Shaznara Nathaisha

5 1 0
                                    

ㅤㅤ/ ’ Dinalarasa‚ 𝟣204. /

Dia layu...
Dia sekarat oleh hantaman takdir yang tak menentu.

Senyumnya sirna...
Seperti menggambar sebuah potret tanpa warna.

Terhuyung berjalan meratapi kepergian banyak asa, menjadi kelabu yang mematikan warna indahnya.

Baginya, harapan hanya mengacu ada penemuan mesin penghenti waktu.
Sebab pikirnya kusut mengingat masa yang terus berlalu.

Ia ingin melaju, namun berat sesal tetap membelenggu.
Membuatnya hanya membatu, terus berkutat pada masa-masa itu.

Dasarnya Tuhan adalah Yang Maha Penyayang.
Hari diberikannya ia keyakinan untuk menghadapi halang rintang datang.

Selangkah, dua langkah, dia perlahan memulai perjalanan.
Menghadapi segalanya dengan penuh keikhlasan.

Dia tumbuh menjadi puan yang akan abadi dalam wujud puisi ini.
Lengkung di senyumnya merekah menjadi ilham utama atas terciptanya bait-bait ini.

Menjadi berkat bagi nyata ketulusan yang begitu sakti.
Menjadi ratu bagi diriku yang sudah berhasil tumbuh, berdiri dengan tegap hingga masa kini.

Bahagia? Ia mulai memahaminya.
Tak perlu dicari, namun memang harus dicipta.

Diilhaman Ku
Waruga Kanyaah

— widditsme

DinalarasaWhere stories live. Discover now