Yuken's Routine (Prolog)

69 7 0
                                    

Tawa getir yang terdengar miris, keluar dari mulut menganga seorang lelaki yang tengah berjalan sempoyongan dibantu oleh dua orang sahabatnya.

"Dia... *hic* menikah... Dengan lelaki *hic* lain... Ahahaha.."

Pipi yang memerah, kaki yang tidak lagi kuat menopang tubuhnya sendiri, mata yang setengah tertutup, ucapan yang melantur. Tak sulit mengetahui bahwa lelaki berambut pirang itu tengah mabuk berat.

"Heyy, ayolah, sadar, masih banyak perempuan yang menyukaimu, lho! Yuken! Oiii, Yuken!! Kau berat, sial! Jinkawa, tolong tahan tubuhnya!" umpat seseorang yang sedang berusaha keras agar lelaki pirang tadi, Odajima Yuken, atau dikenal sebagai Yuken, tidak jatuh tersungkur di got.

Satu orang lagi, Jinkawa, memilih tak banyak mengoceh ataupun mengeluh, sedikit menggeram ketika tubuh lemah dan mabuk Yuken mulai sulit dikendalikan, bahkan dengan badan besar Jinkawa, "Sudahlah Kenzo. Dia tak akan mendengarkanmu! Tunggu dia sadar. Kau boleh menghabisinya!"

Kenzo berdecih. Ini sudah kali ke sekian Yuken menyusahkan mereka berdua karena perempuan yang ia sukai atau yang ia kencani selalu berakhir menikah dengan orang lain.

Jangan salahkan perempuannya! Yuken saja yang gila. Perempuan yang ia dekati, itu sudah umur siap menikah. Sedang Yuken? Usianya bahkan masih delapan belas. Itu saja baru beberapa hari lalu.

"Aku salah apa? Kenapa dia menikahi...*hic* orang *hic*..."

Tepat ketika kalimat itu keluar, detik berikutnya, Yuken mulai mengeluarkan isi perutnya, a.k.a muntah.

"Aish shibal saekkiya," (Lol. Koreya banget) umpat Jinkawa yang kakinya nyaris jadi sasaran empuk benda padat-cair bersifat asam yang biasanya disebut sebagai kim dalam pelajaran biologi itu.

Hasil proses pencernaan yang tidak sempurna oleh lambung Yuken. Keluar kembali melalui mulutnya yang sebelumnya sibuk meracau.

Kenzo refleks berteriak menyelamatkan kaki dan celananya dari cipratan, menjauhkan kepala Yuken darinya. Sejauh yang ia bisa, dengan memukul Yuken. Mengabaikan kondisi sebelumnya yang mana ia harusnya menopang tubuh teman jangkungnya itu.

Yuken terhuyung, terlepas dari dua orang yang menopangnya. Suara batuk perlahan terdengar. Selepas beberapa detik akhirnya kakinya yang tidak stabil mulai tenang, lelaki bertubuh cukup atletis itu akhirnya berdiri tegak, mengelap sudut bibirnya.

Helaan nafas kasar terdengar darinya, "Kuso... Itu sakit, sat!"

"Kakiku terlalu berharga untuk kau muntahi!" Kenzo melotot tidak terima.

Jinkawa memijat pangkal hidungnya lelah, "Bisakah kalian tidak berdebat? Ini sudah nyaris pukul 1 dini hari, dan aku lelah. Aku butuh istirahatku."

Kenzo masih dengan matanya yang melotot mulai menuding Yuken, "Kalau tidak karena rambut pirang satu ini, kita berdua sudah bisa tidur dan menikmati mimpi, Jinkawa!"

Yuken berkacak pinggang, "Kenapa? Kau tidak terima, heh? Temanmu (aku) sekarat di sini!"

"Kuso*gak*i! Sekarat pan*tatmu!! Kau patah hati sendiri, lalu mabuk sendiri. Setelahnya kami harus membawamu pulang? Kau pikir kau yang mabuk tidak merepotkan? Kau kembali ke dirimu di usia 5 tahun!" Kenzo mengomel. Sungguh, diantara ozawa hitoshi, Kenzo memang cocok jadi Mama Genk. Dia yang paling mengkhawatirkan setiap anggota.

Yuken hampir saja lompat melayangkan tinjunya kalau Jinkawa tidak dengan segera menarik paksa kerah Yuken untuk berjalan mengikutinya, ke rumah.

"Aku sudah bilang, aku lelah, Sialan. Perlukah aku berteriak di muka kalian? Ayo pulang. Aku mau bolos besok!" Jinkawa berdecak kesal.

Koibito-chaaaaan~ [Yuken AU Fanfict]Where stories live. Discover now