DIPAGI menjelang siang ini, Renata melangkahkan kakinya menuju rumah Regar. Sebelumnya ia sudah diberitahu oleh Bunda tentang Regar yang akan mendaftar sekolah paket c supaya bisa memiliki ijazah SMA. Sekitar pukul 10 tadi Bunda sudah sampai dirumah kembali. Sementara sekarang sudah pukul 11 lewat sepuluh menit, Renata mengetuk pintu utama rumah Bunda. Beberapa saat kemudian pintu terbuka menampilkan sosok Regar disana dengan stelan baju santai.
"Eh, Renata."
"Boleh Aku masuk?"
"Boleh, masuk aja." ujar Regar mempersilahkan perempuan seusianya itu untuk masuk.
"Kamu dirumah sendirian ya?" tanya Renata sembari mendudukkan diri disofa ruang tamu.
"Iya. Bunda lagi ada urusan dibutik."
Renata manggut-manggut mengerti. "Oh iya kata Bunda Kamu daftar sekolah paket ya?" Regar mengangguk sebagai jawaban, "Kenapa tiba-tiba pengen sekolah lagi? Dulu aja kamu bodo amatan sama yang namanya sekolah," ujar Renata.
"Banyak pertimbangannya sih sebenernya. Tapi yang paling penting itu, untuk balik sama Kamu lagi Aku harus lebih layak dong. Masa iya suami nya ngga punya ijazah SMA. Mana masuk!" ujar laki-laki itu dengan pedenya. Rasa deja vu tiba-tiba saja menyusup didalam ingatan Renata. Dulu, Regar memiliki sifat seperti itu. Dan tunggu, apa? suami? dia beneran mengakui Renata sekarang?
"Gapapa, kan Kamu selalu menyombongkan kekayaanmu itu ke Aku."
"Itu kan uang Bunda. Masa untuk mencukupi kebutuhan kita pake uang Bunda, ngga punya harga diri banget Aku, sebagai suami Kamu."
"Eh, emangnya Kamu mau tinggal di apartemen lagi sama Aku?"
"Mau, tapi ya itu nunggu Aku dapet ijazah dulu. Kamu mau nunggu kan?"
"Jangankan nunggu dapet ijazah, nunggu ingatan Kamu pulih aja, Aku mau." Renata terkekeh. Walaupun topik pembicaraan nya sederhana, namun Renata sudah sangat bahagia. Rasanya ia ingin menghentikan waktu supaya moment ini bisa ia rasakan untuk selamanya. "Oh iya nanti sore jalan yuk. Udah lama nih, ngga jalan berdua. Mau ngga?"
"Boleh. Nanti Aku jemput.
***
Setelah kembali dari rumah Regar siang tadi, Renata tak berhenti senyum-senyum sendiri. Perempuan itu bersenandung ria didalam kamar sembari memilih baju untuk nanti sore. Dibukanya lemari kayu dihadapannya. Ia memilah-milah baju dari dalam lemari itu, menarik dua baju beserta angeran dan mencocok kan nya di tubuhnya melalui pantulan cermin. Merasa kurang pas, Renata melepar kedua baju itu ke ranjang kemudian kembali mencari baju dari dalam lemari dan melakukan hal yang sama sebelumnya.
Renata mendesah frustasi, "Kenapa baju gue ga ada yang bagus sih. Itu itu mulu perasaan!"
"REN! RENA!"
Suara laki-laki terdengar dari luar kamarnya. Renata dengan malas membukakan pintu kamarnya. "Busetdah! Kenapa berantakan gini kamar lo?" laki-laki itu Bumi. Dengan santainya masuk ke kamar Renata.
"Pusing gue bang milih baju. Ga ada yang bagus. Itu itu mulu!" ujar Renata mengadu.
"Coba gue lihat." Bumi meraih baju diatas ranjang dan mencocokkan dengan tubuh Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAR : Unfinished Story
Teen Fiction"𝐊𝐞𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐨𝐫𝐞𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐤𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐩𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐮𝐬𝐭𝐫𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐦𝐛𝐚𝐡 𝐥𝐮𝐤𝐚?" -𝐔𝐧𝐟𝐢𝐧𝐢𝐬𝐡𝐞𝐝 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲- [SEQUEL REGAR] Semuanya berawal dari jatuhnya pesawat Harpindo 205 yan...