One.

3.3K 157 19
                                    

"Terima kasih sudah hadir di hidupku, terima kasih sudah mengajari aku mencintai dengan begitu dalam, terima kasih sudah menyentuh hatiku yang gelap dan jahat sehingga bisa merasakan indahnya mencintai seseorang, dan yang terpenting terima kasih sudah mau mencintaiku."

[Gemini Norawit]

----

Fourth menarik napas dalam sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat mewah dan berkuasa seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya. Sambil menenangkan debar jantunya dibukanya pintu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Fourth tersenyum kecut.

Seperti akan mendapatkan hukum mati saja, desisnya dalam hati.

Ketika masuk Fourth menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana dalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari desainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan di ruangan ini. Temperaturnya dibuat senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menyenangkan. Semua yang ada di ruangan sungguh menyenangkan. Ups! Salah, semua menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingin yang duduk dibalik meja dengan keangkuhan yang mencerminkan seolah-olah dirinyalah pusat dunia.

Lalu tatapan itu, sangat mengerikan. Mata biru itu menatapnya dengan kadar kebencian yang begitu kental.

Fourth membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi lelaki itu hanya diam menatapnya, mempertahankan keheningan di antara mereka. Fourth mengangkat dagunya dan melempar tatapan. "Well, aku sudah disini, sekarang apalagi?" kepada lelaki itu.

Si mata biru mengerutkan alisnya gusar melihat tingkah berani Fourth, mulutnya menipis.

"Kudengar kau menyebabkan kekacauan proyek ini."

Akhirnya. Fourth menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka laki-laki itu.

"Saya hanya mencoba menyelamatkan keadaan." Sebenarnya Fourth tidak mau kedengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan dari laki-laki itu tak mau mengeluarkan sisi defensive dari dirinya.

"Menyelamatkan keadaan katamu?" lelaki itu tampak begitu murka mendapat jawaban Fourth. "Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang untuk menyelamatkan keadaan?"

Fourth membalas tatapan garang itu dengan tatapan tak kalah garang. "Orang yang anda bilang klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah-tengah pameran tersebut, apakah menurut anda, saya, sebagai supervisor hanya boleh diam saja dan tidak membelanya?"

Tatapan mata meremehkan dari mata biru itu benar-benar membuat Fourth sebal.

"Kau bekerja disini sebagai supervisor dan supervisor bertugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukan mengusirnya." Jawab lelaki itu tenang.

"Jadi menurut anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata?"

"Moralitas selamanya tidak akan mendapatkan keuntungan dalam hal apapun." Si mata biru mengangkat bahu dengan bosan.

Cukup sudah! Fourth menarik napas dalam-dalam.

"Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang anda akan mendapatkan surat pengunduran diri dari saya."

Sejenak suasana menjadi begitu hening, dan kalau pun si mata biru itu kaget dengan hasil keputusan Fourth, dia berhasil menembunyikannya dengan baik karena ekspresinya tidak dapat ditebak, dia hanya memandang Fourth dengan ekspresi menilai.

A Romantic Story About Fourth | GeminiFourthWhere stories live. Discover now