2.

1K 88 14
                                    

Happy reading!!

First kembali ke apartement pada pukul 10 malam. Sial, dia berakhir membantu Jun karena klub benar-benar penuh dan dia tak tega meninggalkan Jun yang terlihat keteteran sendiri.
Lampu kamar sudah di matikan, terlihat dari pintu masuk karena Khaotung tidak menutupnya.
First lalu pergi ke dapur dan melihat ayam kari yang ia simpan sudah lenyap, bekasnya ada di tong sampah.
Senyum simpul diwajahnya yang lelah pun terlihat, dia senang Khaotung masih memakan makanan yang dia bawa walaupun mungkin sudah makan di restoran.

Mendadak, rasa lelahnya sudah hilang secara perlahan.
First sudah makan di klub Jun, jadi dia hanya akan pergi mandi dan tidur.
Besok Khaotung masih memiliki kelas pagi dan First pun masih memiliki kelas siang, sebenarnya tidak masalah juga jika First masih belum ingin tidur. Tapi, dia tidak mau membuat Khaotung terganggu karena suara suara yang kemungkinan akan dia keluarkan saat bermain game.
Jadi setelah mandi itu, First dengan segera membaringkan tubuhnya disamping Khaotung yang sudah terlelap dengan selimut dibawah tubuhnya. Anak ini, dia memang tidak suka memakai selimut.

Lampu kamar yang dimatikan membuat suasana hening itu semakin terasa hening, First yang belum terlihat mengantuk sedang sibuk melihat atap kamarnya.
Lihat? First tidak merasakan debaran cinta yang dibilang Jun sore tadi, dia bisa tidur dengan nyaman dengan adanya Khaotung ataupun tidak.
Jadi First menyimpulkan bahwa itu hanya rasa iri saja, iri karena Khaotung memiliki teman semenyenangkan View. Atau mungkin First akan merasa lebih baik jika ia dan Khaotung bisa pergi jalan-jalan sebagai teman seperti View yang mengajak Khaotung.
.
.
.

Pagi ini, Khaotung terlihat lebih santai. Di bahkan bisa sarapan roti sambil mengenakan pakaiannya.
Di kasur, ada First juga yang selalu terbangun setiap kali Khaotung bangun lebih awal.

"Kau pulang jam 10? Itu malam sekali, kapan kelasmu dimulai?" Tanya Khaotung, dia bahkan bisa menata rambutnya hari ini, bangun pagi karena ditelepon secara berulang oleh View benar-benar bermanfaat.

"Seperti kemarin," jawab First sembari merapikan rambutnya.

"Apa rencanamu hari ini?" Tanya First.

"Aku akan pergi menemani View membeli sesuatu setelah pulang kuliah." Khaotung tersenyum sambil mengatakannya.

Khaotung lalu pergi ke kasur untuk membawa ponselnya, kemudian protes karena semalam First pulang amat sangat terlambat. Khaotung sampai tertidur menunggunya.

"Kenapa? Tumben sekali menungguku pulang."

"Aku ingin memberitahumu sesuatu," jawab Khaotung.

"Ini tentangku dan View."

First menganggukkan kepalanya. "Kenapa?"

"Aku merasa dia menyukaiku lebih dari seorang teman, apa kau melihatnya?"

"Aku bahkan tak memperhatikan diriku sendiri," balas First sambil terkekeh.

First lalu bertanya, bagaimana dengan Khaotung sendiri. "Kau juga menyukainya?"

First terlihat gugup, perkataan Jun kemarin sore seolah masuk semua ke kepalanya. Bahwa dia tidak berani bertanya langsung pada Khaotung karena memang dia agak keberatan dengan status hubungan Khaotung dan View.
Tapi First selalu menepis prasangka tersebut, dia tak mau menyimpulkan rasa cemburunya adalah karena dia menyukai Khaotung.

"Aku belum bisa mengatakannya, tapi aku merasa nyaman dengannya. Aku berbicara banyak hal, dan View mengerti dengan baik semua yang kita bicarakan."

First menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Itu pasti menyenangkan, kau menemukan seseorang yang kau cari."

"Belum pasti, tapi aku merasa View akan cocok denganku."

Khaotung lalu tertawa mengingat ia dan First rasanya sudah sangat terlalu lama tidak pergi keluar dengan seorang gadis. Kini Khaotung sudah menargetkan View untuk dijadikan pasangan, ia kemudian menyuruh First untuk mencari juga.

Should I Call It Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang