"Ayo masuk," ajak Gio, kini keduanya telah sampai dikediaman keluarga Atsmosvier. Motor Aza? Sudah di urus supir pribadi Gio.
Zergio Fahreza Atsmosvier, sang kepala keluarga. Ia terkenal dengan kecerdasan, pekerja keras, serta pantang menyerah. Gio memiliki perusahaan di bidang properti, ia cukup terkenal dikalangan pembisnis dan customer.
Aza terdiam, menatap kagum bangunan kokoh didepannya. Rumah Geo begitu indah, memanjakan mata saat dipandang. Interior rumah tersebut sangat elegan tidak heran sang kepala keluarga berasal dari agen properti. "No need to be afraid," sambung Gio.
"Hah? Om plis deh kita itu di Indonesia, jadi gak usah pake bahasa asing," ucap Aza menasehati. "Gue gak ngerti," sambungnya jujur.
"Tidak perlu takut." Gio mengulangi ucapannya dengan bahasa yang mudah dimengerti.
"Sotoy. Siapa yang takut coba," kilah Aza, sebenarnya ia merasa takut. Takut dengan reaksi penghuni rumah, takutnya keluarga pria itu tidak menerima kehadiran Aza.
Aza sempat meminta pria setengah baya tersebut mengantarkannya kerumah, tapi dikarenakan rumah Aza lumayan jauh dari tempat kecelakaan alhasil Gio membawa Aza kerumahnya.
"Om, tungguin. Ini kaki gue masih sakit," ucapnya kesal, Aza menyusul langkah Gio yang kian semakin cepat, mengikuti kemana perginya pria dewasa itu.
Bahkan setelah memasuki kawasan rumah pun Aza sempat terkagum, bangunan tersebut tidak terlalu besar hanya memiliki dua lantai, tapi tak membosankan untuk dipandang.
Sesampainya diruang tamu, suara yang Aza kenali menyapa. "Mas." Kayla menyalami tangan suaminya, serta mengambil alih tas kantor Gio.
Gio sedikit bergeser ke kiri, terpampang lah Aza. Keadaannya basah kuyup, dengan jas Gio yang setia berada disisi pundak. "Aza?"
Kayla Anastasia, istri dari seorang agen properti. Kayla ibu rumah tangga, ia sehari hari hanya mengurus suami serta anak-anaknya.
Kayla meletakkan tas Gio asal, lalu menghampiri remaja yang datang bersama suaminya. "Ya ampun, Nak. Kamu kenapa?" tanya Kayla keheranan.
Kayla membawa Aza duduk di sofa ruang tamu. "Ini kenapa kamu bisa basah kuyup?" tanyanya lagi.
Kayla begitu mengkhawatirkan keadaan Aza. "Abis main hujan—"
"Dia kecelakaan," potong Gio.
Gio meletakkan kotak P3K dimeja. "Astagfirullah, ko bisa?" Wanita itu beralih menatap sang suami, Gio memberi isyarat melalui tatapan agar segera mengobati luka Aza sebelum infeksi.
Kayla mengangguk mengerti. "Sini, Tante bantu obati." Kayla membuka kotak P3K mencari obat merah dan perban.
Aza yang melihat obat merah Cina pun lantas gelabakan, obat itu lebih menyakitkan dari pada biasanya. "Gak usah Tan," tolak Aza menghindar, gadis itu bersiap pergi.
