curhatan hidup andra

1K 48 7
                                    

Lima tahun yang lalu, aku masih menjadi pemuda lugu dan polos.

Aku bahkan tak mengerti jika tanda pin di wa digunakan untuk menandai orang spesial alih-alih untuk orang yang harus sering ku hubungi.

Aku bahkan tak mengerti jika berdekatan dengan lawan jenis dianggap lebih dari sekedar teman alih-alih menganggap mereka sahabat.

Aku merasa baru saja keluar dari liang dengan julukan 'remaja'.

Dulu hidupku hanya sebatas duduk dibangku kelas, mengerjakan tugas, menggenggam buku tebal sepanjang hari. Atau bahkan sejauh berambisi mendapatkan peringkat pertama paralel. Itu sebuah mimpi yang luar biasa.

Aku tak memiliki gambaran cinta sebelumnya. Dengan lingkup pertemanan yang dapat dihitung jari.

Dengan teman sebaya yang berpengalaman sama. Aku merasa tumbuh dengan terlambat. Lebih lama pubertas dari anak umumnya.

Aku bahkan tidak peduli dengan hubungan yang teman-teman ku anggung kan bernama 'pacaran'.

Well, hidupku sebatas ambisi yang tercetak rapi di buku paket. Menjadi juara, menjadi pintar, menjadi akrab dengan teman sebaya, atau bahkan menjadi idola wanita-wanita dikelas.

Dulu, aku sangat bahagia saat teman kelasku bertepuk tangan ria atas peringkat hebat ku. Aku sangat bahagia saat guru memanggil namaku.

Tak ada sedikitpun terlintas dalam benakku perihal menjadi dewasa. Aku memandang dunia sama seperti yang saat itu aku jalani.

Aku berfikir bahkan sampai aku besar aku hanya perlu belajar, mendengarkan lantunan nasihat para tetua, mendekam seharian di antara rak-rak buku. Atau bahkan membaurkan diri dalam rangkaian keagamaan.

Cinta? Aku bahkan belum paham bagaimana memiliki rasa ketertarikan.

Saat itu, aku masih sama. Lugu, menilai sesuatu dengan mudahnya, bahkan untuk jarak waktu dua atau tiga tahun berikutnya.

Aku masih menjadi pemuda yang sama yang mengalami ketertinggalan teramat dari yang lainnya.

Hubungan bukanlah sesuatu yang aku impikan, aku hanya ingin menjadi Batman yang beterbangan disepanjang film nya. Tak pernah memimpikan menjadi seorang pria sesungguhnya, mendambakan wanitanya.

Saat kakiku baru saja menapaki fase 'pemberontak kan remaja' saat itu pula kau berdiri tegap di hadapan ku.

Aku masih ingat betul suara halus mu, aku masih ingat betul aksen Australia mu, aku masih ingat betul gaya bahasamu yang terlampau formal nan kaku.

Tapi anehnya aku menyukai hal itu.

Kau berbeda dari orang kebanyakan yang ku temui. Kau seperti sebuah labirin penuh rahasia yang ingin sekali ku jejaki.

Entah hanya rasa penasaran semata selayaknya anak labil atau mungkin saat itu aku sudah melabuhkan perahu menuju dermagamu.

Aku tidak tahu, aku tidak memiliki kata romansa cukup untuk mencurahkan perasaan menggebu yang bergejolak diantara rongga dadaku.

Kau yang jauh lebih paham dengan ekspresi orang lain mengizinkan ku menengok mu barang sejenak.

Yah, sejenak.

Karena saat itu aku dengan konyolnya berteriak "aku mencintaimu!".

Cinta? Aku bahkan tak tahu rasanya, aku bahkan tak tahu gambarannya, aku bahkan tak tahu ciri atau mungkin tanda nya.

Yang ku tahu aku hanya ingin terus bersamamu. Yang ku tahu aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu.

Mungkin itu cinta? Karena aku tak tahu alasan kenapa aku mencintaimu. Berbeda denganmu saat itu, mengizinkan ku menjadi kekasihmu.

Own you S2 [Chanjin]-ENDWhere stories live. Discover now