bab 3

93 31 20
                                    

Hari ini adalah hari yang dinanti nantikan Abian, karna hari ini adalah dimana mereka mempelajari tentang hewan roh. Hewan roh biasa tinggal di perbatasan Hutan Jenggala dan wilayah Ancala. Namun Mereka ada di wilayah yang tidak boleh dilewati para siswa siswi tahun awal tanpa guru.

"Kau terlihat sangat bersemangat." ujar Arjuna sembari tersenyum melihat tingkah temannya itu.

"Tentu saja, aku dengar ada roh berbentuk kucing di sana, sayang sekali murid baru seperti kita tidak diperbolehkan membawa hewan peliharaan." Abian merengut sebal karna teringat hewan peliharaannya di rumah.

"Baiklah, kalau begitu ayo segera bergegas." kata Ana sembari mengambil tas selempangnya. Ia pun segera beranjak meninggalkan griya dan diikuti teman temannya.

"Kemarin saat membeli tongkat saja kau tidak seantusias ini, sepertinya kau benar benar menyukai binatang." Anuradha ikut menimpali sembari melirik Abian. Abian hanya tersenyum tipis.

Pukul 07.50 Mereka sampai ke tempat yang dituju yaitu Atma Jenggala, tempat ini adalah tempat dengan mana paling banyak di seluruh hutan Jenggala, maka dari itu para hewan roh dapat ditemukan dengan mudah di daerah ini.

"Dimana hewan hewan roh nya? Kami tidak bisa melihat apapun." kata seorang siswa dari Ancala bernama Raga.

"Astaga, kau ini tidak sabaran sekali, baiklah mari kita mulai." kata guru yang memandu mereka. Guru itu pun memejamkan matanya. Setelah itu tiba-tiba pohon pohon merenggang, daun daun mereka mekar. Pohon pohon itu seketika terlihat menjadi lebih besar, dan menahan cahaya yang hendak masuk.

Hutan tersebut seketika menjadi gelap, kabut tipis mulai menghalau penglihatan para siswa. Anak perempuan mulai saling merapat karna ketakutan. Tak lama beberapa anak jatuh, merasakan sesak di dadanya, dan Anuradha adalah salah satunya.

"Ara, kau kenapa?" Tanya Abian panik dengan keadaan temannya itu.

"Guru, ada apa ini? kenapa mereka tiba tiba sesak nafas?" tanya Arjuna yang khawatir dengan keadaan teman temannya.

"Kabut itu beracun," kata guru itu sembari tersenyum. Sementara itu Ana dan Arjuna kompak melotot, bagaimana bisa seorang pengajar mengatakan hal penting seperti itu ketika muridnya sudah lemas?

"Tenang saja, teman kalian tidak akan mati." ujarnya masih dengan tersenyum.

"Bagaimana bisa kami tenang saat teman kami sedang terkapar lemah!" Tegas Alam seorang siswa dari Andala.

"Apa kalian tau bahwa benda benda di angkasa bisa mengeluarkan cahaya? Seperti bintang, matahari, dan juga bulan, walaupun bulan tidak bersinar dengan sinarnya sendiri."

Abian yang tadinya hendak marah karna omong kosong sang guru seketika mengurungkan niatnya ketika melihat sinar samar keluar dari telapak tangan Ara yang ada di sandarannya.

"Begitu pula dengan orang orang di Bumantara, mereka memiliki cahaya mereka sendiri, dan cahaya mereka bisa memanggil hewan roh yang sedang kita cari." kata Guru itu.

Tak lama setelah itu, sinar samar berwana emas mulai keluar dari tubuh siswa siswi Bumantara. Bersamaan dengan itu bintik bintik kuning muncul di sekitar mereka.

"ini, kunang kunang?" tanya Fara, seorang gadis dari Andala.

"ini, kunang kunang?" tanya Fara, seorang gadis dari Andala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aksa LokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang