Masuk rumah sakit

142 29 0
                                    

Setelah kepergian om dan tantenya, Sabiru pergi kekamarnya yang berada di lantai 2. Dia menaruh tas ranselnya di meja belajar. Membuka map yang berisi lembar-lembar skripsinya, besok mungkin dia akan mengfotocopy semuanya. Sabiru menatap semuanya dengan baik, entah kenapa perasaannya tidak enak hari ini.

"Lebih baik gue mandi, gerah juga ternyata."

Sabiru berjalan kelemari, mengambil baju santai miliknya. Setelah mengambil baju, dia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia mandi tidak terlalu lama hanya 5 menit saja. Setelahnya dia keluar dengan menggunakan baju santai miliknya.

Tubuh Sabiru menegang ketika mendengar suara mobil yang sangat ia kenali, dia membuka celah goreden untuk melihat apa sang Ayah datang. Ternyata benar dia datang, tapi dia semakin menegang ketika melihat ekpresi wajah Sang Ayah tidak bersahabat sama sekali. Tiba-tiba dia mendengar suara teriakan yang memanggil namanya dengan keras.

"Sabiru!! Dimana kamu, keluar!." Ucapnya dengan nada marah.

Sabiru ketakutan, dia terdiam, dia tidak tau harus berbuat apa. Hingga suara pecahan kaca membuatnya membeku.

Prang!!

"Saya bilang keluar, Sabiru!! Jangan membuat saya semakin marah."

Dengan langkah pelan dan takut ia berjalan keluar kamar, tapi sebelumnya dia mengirim pesan pada Aldara, dan Bianca agar segera ke rumah nya. Karena mungkin Ayahnya marah besar dan akan melakukan hal diluar batas padanya.

Saat melihat orang yang membuat dia marah datang, Gavin yang gelap mata itu mengambil tongkat baseball yang ia simpan didekat pintu rumah. Sabiru yang melihatnya itu hanya menelan ludahnya kasar, dia ketakutan setengah mati hingga membuat kepala maid yang sudah dianggap ibu oleh Sabiru datang menghampiri anak majikannya.

"Tuan, jangan sakiti Nona lagi, luka yang kemarin belum sembuh, Tuan." Ucapnya memohon, ia melindungi tubuh Sabiru.

"Kamu jangan ikut campur mbok, anak ini selalu saja membuat masalah." Jeda.

"Gara-gara dia, saya kehilangan kesempatan untuk menikah dengan orang yang saya cintai, karena dia! tidak suka saya mempunyai anak."

"Yah, jika dia tidak mau dengan ayah, karena ayah punya anak jangan menikah sama dia, dia hanya ingin harta ayah." Ucap Sabiru lirih.

"Tau apa kamu tentang itu hah!? Anak yang tidak berguna, lebih baik kamu mati daripada kamu jadi benalu dirumah ini."

Mendengar perkataan sang ayah, Sabiru menitikan air matanya, dia tidak mengira sosok laki-laki yang selalu ia banggakan, yang ia hormati sejak kecil, ternyata menginginkan dia mati.

"Ayah pikir aku mau hidup didunia ini? Yang selalu memberikan luka ke Sabi? Engga yah, Sabi selalu minta ke Tuhan jika diizinkan Sabi ingin ikut Bunda. Sabi gak mau disini." Ucap Sabiru dengan lirih, dia tidak menangis sesegukan, dia hanya menangis sebentar, air matanya tidak banyak yang keluar, Mungkin karena terlalu banyak menangis.

"Kamu gak perlu nunggu lagi, karena sekarang saya sendiri yang akan ngirim kamu ketemu sama Bunda kamu."

Setelah mengatakan itu tangan Sabiru di tarik, lalu Gavin bener-bener memukuli Sabiru dengan membabi buta. Tidak hanya menggunakan tongkat baseball tapi dia juga tidak segan-segan melukai badan Sabiru dengan botol wine miliknya.

Mbok Sumi yang tidak tega melihat anak majikannya sudah tidak berdaya itu segera mendorong tuan besarnya itu hingga terjungkal. Mbok Sumi membantu Sabiru yang sudah tidak sadar itu untuk di bawa ke rumah sakit.

Disisi lain kedua orang tua Aldara yang memang berada dirumah, ikut bersama Aldara untuk ke rumah Sabiru, perasaan Aldara tidak enak sekali. Begitu sampai disana lutut Aldara lemas. Dia melihat sahabat nya sudah tidak sadar tergelatak di lantai dengan luka disekujur tubuhnya. Disampingnya, ada mbok Sumi yang dengan berani melawan sang majikan. Tanpa babibu Papah Aldara langsung memukul Ayahnya Sabiru hingga terjungkal.

Few Part Senja Dilangit Jogja (End)Where stories live. Discover now