8: Pilihan

182 13 3
                                    

Suara nyaring alarm terdengar dari ponsel dengan case berwarna hijau. Sudah sepuluh kali berbunyi. Selalu dimatikan dan pemiliknya memilih untuk tidur lagi. Perempuan itu memilih tak beranjak dari kasurnya. Menggeliat lemah dan membuka mata kanannya. Mengintip.

Ia temui lampu kamarnya masih menyala terang. Semalam pasti ia ketiduran setelah menangis berjam-jam. Sampai lupa mematikan lampu dan tidur tanpa beralaskan bantal serta berselimut. Entahlah, malam yang menyedihkan.

Benar, ini bagian paling menyebalkan. Saat ia bercermin, yang didapatinya adalah mata sembab. Matanya sedikit pegal. Bekas menangis tadi malam.

Hari ini, ia ingin pergi hang out dengan Syarla. Melupakan yang terjadi tadi malam. Tidak mau kalau terus-terusan memikirkan pria itu.

"It's time to move on, totally move!" seru Salma saat membasuh muka di depan cermin kamar mandi.

Sore itu, mereka sudah berada di cafe yang jaraknya dekat dengan kos-an. Duduk berdua ditengah keramaian. Salma dengan kaos oversized - tomboy fashionnya, dan Syarla dengan dress bunga-bunga feminim modenya. 180° berbanding terbalik.

"Gue abis putus, Syar"

Syarla tersedak kentang goreng ketika mendengar kalimat itu.

"Serius?," matanya melotot tajam.

Salma mengangguk mengiyakan, fokus dengan segelas minuman coklat didepannya.

"Pantes mata lo sembab,"

Syarla menelan ludah. Merasa tidak enak kalau kata-kata darinya membuat Salma semakin berkabung.

"Dia masih komunikasi sama mantannya. Tepat nggak sih keputusan gue kali ini?,"

"Bener, keputusan lo bener. Lagian ya, kalau laki-laki punya dua pilihan. Suruh dia pilih yang kedua aja. Karena nggak mungkin ada yang kedua kalau dia bener-bener cinta sama yang pertama," Syarla menepuk-nepuk bahu Salma. Seolah memberi tahu, ini semua akan baik-baik saja.

"Gitu ya?,"

Syarla mengangguk pelan, tersenyum agar Salma juga ikut tersenyum. Tidak murung.

"Eh, kok lo bisa pinter gini. Bukannya lo jomblo ya?," celetuk Salma spontan.

"Justru itu Salma, gue jomblo artinya masih waras. Lah kalo yang lagi di mabuk cinta itu kadang otaknya nggak dipake, kayak lo dulu lah!," Syarla tertawa memperlihatkan gingsul manisnya. Disusul Salma yang juga menertawai betapa bodohnya ia bisa jatuh cinta sedalam itu.

"Laaaaah, cincin tunangannya masih dipake?," Syarla memandangi jari manis Salma yang terbalut cincin permata. Cincin tunangannya saat Fajar melamar di restoran.

Salma buru-buru melepas cincin itu. Memasukkannya ke dalam dompet. Seakan tidak sudi memakainya lagi. Tak menjawab pertanyaan Syarla barusan.

=°=°=

Sementara itu, Minggu ini Fajar tidak punya alasan untuk keluar. Sekedar makan malam atau jalan-jalan. Pacar saja tidak punya.....

"Eh, gue mau pergi dulu ya. Tadi ada paket lu, di meja tuh!," ucap Rian yang sudah gagah memakai kaos hitam. Ia hendak pergi jalan-jalan dengan kekasihnya.

Fajar yang baru selesai dari kamar mandi langsung memeriksa barang di meja kamarnya. Ia buka kardus berukuran kecil itu.

"Cincin?," tanya Rian yang sedang memakai sepatu, terkejut melihat isi paket milik Fajar.

"Gue udah putus sama Salma," Fajar terduduk lemah di ranjang sambil memperhatikan cincin itu. Seharusnya dia masih melekat hangat di jari manis Salma. Pasti Salma sengaja mengirim paket ini karena ia tidak mau menemui Fajar. Bahkan namanya mungkin sudah diblacklist dari daftar orang yang pernah Salma kenal.

"HAH? PUTUS?,"
"Terus..... tentang pertunangan lo? soal rencana lo bangun rumah? rencana lo mau ajak Salma ke Banda Neira akhir tahun?????,"

"semuanya batal,"

"Brooo, calm. Mungkin masih bisa terlaksana semua rencana lo itu. Tapi..... dengan orang yang berbeda," Rian merangkul pundak Fajar. Agak kesulitan, karena ia tidak bisa menjangkau sempurna.

"Maksud lo? kali ini gue akan move on cepet?,"

Rian tersenyum getir, mengedipkan mata kirinya. Lalu beranjak pergi meninggalkan jomblo itu sendiri.

Dalam hati Rian,
"Kayak nggak biasa diputusin aja, tambah lagi deretan mantan playboy Bandung ini"

Rian terkekeh sambil melangkah keluar, memikirkan betapa bodohnya Fajar sampai nekat merespon mantannya. Padahal saat itu ia sudah punya Salma. Salma yang luar biasa sabar, mandiri, cantik, wangi, perfect.

Ya, Fajar pria bodoh yang membiarkan ini semua terjadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ya, Fajar pria bodoh yang membiarkan ini semua terjadi. Tanpa berusaha memperbaiki lagi.

Bodohnya ia menyakiti hati sebaik Salma. Bodoh.

FAJAR Where stories live. Discover now