04. katanya rindu

375 39 0
                                    

Zhang Hao memarkirkan mobilnya, melirik kearah kaca yang tegantung, ia menghelai napas sebelum mengambil beberapa paper bag lalu keluar. Kaki jenjangnya membawa dirinya menuju lantai empat, tepat didepan unit 98 ia menekan bel. Sekali lagi pria manis itu mengatur napasnya, mencoba untuk tetap tenang dikala hatinya ricuh tak beraturan.

Hingga pintu didepannya terbuka menampilkan sosok wanita dengan rambut sebahu.

"Hallo, Rena."

"Hio? Ah ... selamat datang."

"Terima kasih."

Zhang Hao mendudukan diri disofa, sedangkan wanita itu berjalan menuju dapur tak lama kembali lagi dengan segelas jus.

"Kenapa tidak bilang mau kesini? Jika tahu aku 'kan bisa membuat makanan untukmu."

"Tak apa. Aku kesini karna hari ini adalah ulang tahun Hana, dimana gadis kecil itu?"

"Dia masih di sekolah, sebentar lagi pulang."

Rasa canggung meliputi keduanya, memang pada dasarnya sudah lama mereka tidak bertemu. Zhang Hao pun jarang mengunjunginya. Beberapa menit diliputi hening, pintu apart terbuka diiringi suara cempreng khas anak-anak.

"Mama Hana pulang!"

Gadis kecil dengan rambut yang dikuncir dua itu tertegun melihat sosok lain disamping mamanya. Tas yang sedari tadi ia jinjing dilempar begitu saja.

"Papa cantik!"

Zhang Hao merentangkan kedua tangannya menyambut anak itu kedalam pelukannya, ia menggendong dan mengecup singkat pipi tembam menyerupai bakpau. Gemas sekali rasanya ingin Zhang Hao makan.

"Astaga ... gadis kecil papa sudah besar humm ... manis sekali."

"Papa, kenapa papa baru kesini lagi? Hana kangen papa."

Jemari lentik itu membenarkan poni anak dalam gendongannya. "Maafkan papa sayang, papa sibuk mengurus abang-abangmu. Papa janji akan lebih sering bertemu Hana. Oiya sekarang Hana ulang tahun kan, sudah berapa tahun jadinya?"

"Delapan! Hana sudah besar sekali!"

"Haha ... pintar. Mau ikut papa jalan-jalan? Nanti kita beli mainan, mau?"

"Mau! Mama ikut 'kan?"

Rena menatap Zhang Hao, pria manis itu mengagguk kecil memberikan izin. "Maaf sayang, mama nggak ikut, mama--"

"Tentu mama ikut. Ayo Hana ganti baju dulu, papa tunggu disini."

"Yeyy!" Gadis kecil itu langsung berlari menuju kamarnya.

"Hio kau tidak harus seprti ini. Bagaimana jika Hefan tahu?"

"Aku nggak mau Hana merasa iri dengan anak lain yang merasakan utuhnya keluarga. Karna pada dasarnya dia juga punya orang tua yang utuh. Dia juga anakku. Lagi pula Hefan sedang diluar kota."

....

Hanbin memijat keningnya pelan, semua tumpukan berkas didepannya ini membuat kepalanya pening luar biasa. Melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya, ia menghelai napas ternyata sudah larut malam.

Pandangannya bergulir menatap bingkai foto yang berdiri kokoh diatas meja kebanggaannya. Terlihat keluarga kecilnya yang terlihat bahagia. Namun fokusnya tentu saja tertuju pada suami manisnya, ah, Hanbin jadi merindukan Zhang Hao. Rasanya ingin segera pulang dan memeluk miliknya. Namun itu tidak mungkin karna kini ia berada di luar kota, kemungkinan lusa baru bisa kembali.

Pria dominan itu mengeluarkan handphonenya, membuka room chat dengan Zhang Hao. Kini Hanbin dilandang kebimbangan, ia ingin melakukan vidio call namun jarum jam sudah menunjuk angka sebelas. Hanbin takut menganggu tidur suami manisnya. Hingga detik berikutnya, jemari itu menari cepat diatas layar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang