Tuan Muda Haruto (Harubby ver)

1.3K 104 12
                                    

Tidak ada siapapun di apartemennya, Haruto merasa sepi, tapi dia baik-baik saja, karena sudah terbiasa dengan kesepian.

Seseorang datang, memencet bel dengan tidak sabaran


Haruto pun pergi untuk membukakan pintu.

"Doyoung? Kamu kembali lagi?"


"Ponselku ketinggalan, hehe."

"Oh, kirain kenapa, kamu kelihatan panik, ayo masuk! Aku mau membuat makan malam, mau ikut makan?"


Mumpung hanya ada mereka berdua, Doyoung segera menyetujui tawaran tersebut.

"ngomong-ngomong kamu masak apa?" Tanya Doyoung, dia menonton Haruto memasak sambil memakan ice cream yang dia ambil dari kulkas.

Haruto melihat pada wajan anti lengketnya yang dia beli di toko online, wajan yang sedang trend dimana-mana dan harganya mahal.

Tentu Haruto penasaran karena tidak rugi juga membelinya, dia suka masak.

"Aku hanya memasak daging, dicampur dengan sayur, dioseng dengan kecap, agak pedas, apa kamu bisa memakannya?"

"Aku penasaran...."

Haruto sedikit terlonjak saat tiba-tiba Doyoung sudah ada di sebelahnya. Wangi parfumnya membuat Haruto merasa aneh.

"Kamu jangan dekat-dekat," ucap Haruto, berusaha untuk bicara sehalus mungkin.

"Kenapa? Aku ingin lihat dari dekat."


"Tapi kan... Itu - kamu habiskan ice cream saja!"


"Udah habis!"

Cepat sekali!

"Apa aku mengganggu?" Tanya Doyoung saat Haruto diam saja tidak menyahut.

Akhirnya Haruto mematikan kompor listriknya, lalu menatap Doyoung.


Astaga terlalu dekat! Kenapa Doyoung berdiri sedekat itu?

"Tidak juga, aku... Hanya sedikit gugup."


Doyoung tersenyum jahil, "sedikit gugup?"

"Jangan menggodaku, ayo kita makan, aku sudah lapar, katanya jika makan lewat jam tujuh, kerja usus akan berhenti" Haruto buru-buru menyiapkan makan malam.

Namun, Doyoung menghentikannya, "kamu sudah memasak, sekarang biar aku yang menyiapkannya, aku ambilkan nasi untuk mu ya?"

Doyoung mengambil banyak nasi di mangkuk untuk Haruto, tapi Haruto pikir itu kurang, dia tidak akan mengatakannya, karena kalau kurang bisa mengambil lagi, dia tidak enak dilayani Doyoung di rumahnya sendiri.

Bukan hanya menyiapkan makan malam, Doyoung juga mencucikan semua yang perlu dicuci, bahkan wajannya juga dia cuci.

"Mungkin begini rasanya menjadi istri ya" celetuk Doyoung tiba-tiba, membuat Haruto yang sedang minum susu harus tersedak.

"Uhuk! Uhuk! Kamu ngomong apa?"


Doyoung terkekeh senang, lalu menggeleng pelan, "aku gak ngomong apa-apa kok!"

"Kamu pulang naik apa? Ada yang menjemput atau mau ku pesankan taxi?" Tanya Haruto.

"Kalo aku mau nginep disini boleh?" Doyoung balik bertanya namun dengan nada menggoda, dia tidak sungguhan ingin menginap.

Namun jawaban Haruto jauh dari yang dia bayangkan, karena dia pikir Haruto akan kesal seperti sebelumnya. Karena Haruto yang kesal itu ekspresinya lucu.

"Boleh, aku tidak ingin sendirian."


Doyoung mengeringkan tangannya dengan lap kering setelah mencuci tangannya dengan sabun yang wangi, kemudian mendekati Haruto dan duduk disebelahnya.

"Kamu serius?"

Haruto mengangguk, "iya, Yoshi gak ada, disini hanya aku sendiri. Kayaknya aku berlebihan karena ingin tinggal di rumah sendiri. Aku tidak suka ditinggal sendirian, bagaimana jika tidak ada yang kembali menemuiku."

Doyoung menggenggam tangan Haruto, lalu tersenyum padanya. Senyuman manis itu membuat Haruto sedikit tenang, namun kekhawatiran di hatinya itu sungguhan.

Entahlah, Haruto tidak mau ditinggalkan. Selama ini dia selalu ditinggalkan dan diabaikan oleh orang yang seharusnya dekat dengannya.

Bahkan ayahnya saja tidak mengakuinya, keluarga ayahnya yang sudah tahu Haruto anak keluarga itu juga memilih membuangnya.

Meski Haruto sudah tidak parah seperti dulu traumanya, perasaan tidak ingin ditinggalkan itu tetap saja ada di dalam benaknya.

"Sepertinya kamu serius ya? Apa aku harus menelfon Jeongwoo agar dia tinggal disini denganmu?"

Haruto menggeleng, "aku tidak mau merepotkan, aku bisa sendiri."

My Baby DobbyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz