My ice Queen 17.

52 4 1
                                    

Entah bagaimana saat ini Shani Merasakan perasaannya yang sulit untuk di jelaskan, ia pernah merasakan ini sebelumnya namun rasanya beda. Kali ini lebih terasa sampai menusuk, tapi ia sendiri binggung entah apa namanya

Ajakan Kanaya ia abaikan begitu saja, rasanya ia malas hanya untuk sekedar keluar menuju ke kantin.

Pandanganya menoleh ke keluar, pelajaran akan kosong karena adanya rapat guru dadakan dan sekarang ia binggung harus melakukan apa di kelas.

Suasana ramai di lapangan membuatnya sedikit penasaran.

"Ada apa sih.!" gumanya seraya melangkah ke luar

"Amira ayo buruan, gue tungguin di sini." Seru Arkana melihat Amira yang tengah berjalan dengan pelan, bukan tanpa alasan ia melakukan itu, Arkana hanya membantu Amira untuk berjalan merenggangkan otot kakinya yang sedikit kaku, karena tidak ada tempat lain terpaksa ia harus mengajak Amira di pinggir lapangan.

Amira dengan sedikit kesusahan berjalan mendekat ke Arkana, ia bersumpah setelah sampai di depan laki-laki itu ia akan menonjok mukanya. Bukanya membantunya malah hanya berteriak-teriak tidak jelas.

Suara sorak ramai terdengar saat kapten basket memasukkan bolanya dengan lincah, suara teriakan ciwi ciwi yang melengking sedikit membuat pendengaran Shani berdengung pelan.

"Berisikkk."

Shani merotasikan matanya malas hingga pandangannya kini tertuju di pinggir lapangan sana.

Alisnya terangkat saat merasa tak asing dengan keduanya, bahkan matanya tak lepas menatap keduanya tanpa berkedip.

"Aduhh aduhh, kenapa nonjok sih." Keluh Arkana saat tiba-tiba Amira menonjok mukanya sedikit kuat, tidak terlalu sakit namun lumayan lah.

"Tauk , pikir aja sendiri." Kesalnya memalingkan wajahnya dan bersedekap dada.

"Sakit banget." ringis Arkana mengusap pipinya, Amira menoleh saat mendengar suara ringisan.

"Sakit banget ya, maaf." tanganya mengusap lembut pipi Arkana yang sedikit memerah bekas pukulannya.

"Ya menurut Lo gimana." ucapannya sedikit ketus.

"Maaf, aku gak sengaja." Amira menatap khawatir, perasaan bersalah membuatnya menunduk.

"Kebiasaan, nunduk mulu." Arkana meraih kepala Amira untuk melihat ke arahnya

"Usapin sampe sembuh." tanpa sadar Amira mengangguk patuh.

"Iya."

Shani menatap keduanya dengan datar, pemandangan macam apa ini. apa mereka sengaja melakukan itu di depan umum, maksudnya apa coba.

Entah sadar atau tidak sadar Shani menjadi kesal sendiri saat dengan lancangnya tangan teman sekelasnya mengusap pipi Arkana.

Eh ia tidak lagi cemburu kan?

Shani memukul-mukul kepala pelan ,kenapa ia jadi aneh gini sih.

"Lo cemburu?."

Shani berbalik badan mendapati Kanaya yang tengah bersender Santai di tembok kelas dengan tanganya yang memegang camilan.

"Apaan sih gak jelas, gak ada yang cemburu."

Kanaya hanya terkekeh pelan seakan mencibir kalimat Shani yang baru saja keluar, ia kemudian mendekat ke arah Shani.

"Jangan Denial deh jadi orang."

"Gue tau apa yang Lo liat." timpalnya menoleh ke arah pemandangan yang Shani liat tadi.

"Gak usah sok tau!."
Shani menatap tajam Kanaya kemudian melenggang pergi entah kemana dengan rasa kesal yang masih terselip di hatinya

####

My Ice Queen Where stories live. Discover now