belofte

36 3 0
                                    

Hari ini langit memberikan istirahat kepada makhluk hidup dibawahnya untuk bisa keluar menikmati sinar mentari yang tak seberapa.

Begitu juga dengan dua anak adam yang sedang bercengkrama akrab di taman kota yang lumayan sepi.

"Jadi gimana?"

Pria berbaju coklat yang masih terkekeh itu memusatkan perhatiannya pada sang penanya, "gimana apanya?"

Javier menghela nafasnya, "orang yang lo sukai lah."

"Ga gimana-gimana, gue liat dia aja dah seneng banget."

"Waduh bertepuk sebelah tangan dong Na."

Naze yang mendengarnya tak terima, pukulan ia daratkan ke lengan Javier.

"Enak aja tu mulut ngomong, bukan berarti bertepuk sebelah tangan ya."

Javier terkekeh geli melihatnya, suka sekali dia menggoda sahabat kecilnya ini.

"Udah ih kenapa malah jadi bahas gue."

Tak ada percakapan setelahnya, keheningan melanda mereka berdua.

Semilir angin yang menandakan akan turun hujan mulai mereka rasakan, tapi tak ada satupun dari mereka berdua yang beranjak.

"Na."

Panggilan pelan yang mampu membuat seseorang yang dipanggilnya itu memusatkan atensinya kepada pria berjaket hitam itu.

"Gue udah sering bilang, rumah yang seharusnya tempat gue pulang udah lama pergi jauh. Dan lo," Javier menolehkan kepalanya, tatapan keduanya bertemu, "rumah yang selama ini menjadi tempat gue pulang. Terima kasih."

Sial.

Javier yang mengatakan itu dengan gampang tetapi tidak dengan Naze yang mendengarnya.

Naze mencoba mengendalikan detak jantungnya yang tak terkendali.

"Gue selalu disini Vi, ga akan kemana-mana."

Javier tersenyum mendengarnya, ia pernah berfikir, pahala apa yang ia dapatkan di kehidupan sebelumnya sampai mendapatkan seorang sebaik Nazero.

Naze yang ditatap sebegitu intens nya mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Ehem, terus gimana masalah bokap lo?"

Bisa Naze lihat senyuman kecil terbit dibibir Javier, "ya gitu, udah lebih mending dari sebelumnya. Dah tobat kali."

"Gue aminin yang paling kenceng,"

"AMINN!!"

Naze berteriak dengan lantang di taman itu, untung saja sudah sepi hanya tinggal mereka berdua dan beberapa orang yang lewat.

Javier bukannya menegur atau merasa risih ia malah tertawa keras, dan berteriak lantang seperti yang Naze lakukan.

"AMINN!!"

Tawa mereka berdua melantun keras di taman yang sepi itu.

"Syukur deh tu muka ga kusut lagi. Bahagia terus Vi."

"Gimana? Lega?"

"Lega."

Helaan nafas panjang Javier lakukan.

"Na,"

Naze mengangkat salah satu alisnya menanggapi panggilan Javier.

"Makasih."

Senyuman manis Javier lihat dari pria yang lebih kecil darinya, senyuman yang manis.

"Jangan senyum kayak gitu, ntar ada yang kecantol."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Promise ✓ (nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang