Masih di rumah Raffi. Dua pasang pakaian berbeda jenis dibuka dari boxnya dan disimpan di atas ranjang. Itu adalah pasangan pakaian untuk Hasan dan Flori untuk menghadiri undangan pernikahan dari rekan bisnis Raffi yang secara langsung rekan bisnis Florenzia.
Sepasang suami istri yang berdiri terhalang ranjang saling menatap satu sama lain tanpa mengeluarkan sepatah kata. Wanita cantik itu mendecak kala mengambil gaun berwarna hitam.
"Sana duluan mandi!" ucap Flori mendaratkan bokong di sisi ranjang sembari menepis tangan di udara.
"Jangan lupa belajar di wc, ngaca! Gimana caranya act like a good husband." Flori begitu ketus. Ia kesal sekali mengingat Hasan susah diajak akting di depan banyak orang.
"Halo, bi. Sini ke kamar. Setrika baju saya."
"Hmmm!"
Tuut!
Hasan memasuki kamar mandi tanpa bisa bohong kalau ia terpukau. Hanya lampu-lampu kecil dan redup yang nyala. Ia tidak tahu di mana keberadaan stop contact.
Lima belas menit pertama Hasan habiskan untuk melihat-lihat, lebih tepatnya memeriksa kamar mandi yang luas dan sangat elegan ini. Luas kamar mandinya lebih luas dari rumah ia di kampung dan sama kalau ditambah halaman belakang dan halaman depan.
"Wuih! Emas asli ini," ucap Hasan mengetok tiang yang menjulang di sisi bak mandi.
"Ini juga, nih, marmer."
"Uuhhh... edan!"
Pria itu sepertinya ingin menyentuh seluruh bagian kamar mandi. Ia berjongkok mengetuk lantai marmer, menempelkan telinga di sana, lalu menghentak kaki pada banyak bagian lantai.
Bugh bugh bugh!
"Waktu lo lima belas menit lagii!" teriak Flori sangat-sangat kencang. Bibirnya sangat dekat dengan celah dua pintu kamar mandi.
"Astaga! Reuwas!" kejut Hasan terperanjat tepat di depan pintu yang sedang ia cek kusennya.
(Astaga! Kaget!)
"Bodoamat, pokoknya lima belas menit lagii!!"
"Iya, iya, nooon. Marah-maraah terus." Hasan bicara sendirian sembari memasuki area mandi dimana ada shower berdesain klasik.
Hasan melepas seluruh bajunya, lalu berdiri menelisik fungsi masing-masing pengontrol keran. Saat ia putar salah satu pengontrol, punggungnya dihujani air dingin. Ia sampai terperanjat dibuatnya.
Perlahan mata Hasan terpejam menikmati air dingin yang ia rasa pas untuk membuatnya segar. Kulit coklat tua itu mulai basah seluruhnya, begitu pula rambut yang mulai lepek dan basah seiring ia mendongak.
Flori sibuk menelisik isi kamarnya yang menjadi tempat ternyamannya selama belasan tahun. Ada banyak kenangan di kamar ini.
"Kangen balkon, deh." Flori membuka pintu balkon dan menikmati seminar angin yang berhembus di wajah.
STAI LEGGENDO
The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]
Narrativa generaleKisah cinta Florenzia yang bertahan tuk merebut pacarnya yang terpaksa menikah dengan wanita lain. Mereka susah menjadi kekasih selama bertahun-tahun. Tiba dimana sang ayah tahu dirinya menjadi selingkuhan, di sana ayahnya murka. Tak pantas anaknya...