12. Nikah?

89 7 0
                                    


Flori berlarian menuju kamarnya dengan derai airmata berjatuhan begitu deras. Ia benar-benar tak paham kenapa ayahnya memaksa ia menikah dengan Hasan. Tidak, ia tak mau menikah dengan orang yang tidak ia cintai, apalagi itu adalah Hasan, ajudannya sendiri.

Tubuh Flori ambruk di tengah ranjang. Ia mencakar selimut dan sprei, melempar bantal dan semua boneka sampai kuku-kuku palsu cantik berwana putih itu berjatuhan.

"Baba serius! Baba ga main-main. Gimana kalo kamu hamil?"

"Tatap baba! Baba kelihatan becanda?"

"Lagi pula, kamu itu nakal jadi anak. Biar Hasan jaga kamu. Kalo baba ga giniin kamu, bisa-bisa kamu jadi pelakor lagi kayak dulu!"

"Kamh itu hobi bohong bohong! Kebanyakan bohong!"

Mata Flori terpejam kuat mengeluarkan bulir kesedihan. Ia meringkuk memeluk kedua lutut sembari menangis pedih tanpa mau berhenti.

Kepala itu menggeleng berulangkali hinga rambut pirangnya berantakan. Titik ini titik sama hancurnya dengan perpisahannya bersama Kekasihnya dulu.

"Sayaang.... Flo, Flori, bunda masuk, boleh?"

"Kak Floo, ini Nonof. What is going on? Are you okay?"

"Huuuu. Huuuu." Flori semakin histeris menangis. Bahu mulutnya gemetar hebat dan terhentak sesuai ritme isakan.

"Kalian pergi! Get out!" teriaknya begitu kencang.

"Flo, bunda udah usaha, Flo. Bunda ga tahu lagii." Karina duduk di sisi ranjang, lalu mengusap punggung anaknya yang membelakangi, namun langsung ditepis.

Florenzia tak lagi mengeluarkan suara. Kepalanya terasa berdenyut kencang kala ingat ia akan menikah seminggu lagi. Ini gila.

Pelukan di belakang yang adiknya beri sontak membuat Flori kembali menangis pilu. Sejak dulu ia selalu diatur, dan nikah pun harus diatur?

Flori perlahan memutar tubuh tuk menatap ibu dan adiknya dengan bibir mencebik. Semuanya tahu kalau ini tak bisa diganggu gugat. Flori pun sadar diri kalau alasan ayahnya sangat berdasar.

"Bunda, aku dilecehin, bundaaa.... tapi kenapa aku malah disuruh nikah sama yang ngelecehin akuuu?" lirih Flori menatap sang bunda yang duduk tak bertenaga.

"Dua kali aku dilecehin. Huuuu." Flori menangis tak mampu melanjutkan ucapannya.

"Hasan pasti lecehin aku, bunda. Tapi aku ga inget apa-apa. Hiks. Hiks. 

"Kaak.... ssuut." Naufla menatap wajah kakanya dengan begitu tulus. Ia dekap tubuh kakaknya yang sudah berhadapan.

"Kenapa baba malah ngira itu bukan pelecehan? Huuu."

"Itu bukan pelecehan! Itu mau sama mau!" tegas Raffi memasuki kamar dengan aura mencekam.

Flori membengis lemah kala berusaha berjingkat tuk duduk. Ia tak habis pikir pada ayahnya di sana.

"Aku dilecehin, babaaa..."

"Huuuuu!! Baba ga percaya sama akuuu! Huuuu!" raung Flori menekan dada, lalu meremas disana. Kedua sisi tubuhnya didekap oleh dua perempuan yang ia sayang.

Raffi menepis tangan di udara. Dengan lantang ia beri tahu anaknya kalau Florenzia sulit dipercaya lagi. Flori terlalu banyak bohong dan drama.

Flori menutup wajah kala tak kuasa lagi berusaha kuat. Iya, iya, dirinya memang banyak berbohong, selalu membuat drama, bahkan selalu manipulatif. Tapi sungguh, kali ini ia tak bohong.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Where stories live. Discover now