Belanja

501 55 2
                                    


Bukannya menurut, Dyas yang takut sekali jika Anjas menyakitinya dan ia berusaha menghndari rasa malu karena dress kekurangan bahannya yang melekat di tubuhnya kini terpampang di hadapan pria itu. Teriakan Dyas bermaksud agar pria itu menjauh tanpa ia harus mengatakan. Tapi justru Anjas menindih tubuhnya, membuat Dyas semakin terancam, tubuhnya memberontak minta di lepaskan dan teriakannya semakin melengking.

" WOI DIEM !" Anjas membentak kesal.

Anjas tidak terbiasa tidur berselimut, suhu pendingin di kamarnya selalu pada angka yang sama sejak ia kecil, semakin ia dewasa tidur tidak mengenakan apa pun selain celana pendek membuatnya lebih nyaman, kasurnya terbiasa berantakan dengan tumpukan selimut dan bantal-bantal.

Beberapa menit lalu sebelum Dyas melemparkan tubuhnya sendiri ke arahnya, sebenarnya tidur Anjas sudah tidak lelap lagi, saat matanya masih terpejam ia mendengar suara pintu dbi buka dan suara berisik lainnya. Anjas merasa tidak terganggu, karena semua keluarganya memberi izin pembantu tertentu untuk mengambil baju kotor di dalam keranjang kamar mandi setiap pagi. Tapi yang membuat Anjas terbangun, seseorang telah mengusiknya, jelas Anjas merasakan selimut di bawah permukaan kulitnya seakan di tarik pelan-pelan, menimbulkan kecurigaan. Belum pernah seumur hidupnya ada pembantu lancang berani menganggunya tertidur hanya untuk merapikan kamar. Belum pernah ! .

Merasa ingin tahu, cepat Anjas membalik badan , seketika terkejut karena suara teriakan di hadapan wajahnya, dan orang itu tak lain dan tak bukan adalah Dyas, detik ituah Anjas menangkap tangannya, ada sesuatu yang hidup dan bergemuruh di dalam dadanya saat ia tahu bahwa ternyata Dyaslah yang berada di kamar ini, bukan karena Dyas telah mengusik tidurnya, membuat Anjas melakukan tindakan spontan pada gadis itu, tapi ia melakukannya karena ingin---seolah ini kesempatan untuknya memberi Dyas pelajaran.

Bermaksud ingin mengerjai Dyas karena telah berani menganggu tidurnya, Anjas sengaja menindih tubuh Dyas, tapi yang membuatnya kesal Dyas terus berteriak, padahal gadis itu belum di apa-apakan. Anjas menangkap tangan Dyas yang mencoba memukulinya, saat itulah ia melihat dengan jelas, di matanya Dyas tampil terlalu terbuka, leher pundak tangan gadis itu tidak mengenakan apa pun, mengingatkannya pada malam di mana Anjas menelanjangi Dyas dan masih di tempat yang sama.

Terkesima sesaat dengan apa yang di lihatnya, Anjas tersadar karena kaki Dyas di bawah tubuhnya juga ikut bergerak mendorong. Cepat Anjas menutup mulut Dyas dengan telapak tangan, hingga gadis itu menjerit dalam bungkaman tangannya, matanya melotot dengan wajah memerah.

" Lo kalau nggak di giniin, nggak diem "

" Hmmmm..PPPP"

" Lo diem baru gue lepasin "

Dyas mengangguk cepat, gads itu menghirup oksigen dengan nafas tersengal-sengal, dadanya naik turun.

" Turun...turun, Kamu mau bunuh saya ya " ucapa Dyas kesal dengan wajah merengut marah, ia benar-benar murka, Anjas mungkin tidak berpikir dua kali untuk menyakitinya dengan serius. Ia meraih selimut menutupi tubuhnya, Anjas turun dari atas tubuh Dyas memperhatikan wajah gadis itu yang memerah menahan tangis, sedikit merasa kasihan karena terlihat sekali Dyas menahan kesal, marah dan mungkin juga kesakitan.

" Lo emang pantes diginian...lo mau ngapain gue tadi ? " tanya Anjas dengan wajah dingin seolah tidak peduli.

Dyas mengerjab, matanya berkedip-kedip. Raut wajah polos khas miliknya, matanya tampak berpikir, ada semburat malu di wajahnya yangcepat berpaling.

" Saya mau ganti baju..."

Mata Anjas turun ke arah tangan Dyas yang menahan selimut di atas leher gadis itu, nah dia baru sadar Dyas sekarang berada di atas kasurnya, tubuh gadis itu tertimbun tumpukkan selimut tebal. Dan diingatan Anjas Dyas tadi hampir tidak mengenakan apa pun, atau otaknya saja yang membayangkan itu.

Pernikahan DYASWhere stories live. Discover now