High Hopes

198 14 0
                                    

Hujan kembali turun begitu deras membasahi kota, Hanbin baru menutup cafe miliknya berlari kecil menuju mobilnya. Seorang lelaki menarik perhatiannya sedang berlari dari sebrang jalan dengan buku menutupi kepalanya menuju halte di sebrang jalan. Ia masih dalam mobilnya dari tiga menit yang lalu masih berpikir akan pengambilan langkahnya. Ia mulai membanting setir mobilnya, melawan egonya dan memutar mobil ke arah halte ia jalankan. Ia turun dari mobil dengan sebuah payung hampiri seorang lelaki yang selama ini ia rindukan yang menatapnya dengan tatapan teduh penuh arti dan menundukkan kepalanya setelahnya.

"Wah bagus bin, kasian ni cantik cantik kehujanan"

Ujar Heeseung, seolah hanbin melupakan sosok Heeseung yang ternyata juga menunggu di halte sebab membawa motor, motornya terparkir didepan halte bisa hanbin kenali. Dengan segera Heeseung mengambil ahli payung dari tangan hanbin membawa payung menuju Hao dan menarik tubuh Hao mendekat ke arahnya dan mengantarkan lelaki manis itu masuk kedalam mobil.

"Ini temanku dia baik kok"

Heeseung acungkan jempol lalu setelah Hao masuk dan ia menutup pintunya menuju sosok hanbin, memberikan payung ke hanbin yang masih kaku terdiam lalu memintanya untuk mengantarkan si cantik dengan bisikan. Dari gerak-gerik Heeseung bisa hanbin tebak lelaki itu menaruh ketertarikan kepada sosok Hao. Nyatanya mereka awalnya telah berjanji untuk pulang bersama namun terhalang hujan.

Hanbin masuk kedalam mobilnya lemparkan senyuman kepada lelaki di kursi penumpang namun yang diberikan senyuman tak membalas dan malah menolehkan wajahnya ke arah lain. Mungkin malam ini akan sunyi tanpa obrolan dan canggung tak seperti dulu mereka ketika bertemu. Senyuman manis dan kegembiraan yang selalu terukir diwajah Hao ketika bertemu dengannya. Nyatanya yang terdengar hanyalah alunan masuk, Hao sibuk memainkan hpnya menaruh hpnya didepan untuk arah petunjuk jalan apartemennya.

"Baik kak Hao"

'kak hao' Zhang Hao sedikit terkejut tak seperti biasanya, hanbin biasa memanggilnya dengan sebutan Hao dengan nada keras kali ini nada rendah. Dahulu hanbin selalu saja emosi menghadapi sosok Hao, Hao seolah selalu penganggu dalam hidupnya. Hao berlagak cuek ketika menemukan sebuah foto dirinya bersama hanbin, jam yang diberikan kepada hanbin untuk hadiah ulang tahunnya juga disana.

Hanbin sesungguhnya tengah bergelut dengan pikirannya antara iya dan tidak, bertindak atau melepaskan. Dengkuran halus mulai hanbin dengarkan tanpa sadar Hao tertidur mungkin karena perjalanan yang cukup lama sebab macet di perjalanan. Hanbin arahkan tangan satunya untuk mengelus rambut itu sudah lama tak ia sentuh bahkan jarang sekali ia sentuh, tangan satunya fokus menyetir. Sentuhan turun ke tangan Hao, ia elus punggung tangan lelaki itu dengan lembut. Sesekali hanbin membenarkan posisi tidur lelaki itu.

"Bahagia selalu kak Hao, aku sangat menyayangimu"

Hao dalam tidurnya yang sudah bangun langsung membatin apa dia tak salah dengar penuturan hanbin. Mereka sampai hanbin bahkan tidak membangunkannya, lelaki itu memperhatikannya tidur Hao tahu sebab mengintip sedikit. Hao bangun dan langsung berpamitan, ia tak lupa mengucapkan terimakasih dan menerima balas sama-sama serta sebuah bingkisan untuknya makan.

"Kamu aneh hanbin kenapa baik seperti ini, jarang sekali"

"Maaf"

"Senang bertemu kamu kembali, sukses terus cafemu"

Hao tidak ingin jadi orang tidak tahu terimakasih, bagaimanapun pandangan hanbin kepadanya sekarang ia juga tidak tahu dan tidak ingin tahu, takut menyakiti hatinya. Ia melambaikan tangan kepada hanbin yang dibalas dengan senyuman dan balasan lambaian tangan.

Hati hanbin berdegup kencang, ia menarik senyumnya bersapaan dengan Hao kembali membuatnya sedikit lega, lelaki itu tak membencinya. Bolehkan hanbin berharap untuk kesempatan kedua untuknya?

I miss you, I'm sorryWhere stories live. Discover now