Tidak Yakin

1 0 0
                                    

Happy Reading :)

***

"Kira-kira mereka bakal curang lagi nggak ya, Buk?" Dina tiba-tiba melontarkan pertanyaan ketika ia dan ibunya sedang bersantak di malam hari.

Feni yang mendengarnya diam tak bersuara sejenak sembari berpikir ucapan Dina. Ia sebenarnya masih ragu jika arisan tidak akan dicurangi lagi, tapi di satu sisi ia memiliki firasat yang tidak enak mengenai arisan tanggal 7 dan 20 tersebut.

"Kayaknya udah nggak akan curang lagi. Mungkin untuk sementara?" Feni kemudian menjawab pertanyaan Dina meskipun dengan ragu-ragu.

"Hah? Maksudnya sementara gimana, Buk?" Dina nampak kebingungan.

"Kemungkinan untuk sementara waktu mereka tidak akan curang lagi mengingat Hes sudah banyak dikatain sama orang-orang. Buni tuh juga salah satunya, tapi Ibuk nggak yakin kalau mereka nggak akan curang lagi. Sepertinya sedang menunggu waktu yang tepat," kata Feni menjelaskan.

"Bisa jadi," gumam Dina sembari mengangguk-anggukkan kepala menyetujui perkataan ibunya. Apa sih yang nggak mungkin. Begitulah pikirannya saat ini.

Dina berpikir, orang yang berbohong saja bisa kembali berbohong jika hanya ketahuan satu kali. Apalagi orang yang mencuri seperti yang dilakukan Hes. Bukankah hal tersebut juga termasuk pencurian yang disengaja untuk membuat korban memberikan sendiri uang kepadanya. Betul bukan? Karena kecurangan arisan yang dilakukan tersebut menimbulkan pencurian. Kalian tentu paham maksud dari hal itu.

Sebenarnya jika tidak melakukan kecurangan Feni sendiri malas jika harus berdebat. Namun, demi keadilan bagi dirinya dan anggota arisan lainnya, ia memilih untuk bertindak sejauh ini karena ia tidak suka hal-hal yang berbau curang. Terutama menyangkut arisan. Arisan memang tidak membuat kaya, tapi dengan adanya arisan Feni merasa itu bisa jadi tempat menabung agar uang hasil jerih payahnya tidak cepat habis.

Jika kalian bertanya mengapa tidak menabung sendiri di rumah atau bank, sebenarnya ia juga punya. Hanya saja namanya kebutuhan tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Jadi ketika menabung sendiri baik di rumah maupun di bank itu bisa saja diambil kapan saja. Jadi, saldo ATM milik seringkali menjadi hanya lima puluh ribu yang mana tidak bisa ditarik. Sebetulnya bisa, tapi itu akan menjadi nol rupiah. Apakah kalian ketika berada di posisi itu tidak akan bersedih? Haha, tentu miris sekali ketika melihat saldo nol. Sebab itu, Feni juga memilih menabung melalui arisan meskipun ketika sudah menang masih harus tetap membayarnya.

Saat mengetahui arisan yang diikutinya dicurangi, tentu Feni sangat kesal dan tidak terima. Apalagi pada orang yang menjadi joki arisan. Menurutnya itu pekerjaan yang sangat menjijikkan karena sama halnya seperti tukang palak yang meminta uang dari orang. Bedanya ini dengan cara halus dan disepakati. Ck, intinya itu sungguh membuat Feni dan Dina muak.

***

Tanggal tujuh pun kembali datang. Hari ini adalah hari di mana Dina dan Feni menunggu apakah arisan tanggal tujuh kini akan terlaksana dengan benar atau tidak.

Sore pun tiba, Dina datang lebih awal.  Sengaja untuk menghitung kertas arisannya. Namun, tanpa berkata, Hes si ketua arisan memberikan secara sukarela kepada Dina. Disitulah Dina tersenyum miring seolah paham maksud dari semua itu.

Sengaja banget sih, biat kelihatan tobatnya kah? Haha baguslah, tapi mari kita lihat ke depannya lagi, kata Dina dalam hati.

Bersambung.

Jangan lupa like dan komen serta ulasannya, ya. Terus ikuti cerita ini untuk mengetahui lebih lanjut.

More info kalian bisa cek my instagram @three_pt2 and twitter @three2906.

Terima kasih.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Joki ArisanWhere stories live. Discover now