i. Abhiseka ; dijunjung

642 42 5
                                    

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan satu dari empat wilayah otonomi khusus di Indonesia yang beribukota di Yogyakarta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan satu dari empat wilayah otonomi khusus di Indonesia yang beribukota di Yogyakarta. Berbeda dengan provinsi lain, kursi kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta diduduki oleh trah dari keluarga Keraton Yogyakarta. Yogyakarta atau Jogja dikenal luas oleh wisatawan sebagai Kota Pelajar dengan adat tradisi Jawa yang masih kental lestari

Tak heran Jogja dijuluki Kota Pelajar, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi yang mudah ditemukan disana, orang-orang dari luar kota bahkan luar negeri sekalipun selalu berbondong-bondong datang kemari untuk menuntut ilmu sekaligus menikmati setiap inci keindahan kota tersebut, tidak kaget jika dihari-hari tertentu kota Jogja akan dipadati oleh wisatawan baik lokal maupun yang bukan peribumi

Banyak bagian dari kota ini juga dihiasi dengan sentuhan budaya Jawa di mana orang tidak akan pernah melupakannya dan selalu ingat karakteristik yang ada. Ornamen-ornamen khas Jawa dapat ditemui di lampu-lampu jalananan , di bangunan atau gedung-gedung di sepanjang jalan dan lain-lain yang membuat kota ini menjadi unik dan cantik. Itulah mengapa kota ini juga disebut Culture City

Di balik keindahan alam budayanya, ternyata Jogja juga menyimpan sisi gelap di dalamnya. Sama seperti kota-kota pada umumnya, Jogja juga pasti memiliki sisi gelap yang selama ini jarang diketahui oleh publik

Salah satu yang marak terjadi dan banyak ditakuti bahkan oleh masyarakat setempat adalah adanya fenomena klitih

Dalam konteks ini, klitih merupakan salah satu fenomena sosial berupa aksi premanisme di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya yang banyak dilakukan oleh sekelompok pemuda. Fenomena semacam ini terjadi pada kalangan muda yang biasanya masih duduk di bangku SMP atau SMA berusia sekitar 14-19 tahun. Motifnya biasanya adalah persaingan antar geng atau kelompok yang saling beradu kekuatan

Klitih biasanya dilakukan saat geng-geng sekolah masih menjamur, klitih dimaknai sebagai aksi konvoi memutari kota kemudian melewati sarang geng musuh dengan tujuan untuk memprovokasi satu sama lain. Namun ketika geng-geng sekolah sudah lenyap, aksi klitih berubah menjadi syarat keanggotaan untuk dapat bergabung dalam geng tanpa mempedulikan lagi identitas asal sekolah

Jika awalnya target sasaran klitih adalah geng yang dianggap musuh, namun karena semakin berkurangnya persaingan antar geng, klitih kini berubah menyerang korban secara acak. Mereka tidak segan melukai siapapun dengan menggunakan senjata tajam seperti pisau, celurit dan sebagainya

Fenomena klitih berbeda dengan begal, jika pada begal bertujuan untuk mengincar harta korban, pelaku klitih biasanya cukup puas hanya dengan melukai korban, apalagi jika sudah tidak berdaya dan ditinggalkan terkapar begitu saja. Tindakan semacam ini dilakukan untuk menunjukkan kekuasaan serta eksistensi individu maupun kelompok yang mereka bela

Hingga saat ini fenomena klitih masih banyak ditakuti bahkan oleh masyarakat setempat. Meskipun telah banyak pelaku yang ditangkap, namun fenomena ini belum bisa dipastikan telah hilang sepenuhnya dari Jogja

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Paint the Town Red ¦ JAYWON 🔞Where stories live. Discover now