01. Pesan Lalu

2 0 0
                                    


"Halo, Anjani. Ini aku Ranu. Papamu ada disini, kenapa kamu gak ikut? padahal aku berharap banget kamu datang loh."

"Ohh Ranu, Aku sekolah jadi gak bisa ikut."
"kalau ada kesempatan aku pasti bakalan main kesana lagi."

"Oke, Aku tunggu ya."

Aku hanya membaca pesan terakhir itu tanpa berniat untuk membalasnya. Aku Mengenali Ranu, Salah satu sepupuku dari keluarga papa.

"Ah, itu sudah lama sekali. Terakhir aku kesana waktu umurku masih 4 tahun, itu sudah belasan tahun yang lalu."

•••••
Mataku kembali menyapu setiap sudut kota ini. Sejak menuruni kapal tadi, rasanya tidak percaya bahwa aku akan kembali lagi ke tempat ini—kota kelahiran papaku.

Walaupun gundah rasanya karena harus meninggalkan kota kelahiranku, rasanya tidak sabar juga untuk kembali bertemu dengan orang-orang yang sudah belasan tahun lamanya tak pernah ku jumpai.

Dalam perjalanan itu, aku hanya memikirkan bagaimana reaksi keluarga papaku ketika melihat aku dan kakakku sudah tumbuh sebesar ini sejak terakhir kali kita disini. Aku bahkan sama sekali tak memikirkan Ranu, sama sekali tidak.

Aku melangkahkan kakiku mengikuti langkah keluargaku yang berjalan sedikit lebih cepat di depanku. Semuanya sudah menunggu kehadiran kita disana.

Aku duduk bersila diantara beberapa keluarga lainnya. Mereka membuat beberapa hidangan khas kota itu untuk menyambut kedatangan keluargaku untuk yang kedua kalinya.

Seorang lelaki muda masuk dengan sebuah nampan ditangannya, dan meletakkannya tepat dihadapanku. Aku sama sekali tak mengenalinya, tapi perasaan ku berkata bahwa ini adalah dia— Ranu.

Aku menatapnya cukup lama, memastikan bahwa itu adalah Ranu. Setelah meletakkan nampan itu, dia ikut duduk tepat dihadapanku. Kita sama sekali tidak membuat kontak mata pada saat itu.

"Ranu, Itu Anjani. " Tiba- Tiba saja salah satu bibiku menyeletuk diantara perbincangan beberapa orang disana. Mereka secara bergantian menatap ku, setelah itu menatap Ranu.

Ranu menatapku sebentar dengan senyum canggunggnya. Kami saling menatap barang beberapa detik, setelah itu Ranu segera memutuskan kontak mata tersebut,—ahh sangat canggung rasanya.

Hanya Aku dan Ranu yang tak banyak bicara saat itu, kami hanya merespon beberapa dari ucapan mereka dengan senyum yang terkesan dibuat-dibuat.

Beberapa kali pandangan kita tak sengaja berpapasan, tapi entah aku ataupun Ranu dengan cepat langsung memutuskannya. Dengan jelas, Ranu menyiratkan bahwa dia sudah tidak nyaman lagi berada di antara orang orang ini, sedari tadi ia tidak mengeluarkan suara, namun badannya tak mau diam membenarkan posisi duduknya.

"Anjani, kok kayak gak selera gitu makannya, kurang enak ya?" Tanya Kak Rani— Kakak perempuannya Ranu.

"Eh gak gitu kak, maklum masih mabok laut, jadi perut saya masih muter rasanya." Jawabku jujur, dan lanjut mengunyah makanan dengan sedikit bersemangat agar tak terkesan kurang menghargai jamuan keluargaku.

Setelah itu, perbincangan antar keluarga tersebut masih tetap berlanjut sampai larut malam.

•••••

hi! hope you enjoy it.
please, don't be a silent reader. give me the star and comment anything u want, except the hate comment, thank u!

love,
AnanditaFM

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FarewellWhere stories live. Discover now