Duh, Bapak Kost

6.6K 28 0
                                    

Tak lama terdengar suara guyuran air, tiba-tiba aku membayangkan bagaimana keadaan Pak Bahar waktu bugil, memikirkan itu membuat kontol ku mengeras.

Malamnya aku sedang menonton, untung acara tv bagus jadi aku tidak begitu kesepian.

"Belum ngantuk yo?" aduh suara itu lagi.

"Belum pak."

Pak Bahar lalu duduk disampingku.

"Acaranya bagus ya."

"Iya pak lumayan buat nyepetin mata yang gak bisa di ajak kompromi."
Sesaat suasana hening.

"Bapak sendiri belum ngantuk?" tanyaku mencoba memecah keheningan.

"Belum" jawab Pak Bahar sambil terus melihat tv.

"Yo kepala saya sedikit pusing, kamu bisa pijitin gak?" ucap Pak Bahar sambil memegang kepalanya.

"Boleh pak mau pijit di mana?"

"Disini aja."

Pak Bahar merebahkan kepalanya di pangkuanku, membuat jantungku berdetak cepat, dipegangnya tanganku dan diarahkan ke kepalanya.

Perlahan kupijit kepalanya, Pak Bahar memejamkan mata kupandangi wajahnya, sungguh sangat sempurna.

"Oh, pijatan kamu enak yo." Pak Bahar mendesah perlahan.

"Saya jadi ngantuk, boleh tidur disini?"

"Boleh pak" jawabku grogi.

Entah mimpi apa aku semalam bisa berduaan dengan Pak Bahar, kulihat Pak Bahar belum juga memejamkan matanya.

"Kenapa pak, katanya mau tidur?" Pak Bahar terus menatapku membuatku jadi salah tingkah.

"Saya teringat Doni, sudah hampir 6 bulan saya tidak bertemu denganya."

Doni adalah anak sulung Pak Bahar.

"Dia kan sedang kuliah pak."

"Saya jadi teringat waktu kecil dia sering saya pangku sambil membelai-belai rambutnya, tak terasa anak-anak begitu cepat dewasa." Mata Pak Bahar menerawang.

"Waktu dia masih ada saya tidak begitu merasa kesepian, tapi ya begitulah tugas orang tua memang hanya mendidik dan membesarkan. Saya bersyukur kamu kost di sini, setidaknya rumah ini tidak begitu sepi."

Aku begitu terharu mendengar kata-kata  Pak Bahar sampai mataku mulai berkaca-kaca, ikatan batin antara anak dan ayah memang begitu kuat. Tanpa terasa aku bukan lagi memijit kepala Pak Bahar melainkan membelai rambutnya.

"Semua orang tua mungkin pernah merasakan apa yang bapak rasakan." kataku mencoba menghiburnya.

"Dan kalo bapak mau, saya siap menjadi teman bicara bapak kapanpun asal bapak tidak merasa kesepian."

"Sungguh" tanya Pak Bahar.

Aku hanya menganggukan kepala.

Di pegangnya tanganku lalu menciumnya

"Thanks yaa."

Ya tuhan dadaku rasanya mau meledak, merasakan hangatnya bibir Pak Bahar. Kemudian tanganku diletakan di wajahnya,  sejenak aku terpaku kubelai wajah Pak Bahar. Dia hanya memejamkan mata, aku semakin tidak bisa menahanya lagi. Belaianku sampai pada bibirnya kupikir Pak Bahar akan marah, tapi tanpa kuduga dia malah mencium jariku kemudian menghisapnya. Aku merasakan hangatnya lidah Pak Bahar di jariku.

Pak Bahar kemudian bangkit.

"Saya ingin tidur denganmu."

Direbahkannya tubuhku di kursi yang
sempit. Ia kemudian ikut tidur sambil
memeluk tubuhku. Aku teramat merasakan kepadatan tubuhnya yang membuatku semakin bernafsu. Ia membelai rambutku. Aku tatap matanya. Ia tersenyum, di dekatkan kepalanya dan tiba-tiba ia mencium bibirku, lembut sekali.

Aku memejamkan mata meresapi sensasi
yang begitu nikmat. Ketika kubuka mataku ia sedang menatap wajahku, kemudian dielusnya pipiku, alisku, bibirku dan kemudian ia menciumku lagi.

Bibirnya terasa manis, kurasakan lidahnya menelusup di rongga mulutku. Aku merasakan nikmat yang amat sangat, apalagi kumisnya yang tipis. Kucengkeram
punggungnya dengan kuat, nafasku semakin memburu.

Pak Bahar benar-benar ahli, aku
yang baru pertama kali mengalaminya seperti orang meriang. Pak Bahar tiba-tiba melepaskan ciumannya, ia menatapku dengan mesra.

"Kamu menyukainya yo?"

Ya ampun, kenapa dia harus bertanya seperti itu, sementara nafsuku semakin membuncah. Aku menganggukan kepala seraya membelai lehernya.

"Ini yang pertama, Pak.."

Aku mendekatkan lagi bibirku dan dengan ganas kembali kulumat bibir jantannya lalu kutindih tubuhnya dengan liar.

"Jangan disini, yo.."

Aku menghentikan aksiku, Pak Bahar bangkit. Tv dimatikan, kemudian ia mencium keningku sebelum membopongku ke kamarnya. Aku terpekik sejenak, tapi langsung kupeluk leher Pak Bahar sambil kucium dadanya. Pak Bahar tertawa kecil.

Sesampainya di kamar, dengan perlahan direbahkannya tubuhku. Sambil menindihku Pak Bahar terus menatap mataku dengan mesra, aku sampai tersipu. Kupeluk tubuhnya sambil kugigit lehernya, Pak Bahar
sampai terpekik.

"Wah, kamu mirip drakula." Pak
Bahar terus menggodaku.

"Tapi drakula amatir." balasku.

Pak Bahar tersenyum, lalu dipijatnya
hidungku.

"Nih kalau yang profesional !"

Tiba-tiba Pak Bahar telah mencium leherku dengan gigitan-gigitan kecilnya. Aku terlonjak, geli tapi nikmat, apalagi kumisnya yang tipis terasa sekali menusuk-nusuk leherku.

Aku mengerang sambil menjambak
rambutnya. Aku benar-benar tak
kuat. Kakiku langsung kubelitkan di
tubuhnya sambil menggeliat-geliat
dengan liar. Pak Bahar semakin bernafsu. Kini ia telah membuka bajuku, dijilatinya dadaku.

Aku menjerit, benar-benar sensasi baru yang teramat indah. Aku semakin mempererat pelukanku, apalagi saat Pak Bahar mengulum puting susuku, tubuhku sampai melengkung menahan kenikmatannya.

"Pak Bahar, oohh..."

Pak Bahar seperti tidak perduli dengan keadaanku, ia semakin buas. Tak lama kemudian tubuhku telah telanjang bulat dan ia benar-benar membuatku tak berkutik.

Ketika ia membuka bajunya, aku benar-benar terpana melihat tubuhnya yang masih berotot dengan bulu-bulu yang membelukar, membuatku semakin tak kuat. Apalagi saat ia membuka celana dalamnya, batang kejantanannya begitu besar dan
keras. Aku sampai ngeri sendiri.

Ia kembali menghampiriku dengan
nafasnya yang memburu. Aku menyambutnya, kupeluk tubuhnya yang besar. Kubelai punggungnya sambil kuresapi ciumannya.

Tangannya begitu nakal, dibelainya pahaku secara perlahan dan kemudian bergeser ke arah batang kemaluanku yang tidak begitu besar.

Aku pun tidak mau kalah, kuremas kejantanannya yang seperti pentungan hansip.

"Aahhh..." Pak Bahar mendesah.

Aku kemudian melepaskan diri dari pelukannya. Kuciumi batang kontolnya yang begitu gagah, desahan Pak Bahar makin keras.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lanjutannya ada di karyakarsa !

Yang minat boleh klik linknya :

https://karyakarsa.com/jokooo69/duh-bapak-kost

Atau klik link di profil.


Note : Yang udah lama pada request langsung gas.

🌻🌻

Bapak MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang