Bab 33 - Khawatir

45 2 0
                                    

Sejak pertemuannya dengan Bara di pameran dan tidak berakhir dengan baik, Eliza tidak pernah lagi melihat Bara. Dia sama sekali tidak pernah melihat Bara, di rumah sekalipun. Padahal rumah mereka berseberangan.

"Kenapa El, lo dari tadi lihat pintu terus? Ada orang yang lo tunggu dihari terakhir pameran?" Reva bertanya penasaran, karena memang sejak tadi Eliza menatap ke arah pintu terus menerus.

"Nggak ada Kak, cuma penasaran akan sebanyak apa pengunjung di hari terakhir ini. Kan awal pembukaan kemarin, dosen beli lukisan gue. Apa dihari terakhir ini akan ada kejadian yang sama atau bahkan ada kejadian menarik," ucap Eliza berbohong. Dia tidak ingin Reva tahu kalau sebenernya dirinya menunggu Bara. Eliza sedikit berharap Bara akan datang dihari terakhir pameran dan memberikan selamat untuknya.

"Bisa aja sih, mungkin lo dapet nilai juga dari dosen dan nggak perlu bikin tugas akhir. Kan hari ini kayaknya dosen gue sama Kevin mau dateng buat kasih nilai," sahut Reva menyetujui ucapan Eliza.

"Ah iya, kan ini proyek tugas akhir kalian ya Kak. Gue lupa dong malahan," seru Eliza baru teringat soal penilaian yang harus dilewati Kevin dan Reva.

Reva hanya mengangguk dan terkekeh melihat Eliza memukul dahinya sendiri setelah ingat perihal penilaian tugas akhir. Padahal dia dan Kevin saja sangat santai, tapi Eliza seperti orang yang melupakan hal yang sangat penting. Memang penting sebenarnya, tapi untuk Kevin dan Reva.

"Kak Kevin mana? Terus dosennya kakak dateng kapan?" tanya Eliza penasaran, karena dia baru ingat soal itu.

"Di dalam sama Affan. Kayaknya mereka lagi nyiapin tempat khusus buat penilaian," ucap Reva sembari mengajak Eliza untuk menemui Kevin dan Affan.

Eliza mengekori Reva yang sudah berjalan lebih dulu. Sebenarnya Eliza masih ingin menunggu di area depan, dia masih berharap kalau Bara akan datang. Tapi bisa-bisa malah akan membuat curiga Reva dan yang lainnya. Karena sejak kejadian itu, Affan memang melarang Eliza untuk bertemu dengan Bara.

"Gue kira El hilang, ternyata sama lo?" Kevin menyambut Reva dengan pertanyaan.

"El, di depan tadi. Tapi emang kayak anak ilang sih. Diam doang, kayaknya kalau gue nggak dateng dikira patung yang dipamerin juga," sahut Reva sengaja menggoda Eliza.

Eliza hanya mencebik, dia ingin membantah sebenarnya. Tapi dosen Reva dan Kevin sudah datang. Mau tak mau, Eliza menelan kembali protesannya. Ingatkan Eliza untuk memprotes Reva dan Kevin nanti.

"Yuk, El. Kita keluar dulu. Biar mereka ngobrol sama dosennya." Affan menarik tangan Eliza dan membawa gadis itu berkeliling area pameran.

"Udah baikan?" Affan tiba-tiba menanyakan keadaan Eliza. Padahal jelas-jelas Eliza terlihat sehat.

Affan yang menyadari tatapan bingung Eliza segera mengubah kalimatnya. Sebenernya dia bermaksud menanyakan suasana hati Eliza setelah kejadian tempo hari, "Maksud gue, hati lo udah baikan?" ucapnya.

Eliza hanya mengangguk, dia bingung harus menjawab apa. Karena pada kenyataannya tidak semudah itu menyembuhkan luka yang baru saja ditorehkan. Mungkin bagi yang tidak mengenal Eliza, dia terlihat biasa saja. Tapi sebenarnya banyak luka dan sakit yang sengaja gadis itu sembunyikan dan Affan sangat mengerti itu.

"Maafin Bara ya, dia emang kelewat bego." Affan meminta maaf mewakili adiknya.

"Ngapain minta maaf, nggak ada yang salah. Cuma emang waktu aja yang nggak mihak gue sama Bara. Lagi pula gue masih sahabatnya Bara, jadi nggak masalah," ucap Eliza pelan untuk menenangkan Affan dan hatinya sendiri.

"Ngomong-ngomong, kok gue nggak pernah lihat Bara ya? Terakhir ketemu cuma waktu itu. Dia baik-baik aja kan?" Eliza dan perhatiannya untuk Bara. Sepertinya semarah apa pun El pada Bara, dia tetap akan mengkhawatirkan Bara.

"Bara, Bara, lihat gadis yang lo sakitin sebegitunya masih khawatir sama lo kayak gini. Harusnya lo bersyukur El sayang banget sama lo, bukan malah bikin dia sakit kayak gini." Affan tidak menjawab pertanyaan Eliza, malah berbicara seolah ada Bara di hadapannya sekarang.

"Ih, gue nanya lho. Malah ngomong sendiri," seru Eliza memprotes Affan yang tidak menjawab pertanyaanya.

"Gue nggak tahu, El. Gue kemarin sibuk bantu Reva. Tapi terakhir kali ketemu Bara baik-baik aja," ucap Affan jujur, karena memang hari ini Affan sama sekali belum bertemu dengan adiknya.

Eliza mengangguk, walaupun sebenarnya dia tidak puas dengan jawaban Affan. Tapi setidaknya dia tahu kalau Bara baik-baik saja. Seharusnya Eliza tidak perlu khawatir, Bara punya Melody yang akan merawat Bara ketika lelaki itu sakit.

"Lo nggak perlu terlalu mikirin Bara, El. Cukup fokus sama diri lo sendiri dan hati lo. Gue tahu Bara menyesal, tapi itu pilihan Bara. Jadi biarin dia merasakan penyesalannya," tutur Affan bijak. Karena dia sendiri tidak bisa melakukan apa pun untuk El atau Bara. Karena itu pilihan mereka sendiri.

"Kayaknya Kevin sama Reva udah selesai, ayo balik ke ruangan tadi. Abis ini sekalian mau penutupan pameran mumpung ada dosen." Affan kembali menarik tangan Eliza untuk mengikuti dirinya.

Penutupan pameran berlangsung cepat. Tapi walaupun sudah ditutup secara resmi oleh dosen, pengunjung masih bisa menikmati karya yang dipajang sampai sekitar pukul empat nanti.

"Selamat ya, akhirnya beres juga tugas akhir lo berdua," ucap Affan tulus sambil mengacak pelan rambut Reva.

"Selamaaat Kak," seru Eliza sambil memeluk Reva dengan erat.

"Makasih, abis ini tinggal El. Siap-siap mikirin KKN," ucap Kevin membuat Eliza langsung teringat kalau dirinya sama sekali belum mencari informasi soal KKN.

Eliza benar-benar lupa kalau dia harus buru-buru mempersiapkan berkas untuk mendaftar KKN semester ini. Karena dia tidak mungkin ikut KKN disaat dirinya pusing mengerjakan tugas akhir nanti. Sebenarnya Eliza sedikit panik, tapi dia berusaha untuk menutupi itu.

"Nggak usah panik lo, gue udah cariin info soal KKN. Lo tinggal lengkapin berkasnya aja."

Grady datang bak pahlawan ditengah kepanikan Eliza. Karena dia membawakan informasi tentang KKN untuk gadis itu. Tentu saja Eliza merasa sangat senang, dia jadi tidak perlu repot-repot mencari informasi lagi.

"Thank you, baik banget sih lo. Sini-sini gue peluk dulu," ucap Eliza kesenangan karena mendapatkan bantuan dari Grady.

"Makasihnya ke Bara sih harusnya, tapi nggakpapa diwakilin gue dulu sementara. Kalau peluknya ke dia aja ya kalau lo berdua udah baikan," ucap Grady yang langsung membuat Eliza mematung karena kaget.

"Ah, lo tuh. Kalau abis ini Eliza jadi bengong mulu pas diajak beresin pameran semuanya gara-gara lo ya," rengek Reva sebal.

"Aman kok aman. Dia pasti bisa fokus sama kerjaannya." Affan menenangkan Reva yang masih terlihat sebal dengan Grady.

=====

Rhain
28082023

FRIENDZONE [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن