19. Yeay!

79 7 0
                                    


Dua kuda selesai Hasan mandikan di samping lapang yang begitu luas bak tak berujung. Di kejauhan sana terdapat pepohonan yang rindang seolah tak berjarak. Itu adalah hutan.

Dengan wajah yang lega, Hasan membimbing dua kuda cantik berwarna putih itu menuju kandang. Hasan tidak suka banyak diam. Kalau saja tidur itu tidak penting dan ngantuk itu tidak ada, Hasan rela beraktivitas 24 jam. Andai saja tubuhnya ini robot.

Teriakan-teriakan histeris dari para pelayan yang menaiki buggy car melewati lapang basket dan tenis membuat Hasan kebingungan. Para ibu-ibu berseragam pelayan berwarna biru muda tak henti-hentinya melambaikan tangan.

"Ada apa, bi?!" teriak Hasan setengah berlari.

"Mas Hasaaan!"

"Tuaaan!"

"Tuan Hasaaan!"

"Iya, ada apaaa?!" teriak Hasan terperangah tak sabar menunggu kalimat lanjutan. Ibu-ibu itu malah heboh tak jelas.

"Tuaan! Non kumat lagii!" teriak satu sekuriti dengan penampilan rapi dan pastinya memiliki ciri khas di setiap kediaman yang ia jaga.

"Astaga! Iya, iya! Sebentar!"

"Pak, punteun jaga kudanya!" teriak Hasan berlari kencang

"Cepat, tuaan!"

Hasan berlari secepat kilat memasuki rumah, menaiki lift, lalu segera menuju kamar sang nona. Wajah tampannya tak bisa menyembunyikan rasa cemas. Baru saja tadi ia biarkan sang nona tidur sendirian, kini sudah ada lagi kejadian.

Terjadi keributan di dapur kering. Ada banyak botol minuman berserakan, belum lagi ciki-cikian, serta makanan instant lainnya. Tak lain dan tak bukan, pelakunya adalah Florenzia yang sekarang meringkuk di pojok tikungan kitchen set serba pink muda dengan polet hitam.

Flori hanya memakai crop top tanpa lengan dan bahu.

"Eerrghh! Huuuu! Eeerrghh!" geram Flori bercampur tangisan frustasi. Ia menjambak-jambak rambutnya tanpa henti.

"Astaga, non! Non? Non!" kejut Hasan berlutut menangkup dua sisi bahu sang nona yang terekspose bebas.

"Aaaaa! Huuuu!"

"Ada lagiii! Huuu!"

"Ssuut! Iya, iya. Saya percaya, kok." Hasan segera merengkuh tubuh itu dan memberinya usapan hangat.

"Astagfirullah, Florii!" pekik Karina berlari cepat menuju anaknya di sana.

"Bundaaaa!" pekik Flori histeris mendengar suara ibunya. Bundanya adalah sosok yang paling ia tunggu.

"Sayaang.... kenapa? Hmmm? Ada? Lagi?"

"Hmmm? Ini bunda di sini. Apa? Hmm? Dia ada lagii?"

"Huuuuu! Aaaaaa! Huuuuu!" raung Flori berpindah pada pelukan ibunya. Ia sampai berjingkat saking tak menyangka ibunya telah tiba di sini.

"Bibi balik kerja semua!" titah Karina mengusap tanpa henti pada anaknya yang ia dekap tak kalah erat. Flori bahkan meringkuk di atas pangkuannya.

Hasan menyiapkan air dingin dan coklat beku. Segera ia kembali berlutut di hadapan Flori tuk menyerahkan. Sayang sekali gelas panjang itu ditepis kuat oleh Flori hingga semuanya tumpah.

Karina yang memiliki proporsi tubuh bak model kelas dunia itu tanpa ragu mengtgendong tubuh Flori.

"Biar saya, nyonya. Permisi!" ucap Hasan merebut tubuh Flori dengan hati-hati.

"Ga mau ke kamaaarr. Pliiiss!" rengek Flori dengan suara tak jelas karena wajahnya sembunyi di dada bidang itu.

"Hasan, pliiiss." Flori memohon.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang