21. Pulang

76 8 0
                                    


Seharian ini Florenzia menghabiskan waktu di dua tempat mewah, yaitu menaiki yacht di laut dan di lapang golf saat sore hari. Ini semua bukan sekedar main, melainkan berbisnis. Flori sering sekali menjadi wakil dari perusahaan. Terkadang Raffi pun ada, tapi tak jarang ayahnya ingin ia mandiri.

Sudah dua hari Hasan pergi ke Bali bertugas mengawal Raffi dan Karina. Dua hari juga Flori bebas menjadi penguasa kamar. Tapi, gangguan-gangguan hantu Revan semakin sering hadir. Itu membuat Flori harus mengundang sahabatnya agar menginap.

Flori memutuskan tuk berlindung di bangunan start golf. Ia terima jaket tebal yang asisten pribadinya beri. Cuaca malam ini terasa sangat dingin. Belum lagi ia hanya punggung dan perutnya terekspose, kakinya hanya tertutup rok mini.

Sesaat wanita yang baru saja membuka ikatan rambutnya celingukan. Rasanya ada yang beda kala ia hanya sendirian.

"Sisirin rambut gue."

"Siap, non." Asisten pribadi wanita centil dan juga kemayu itu selalu sigap.

"Lo nanti ke rumah gue aja. Kalo gue ga suruh, lo tetep dateng." Flori mengangkat satu tangan, meminta botol minimnya diserahkan.

"Siap, non cantiku my beb!"

"Ntar gue kasih bonus deh." Flori mengulum senyum dengan cirikhas sinisnya. Ia mendongak pada wanita bencong itu. Ya, itu wanita.

"Hehehe. Siap, nooon!"

"Flori, you don't want drink this?" teriak wanita cantik berusia setengah abad, namun masih terlihat bugar. Penampilannya tak kalah seksi dari Florenzia. Semua yang ada di sini memakai rok mini.

"This wine is so good."

"Oh, no. Sorry. I don't drink wine." Flori tersenyum selebar mungkin sebagai formalitas. Ya, ia tidak terbiasa minum alkohol. Apalagi sekarang ia trauma.

"Where's your husband?"

"Y-yyaaa?" gumam Flori tak jadi memainkan ponsel.

Wanita setengah abad itu tersenyum manis, namun mencurigakan bagi Flori. Entah kenapa firasatnya menunjukkan kalau ada yang janggal.

"He's in Bali with my parents. He's doing his business." Flori tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Ia terang-terangan memberi senyum formalitas.

"Ouh... he's a good husband, right?"

"Yes!" timpal Flori melotot sumeringah sebagai penegas jawaban.

"By the way....."

"Yes, by the way what?" potong Flori menegapkan duduk seolah sangat penasaran akan lanjutan ucapan wanita setengah abad yang berdiri dengan sebotol wine di tangan.

"You know, your husband is so hot." Wanita setengah abad yang masih bugar itu mengedipkan satu mata.

"Well, i've to continue my business."

"Bye-bye!"

Bibir Flori tak kunjung menutup sejak tadi, matanya tak berhenti mengedip berulangkali seiring wanita itu pergi. Wanita tua itu membuatnya jengkel.

"Shibal shekiya banget tu nenek-nenek! Najis!" batin Flori tak mengalihkan tatapan tajamnya dari wanita tua yang masih bisa ia pantau.

"Ambil sono! Bodoamat! Emang si Hasan mau ama nenek-nenek?"

"Dih! Cantikan gue, langsingan gue, gedean bokong gue kemana-mana," cerca Flori menggerutu tak jelas.

"Lu lihat, ga?"

"Lihat lah non! Pake mata kepala sama mata kaki sendiri! Jijik banget!" timpal asisten pribadi itu sangat lihat merapikan rambut Flori tuk diikat kembali.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang