk seraya menggenggam tangannya.

"Itu sudah menjadi kewajiban kami sebagai seorang dokter, bu. Tolong sertakan doa untuk keberhasilan operasi putri ibu." aku berusaha menguatkan sang bunda sebelum akhirnya aku masuk keruangan operasi.

2 jam berlalu, dengan kerjasama yang baik akhirnya tim dokter bisa menyelesaikan operasi dengan baik, putri tangguh itu masih terbaring belum sadarkan diri. Kami harus cepat-cepat keluar untuk memberi tahukan pada keluarga pasien.

"Puji syukur akhirnya operasi berjalan dengan lancar, semua berkat doa dari keluarga. Untuk saat ini, obat bius Nayra belum habis sehingga ia belum sadarkan diri. Tapi, secepatnya akan kami bawa keruang rawat." ucapku pada keluarga pasien. Kulihat guratan senyum mereka yang mulai merekah.

"Alhamdulillah. Terima kasih banyak dokter." gumam sang bunda bahagia. Aku memohon undur diri untuk kembali menyelesaikan pekerjaanku yang belum selesai.

"Dokter, insyaallah malam nanti aku ingin kembali menemui ayah Ayumi. Kemarin aku sudah meminta izin untuk meminang putrinya. Dan ayahnya menyetujui, malam nanti aku ingin bicara lebih lanjut dengan orangtuanya. Doanya ya, dok" pintaku pada Dokter Kaffa.

Dokter Kaffa tersentak. "Ooo, jadi gadis itu bernama Ayumi." balasnya tertawa
Aku mengangguk tersenyum.

Dokter Kaffa menepuk pundakku.

"Pasti, doa yang terbaik untuk kamu, Fa. Intinya, aku selalu dukung apapun itu langkahmu. Nanti kalau butuh bantuan, tinggal bilang saja. Ngga perlu sungkan." bals dokter Kaffa.

Aku mengangguk kemudian banyak mengucapkan terimakasih pada senior yang sudah kuanggap sebagai bagian keluargaku sendiri. Aku menganggap dokter Kaffa lebih dari sahabat, bahkan aku menganggapnya sebagai seorang kakak.

Dengan penuh kegugupan, aku berhasil menghubungi pak Ardhi untuk membicarakan rencana nanti malam. Surat nada terhubung mulai terdengar hingga tak sadar bahwa ada yang mengucap salam dari seberang sana.

"Eeh,, waalaikumussalam." jawabku akhirnya.

"Alhamdulillah. Bagaimana kalau nanti malam kita bertemu, pak?" tanyaku akhirnya. Aku merasa campur aduk antara senang dan takut kala pak Ardhi bilang bahwa Ayumi telah memberikan jawabannya. Jawaban yang sudah kutunggu selama satu pekan lamanya.

"Baik. Untuk tempatnya, biar Kaffa yang sharelock, pak." ucapku.

Kututup telefonku. Akhirnya aku akan mendengar jawaban dari Ayumi. Mungkinkah aku akan segera membawa semua keluargaku kerumahnya untuk menuju langkah selanjutnya. Ataukah harus pergi ke laut dan mengadu padanya bahwa takdir yang kuinginkan tak berjalan sesuai keinginan. Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal.

Kaffa!Where stories live. Discover now