14. Kiss?

104 9 0
                                    

Tumpukan baju dan celana dimasukkan ke dalam koper butut, ditekan sekuat tenaga agar bisa mengecil. Disusul dalaman dan dua jaket kulit tebal, Hasan menghembuskan napas besar. Ia diperintah untuk tinggal di rumah istrinya. Istrinya? Entahlah, ia tak merasa anak majikannya adalah istrinya.

Hasan menelepon Raffi tuk meminta izin apakah boleh untuk pergi ke rumah sakit. Ternyata boleh sekali.

"Kalo bicara apa-apa ga usah didengar. Biarin aja."

"Nanti sore pak Hajrun yang dari Brunei mau ketemu kamu."

"Ya, tuan? Sore ini?" tanya Hasan dengan binar bahagia di mata. Langkahnya terhenti tepat di depan pintu.

"Hasan..."

"Ya, tuan, siap!"

"Tugas kamu masih sama, jaga Florenzia, lindungi Florenzia, kendaliin anak saya dari hal-hal ga bener. Dan terakhir, bikin dia lupa sama masa lalunya."

"Jangan macem-macem, Hasan. Mark my words!"

"Jangan keseringan gampang ditipu dan keancam anak saya."

"Baik, tuan! Saya akan laksanakan." Hasan tak berani menolak.

"Biaya rumah sakit ibu kamu sudah saya lunasi."

Tuut!

Pintu apartemen dikunci manual. Baru saja koper butut itu ditarik, rodanya patah. Sontak Hasan kehabisan kata-kata. Sesabar mungkin ia mengusap dada agar bisa tenang.

Pria itu mendecak, lalu memanggul kopernya di bahu tanpa merasa terbebani sama sekali.

Di sisi lain kota Jakarta, Florenzia sedang mengontrol kantornya sebagai tugas dari sang ayah. Di usia yang baru 22 tahun, Florenzia sudah memiliki saham di banyak perusahaan, bahkan sudah memiliki banyak jabatan.

Dikarenakan hanya beberapa tahun sekolah di sekolah biasa dan sisanya homeshooling, Florenzia sangat suka sekali memakai pakaian yang menyerupai seragam kompak bersama jas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dikarenakan hanya beberapa tahun sekolah di sekolah biasa dan sisanya homeshooling, Florenzia sangat suka sekali memakai pakaian yang menyerupai seragam kompak bersama jas. Ia banyak memiliki koleksi seragam berbeda model.

Para petinggi perusahaan sudah tak asing lagi dengan Florenzia. Florenzia Augusta Akbar digadang-gadang akan menjadi penerus Raffi Alexander Akbar. Meski ada Benedict, adik laki-laki dari Florenzia yang sama cerdasnya, nama Florenzia sama sekali tidak pernah redup. Ia dan adiknya sudah diterjunkan pada bisnis sejak remaja.

"Yes, yes, of course. I would like to go to your house. I saw yours on the internet! That was so amazing!" ucap Flori menyilang kaki dengan anggun di tengah para pengusaha hebat dari belahan dunia.

"Wait, hold on! I have something special for you, guys."

"Wow! what's that? "

"Hmm! You'll know!" ucap Flori begitu anggun, manis, berkelas. Ia mempersilahkan box kecil untuk ia simpan di atas meja. Para pengusaha yang kebanyakan laki-laki berusia itu tampak bersemangat.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang