15

3.2K 409 57
                                    

Sena membuka pintu rumahnya dan mempersilakan kedua orang tuanya masuk. Tadi saat mereka hendak pulang dari pemakaman, sang Ibu menanyakan di mana ia tinggal dan berakhir memohon untuk ikut ke rumah Sena.

"Duduk dulu Bu, Yah. Sena ambilin minum dulu." ujar Sena kemudian berjalan ke arah dapurnya.

Tama dan Risa duduk di sofa yang ada di ruang depan. Memperhatikan kondisi rumah sang anak yang sangat rapi dan bersih.

Tak lama Sena kembali dengan sebuah nampan berisikan dua cangkir teh yang ia suguhkan pada kedua orang tuanya.

"Kamu belum jelasin soal si Denis itu." ujar Tama membuka percakapan dan seakan meminta sang anak untuk menjelaskan detil tentang Denis.

"Iya Sena. Ibu juga sempet bingung, kamu tadi cerita kalo Denis itu orang baik, tapi kenapa dia muncul dan ngaku-ngaku kalo Yosse itu anaknya dia?" kali ini sang Ibu lah yang bertanya.

Sena duduk di kursi kayu yang sengaja ia taruh di ruang tengah.

"Kerena emang kenyataannya begitu, Bu. Mas Denis ... Dia ... Ayah kandungnya Yosse." jawab Sena yang kini mengesampingkan rasa takutnya. Semua sudah terbongkar di depan orang tuanya, tak ada lagi yang harus ia sembunyikan.

Tama menghela napasnya berusaha sabar. "Jelasin semuanya." pintanya telak.

Dengan jantung yang berdegup cukup kencang, Sena akhirnya menceritakan soal kejadian di mana dirinya tidak sengaja di lecehkan oleh Denis yang saat itu sedang mabuk.

"Tapi selama Sena tinggal di rumahnya, Mas Denis selalu berlaku baik sama Sena, Yah." ujar Sena menutup ceritanya.

"Ayah gak peduli mau dia baik sama kamu atau bahkan udah gila sama kamu. Dia ngerusak hidup kamu, dia nyentuh yang bukan miliknya, dia ngehancurin masa depan kamu, dan gak seharusnya dia dapet pembelaan!" sahut Tama dengan nada tegas.

"Sena gak bermaksud membela Mas denis, Yah. Sena juga terluka karna Mas Denis, tapi ..."

Sena menghentikan ucapannya. Ia ragu dan takut akan perasaannya. Luka yang mendalam di hatinya seakan mengejek perasaan yang timbul. Mengatakan bahwa si rasa sakit jauh lebih besar dari rasa cinta dan rindu yang tumbuh di hati Sena sehingga membuatnya tak pantas untuk mengakui perasaannya.

"Tapi apa?" tanya Tama.

"... Tapi Mas Denis juga turut andil dalam menjaga Sena selama masa sulit Sena, Yah. Bu Mina juga, beliau adalah orang yang udah biayain semua keperluan Sena untuk Yosse tanpa pamrih. Itulah kenapa Sena gak bisa bertindak lebih dari menjauh dari Mas Denis karena dia dan Ibunya udah nolongin Sena dulu."

Tama dan Risa sama-sama diam. Meski mereka marah, tapi mereka mengerti bahwa sosok Bu Mina yang Sena ceritakan adalah orang yang sangat baik meski memiliki anak yang sedikit 'lepas kendali'.

"Terus sekarang, kamu mau gimana? Cuma ngejauhin Denis?" tanya Tama.

Sena memainkan jemarinya yang berada di pangkuan. "Untuk sekarang, iya. Sena bakal jauhin Mas Denis." Jawabnya.

"Terus ke depannya?"

Kali ini Sena hanya diam. Ia memang tidak memikirkan rencana lain selain menjauh dari Denis.

"Sena, Ayah rasa Denis bukan orang yang bakal lepasin kamu gitu aja. Apalagi masa lalu kalian yang berantakan, gak mungkin dia bakal lepas tangan gitu aja." komentar Tama.

"Walaupun Ayah gak tau gimana perasaan dia ke kamu, apa dia sering dateng ke makam Yosse atau nggak, yang Ayah yakini adalah dia bakal ngejar kamu terus." lanjutnya lagi dengan wajah seriusnya.

"Sena tau, Yah." lirih Sena.

"Sena, mending kamu pulang lagi ke rumah ya?"

Sena menatap Ibunya yang sejak tadi diam. "Bu, Sena belum bisa..." Ujar Sena.

Drive Me Crazy || The Housekeeper S2Where stories live. Discover now