1-10

345 13 0
                                    


Bab 1: Masa Lalu yang Kelam


Ali Avery adalah seorang pemuda berbakat yang berhasil mewujudkan cita-citanya dengan menjadi seorang pengusaha sukses. Dia membangun karirnya dari awal. Usahanya yang merupakan hasil kerja kerasnya yang luar biasa ini membuat keluarganya bangga dan bahagia.

Dari segala sisi sorotan yang dilihat banyak orang, tak ada seorang pun yang mengetahui atau peduli dengan masa lalu kelam Ali semasa muda.

Ali muda tidak tahu kapan hal itu dimulai dan mengapa mereka melakukannya, namun teman-temannya mulai mengucilkan dan menjauh darinya. Saat itu, pikiran naif Ali muda tidak menganggap serius keadaan tersebut dan hanya mengira dirinya baru saja melakukan kesalahan dan perlu memperbaikinya.

Ia hanya meminta maaf jika berbuat salah kepada teman-temannya dan mulai membantu kegiatan sosial yang membuatnya sangat dihormati oleh para guru dan orang tua.

Situasinya menjadi lebih buruk seiring berjalannya waktu. Al muda mulai mendapat perlakuan kasar bahkan dari orang-orang tua di keluarganya. Emosi mereka menjadi kurang stabil dan mereka dapat dengan cepat menjadi marah karena alasan ekonomi tertentu. Tidak jarang Ali muda diperlakukan dengan kasar dengan alasan sebagai disiplin yang pantas.

Pendapatnya sering diabaikan dan dibiarkan dengan kata-kata kasar seperti "kamu masih anak-anak, apa kamu tahu!" dan masih banyak lagi pelecehan verbal yang terjadi setelah itu.

Perlakuan itu membuatnya merasa minder, dan ia mulai takut pada banyak hal. Keadaan diperparah dengan menyebar ke berbagai arah... Kata-kata seperti 'Ali, sebaiknya kamu diam saja!' dan 'kamu menyebalkan, pergi saja!' sering dilemparkan padanya.

"Aku hanya ingin membantu." 'Apa kesalahan yang telah aku perbuat?' Ali muda mulai tenggelam dalam lautan menyalahkan diri sendiri.

Beberapa bulan berlalu dengan perlakuan itu, dan Ali muda bahkan tidak mempunyai teman pada saat itu. Ia hanya mengubur semua yang dirasakannya jauh di dalam hatinya, tak mampu mengungkapkannya dan hanya bisa menderita dalam diam.

Hingga ia mendapatkan seorang teman yang sering datang ke taman dan tidak sengaja bertemu dengannya, mereka sering bermain bersama. Kedua anak laki-laki itu menjadi teman baik setelahnya. Ali muda menganggap persahabatan antara dirinya dan teman bermainnya cukup erat, maka ia mulai bercerita tentang dirinya sendiri tentang apa yang telah ia lalui.

Hasilnya tidak seperti yang diharapkannya. Sahabatnya pun menghindarinya dengan alasan, 'Aku tidak ingin terlibat denganmu lagi'. Kondisi kejiwaan Ali muda semakin terpuruk setelahnya akibat pengkhianatan sahabatnya yang mulai ikut membully dirinya dengan orang lain.

Bullying ternyata benar-benar berlebihan ketika ia sudah naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sekarang, dia sering menerima kekerasan fisik karena alasan yang dia tidak tahu.

Namun, ketika berita kekerasan fisik tersebut sampai ke telinga para guru dan orang tua, mereka hanya menganggapnya sebagai lelucon anak-anak pada umumnya dan tidak menanggapi situasi tersebut dengan serius. Tak ada yang tahu, kondisi kejiwaan Ali muda semakin terpuruk hingga menimbulkan trauma mendalam.

'Saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Saya melakukan yang terbaik. Apa yang membuat saya pantas mendapatkan perlakuan ini?' Ali muda mulai mempertanyakan dirinya sendiri. Dia hancur, dan tidak ada yang peduli. Dia mencapainya, dan tidak ada seorang pun di sana.

Seiring berjalannya waktu, Ali muda menjadi lebih sadar akan dirinya sendiri dan lebih memperhatikan lingkungannya.

Ia menjadi lebih suka menyendiri daripada berada di keramaian, ketenangan sebagai penghiburnya, dan tempat terpencil sebagai tempat perlindungannya. Secara tidak sadar ia membangun kesadaran diri yang sangat tinggi terhadap dirinya dan lingkungan disekitarnya.

TRANSMIGRASI CEPAT: DEWI IMAJINASI SAYAWhere stories live. Discover now