VI | Reset

28 10 3
                                    


Seperti rencananya beberapa waktu lalu, hari ini Narine akan bertemu dengan Tutor yang Anya rekomendasikan.

Sambil sesekali menyesap Ice Latte nya Narine memainkan ponsel, scroll sana scroll sini lumayan bosan sampai sebuah notifikasi  menarik perhatiannya.

Arion : Sudah pulang Rin?

Arion : Kalau belum ayo pulang bareng.

Membaca pesan tersebut Narine langsung meletakan ponselnya, satu sisi Narine kesal karena pengakuan mengenai perasaannya kala itu Arion malah seolah tak terjadi apa-apa.

Tapi di sisi lainnya Narine tetap meleleh mendapatkan perhatian dari Arion.

Saat tenggelam dengan pikiran dan perasaan rumitnya, sebuah bayangan menutup wajahnya yang sedari tadi terpapar sinar matahari.

"Permisi... Narine?" Seorang Pria berdiri di hadapannya.

Tak ada jawaban, Ia mengulangi lagi perkataannya. "Permisi, ini dengan Narine?"

Narine tersentak, "Ah iya, sorry... Siapa ya?"

"Saya Alric." Pria itu memperkenalkan namanya.

"Ohiya, silakan duduk."

Selanjutnya Narine dan Alric berkenalan, membicarakan mengenai problem Narine dengan Fisika sampai trial pembelajaran dari Alric.

Seperti kata Anya, cara menjelaskan Alric terasa singkat namun mudah dipahami dan dengan begitulah Narine hari itu juga langsung merasa cocok dengan cara mengajar Alric.

"Terimakasih ya Rin, sampai ketemu lagi di hari Kamis jam 7 malam ya." Pamit Alric.

"Iya terimakasih juga dan hati-hati Kak."

Narine dan Alric pun berpisah di pintu keluar.

"Narine." Seseorang memanggilnya. Narine pun menoleh ke arah suara.

Dan, Arion keluar dari mobil yang terparkir tepat di hadapannya. "Udah selesai les nya?" Tanya Arion.

"Kok bisa tau aku ada disini?"

"Bunda kasih tahu Saya, khawatir katanya kamu hari ini pulangnya malem. Kamu udah selesai kan? Yuk pulang."

Narine pun mengikuti Arion ke arah mobil

"Eh sebentar biar Saya beresin ini dulu." Arion membereskan beberapa berkas yang ada di jok depan.

Narine melihat ada bekas kopi di mobilnya, "Om nunggu disini?" Tanya Narine.

"Ya, Saya liat kamu masih belajar, jadi gak Saya samperin."

"Kenapa gak nunggu di dalem aja? Di mobil kan panas."

"Tadi Saya harus ngurus beberapa berkas sambil terima telepon, di dalam takut orang-orang keganggu berisik, ya jadi disini aja. Okay sudah, silakan Rin."

Narine jadi bingung harus bagaimana menyikapi Arion.

.

"Gimana tadi? Kamu cocok sama Tutornya?" Tanya Arion memecah keheningan di perjalanan pulang ini.

"Ya, He's good." Jawab Narine singkat.

"He looks young, masih sekolah juga? Saya kayak familiar sama wajahnya."

"Ya, Dia masih kuliah di Atma just like you."

"Namaya Alric bukan? Alric Demaskara,"

" Om kenal?"

"Ya Saya kenal, dia sempet magang di kantor. Kami berencana untuk narik ke perusahaan setelah lulus."

"Oh great, so aku gak salah cari tutor."

Arion tersenyum melihat Narine yang juga tersenyum.



Hari itu setelah tiba di rumah Narine memutuskan seperti Arion, Ia akan biasa saja seolah tidak pernah mengatakan bahwa dirinya mencintai Arion.



TBC ^^


a moment for a whileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang