Opening

432 22 9
                                    

Halo para pembaca sekalian!

Bertemu lagi dengan saya author dari cerita ini. Mungkin banyak dari kalian yang sudah mengenal saya dan ada juga yang belum.

Setelah beberapa insiden sebelumnya yang tidak ingin saya bahas, kini saya mencoba untuk bangkit lagi dengan membuat ulang cerita chat group yang lama.

Ada dua jenis cerita yang akan saya buat.

Pertama adalah membuat ulang ceritanya dengan direaksi oleh karakter dari anime yang ada hubungannya dengan anggota di Chat Group. Lebih tepatnya counterpart mereka.

Mungkin alurnya ada yang kurang tepat tapi saya akan berusaha keras biar sama.

Yang kedua adalah membuat cerita Chat Group yang baru dengan tokoh-tokoh yang baru pula.

Ini kalian sudah pasti punya gambarannya ya.

Itu saya pembukaan dari saya, sekarang mari kita masuk ke dalam cerita sesungguhnya.

Selamat membaca!

~ Antah Berantah ~

Berdiri di depan sebuah gelas kaca raksasa yang menampilkan milyaran hingga triliunan galaksi, seorang pria mengamati beberapa perubahan yang terjadi di setiap alam semesta.

Pergerakan yang terjadi selalu beragam. Pria itu terkesima dengan cara dunia bekerja.

Hanya saja... saat satu alam semesta hancur, dia pun menjadi murung.

Pria itu hanya bisa menghela nafas dari balik helmnya.

Pria itu hanya bisa menghela nafas dari balik helmnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Satu alam semesta hancur lagi. Kenapa semua ini harus terjadi?"

Peristiwa ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Jauh sebelum itu sudah ribuan alam semesta hancur dan pria ini menjadi saksi bisu atas semua tragedi itu.

"Para entitas itu tidak berhenti menggunakan pion mereka untuk bersenang-senang. Kehidupan di tangan mereka hanya mainan semata."

Dia benar-benar kesal.

"Jika saja ada sesuatu yang bisa kulakukan."

Pria itu pun menundukkan kepalanya untuk memberikan bela sungkawa atas kehancuran alam semesta yang hancur tersebut. Baginya kehancuran alam semesta tersebut sangatlah tidak pantas untuk terjadi.

Dia ingin sekali bertindak namun aksinya dibatasi oleh aturan tertentu.

"Mungkin aku terlalu berharap lebih dengan proposal itu." Dia kembali menatap alam semesta yang berbeda.

Di saat-saat hening, sebuah portal terbuka di belakangnya. Sesosok makhluk keluar dari portal itu. Figurnya terbilang cukup rendah dari pria tersebut.

Keterkejutan nampak jelas di wajah pria itu. Lalu datanglah senyuman tipis dari balik helmnya.

"Wah, wah~ Siapa yang menyangka kalau aku akan dikunjungi oleh sobat berbuluku ini? Apa kabar Zanna?" Sambutnya pada orang yang baru datang ini.

"Aku sehat seperti yang bisa kau lihat, guk! Kabarmu sendiri bagaimana temanku, Heffith?" Zanna bertanya dengan ekornya yang berkibas ke sana kemari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku sehat seperti yang bisa kau lihat, guk! Kabarmu sendiri bagaimana temanku, Heffith?" Zanna bertanya dengan ekornya yang berkibas ke sana kemari.

"Haha. Aku sehat. Kau tahu sendiri rasku hanya bisa sakit jika kami bertarung dalam perang."

"Syukurlah guk! Aku sempat khawatir karena kau jarang menghubungiku. Tapi sekarang tidak lagi, guk."

"Terima kasih atas perhatianmu. Kau memang sahabat terbaikku."

"Tentu saja, guk. Aku memang fenrir, tapi aku tidak akan mengabaikanmu hanya karena kita berbeda ras."

"Dan aku bersyukur atas itu. Apa kau lapar?"

"Tidak, guk. Aku sudah makan seminggu yang lalu."

"Lalu ada apa gerangan kedatanganmu hari ini kawanku?"

"Hehe~ Kau pasti akan terkejut. Lihat ini, guk!" Zanna mengeluarkan sebuah amplop dan dia berikan kepada Heffith.

Heffith hanya menaikkan sebelah alisnya dan menganalisa amplop yang diberikan oleh fenrir di depannya ini. Dia pun membuka amplop tadi mengeluarkan sebuah surat.

Surat itu dia baca dengan teliti.

Matanya seketika membelalak. "I-ini... Apa ini sungguhan wahai sobat?"

"Sudah kukira kau akan bereaksi seperti itu, guk. Ya, benar sekali. Kita mendapatkan izin untuk melakukan 'Itu'."

Tangan Heffith seketika gemetar. Air matanya mengalir begitu deras namun tak ada satupun yang bocor keluar dari helmnya.

Dia begitu bahagia. Sangat bahagia.

"Setelah ratusan tahun aku menunggu... Akhirnya bisa terwujud. Terima kasih Zanna."

"Hehe~ Itulah gunanya teman, guk." Seringai polosnya membuat Heffith ikut tersenyum.

"Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini kesempatan sekali seumur hidup."

"Sudahlah kawan, hapus air matamu itu, guk. Nanti saking senangnya kau lupa untuk melakukan rencanamu itu."

Sniff!

"Kau benar. Persiapan harus segera dilakukan." Heffith mengeringkan air mata yang membanjiri bagian dalam helmnya. "Maukah kau membantuku untuk mensukseskan rencanaku ini wahai sobat?"

"Heh! Tidak perlu bertanya dua kali pun pasti langsung kubantu, guk."

Dua sejoli ini pun melangsungkan persiapan mereka untuk mensukseskan rencana besar Heffith.

Apakah itu?

-----Bersambung-----

Sampai bertemu lagi di chapter selanjutnya!

Watching the Multiverse Chat GroupWhere stories live. Discover now