Sabiru Noviela Mahawira

309 29 1
                                    

Sabiru mendapat pesan dari sang sahabat Aldara Carina Darwin, dengan malas ia membalas pesan itu.

"Aku akan pulang jika orang itu sudah berangkat ke bandara, Aldara."

Ia melempar ponsel itu ke meja, sambil meminum Whiskey yang ia pesan tadi dengan sekali tegukan. Rasa panas dari Whiskey itu kembali menyapa tenggorokan nya. Dia bukanlah pencandu alkohol tapi jika dia sedang tidak tenang maka dia akan minum minuman alkohol yang memiliki kadar alkohol yang cukup tinggi itu.

Sabiru merasakan pundak sebelah kirinya di tepuk pelan oleh seseorang, membuat nya menoleh sedikit pada sang empunya tangan. "Sudah jam 11 malam, lo gak mau pulang?." Ucap Bianca Dealova Reynard, dia adalah sahabat Sabiru.

Sabiru menggeleng kan kepala "rumah gue berisik Bian, lo tau itu."

"Nginep di rumah gue, besok baru balik."

Sabiru menggeleng lagi "gue gak enak sama Mamah lo, beliau juga negur lo kan."

"Papa sama Mamah keluar kota, mereka baru pulang lusa."

"Tapi....."

"Gausah tapi-tapian, ayo pulang." Akhirnya Sabiru mengalah daripada Bianca ngambek lebih baik dia ikuti saja, dia mengikuti Bianca dari belakang. Untung nya ia tidak minum terlalu banyak jadi dia tidak mabuk.

Rumah Bianca hanya berjarak 3 rumah dari rumah Sabiru, makanya jika Sabiru di pukuli oleh Ayah nya Bianca selalu ada untuknya. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit Mobil milik Bianca sudah sampai di pekarangan rumah nya. Setelah nya Sabiru melepas sepatu yang ia pakai lalu di taruh di rak sepatu dekat pintu utama.

"Lo mau tidur di kamar tamu atau mau tidur di kamar gue?."

"Di kamar tamu aja." Bianca mengangguk lalu keduanya masuk ke dalam rumah.

"Lo langsung mandi terus istirahat, kalo butuh apa-apa panggil gue aja." Ucap Bianca.

Sabiru mengangguk pelan lalu dia berjalan kearah Kamar tamu sedangkan Bianca berjalan ke arah kamar nya yang berada di atas.

Sampai di kamar tamu Sabiru langsung mengunci pintunya ia membuka jaket kulit yang ia pakai lalu menaruhnya di pinggiran sofa. Dia memegang bahu bagian kanan nya yang terasa sakit sekali mungkin akibat di pukul tongkat baseball oleh Ayah nya kemarin.

"Sampai kapan dia akan memperlakukan gue seperti ini? Sakit banget badan gue, bukan cuma fisik tapi hati gue juga sakit." Ucapan Sabiru terjeda sejenak.

"Mungkin kalo gue mati baru dia akan berhenti."

Tangan kanan nya terulur mengambil foto sang Bunda yang ia bawa kemana-mana, ia menyimpan foto itu di saku jaket miliknya.

"Bunda, laki-laki yang dulu aku hormati dan aku bangga kan sekarang sudah berubah menjadi sosok yang Sabi benci, laki-laki yang Bunda bilang akan menjaga Sabi ternyata hanya memukuli Sabi tanpa sebab, hati Sabi sakit Bunda. Padahal dulu dia bilang sebelum Bunda menutup mata untuk selamanya dia akan menjaga dan menyayangi Sabi sepenuh nya, tapi janjinya hanya sebatas janji belaka dia tidak pernah menepatinya Bunda. Jika Tuhan menghendaki. Sabi mau ikut Bunda saja, disini gada yang baik cuma Bianca sama Aldara saja."

Bunda Sabiru, Amanda Carolline Mauren adalah perempuan yang paling baik sedunia. Dimata Sabiru Bunda nya adalah sosok seorang ibu yang tidak pernah meninggikan suara nya ketika ia marah jika Sabiru melakukan kesalahan. Mau itu kesalahan besar atau pun kecil.

Bunda Amanda meninggal karena sakit leukimia yang ia derita sejak remaja, sebenarnya ia sudah sembuh tapi kanker itu kembali menyerang ketika Sabiru berusia 10 tahun. Dan akhirnya ia menyerah setelah 4 tahun berjuang melawan sakitnya. Hari dimana meninggalnya sang Bunda adalah Hari terburuk untuk Sabiru, ia sangat kehilangan sosok Bunda sekaligus sahabat terbaik nya, tempat dimana ia curhat dan tempat dia pulang.

Few Part Senja Dilangit Jogja (End)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz