Epilogue

524 52 8
                                    

From : El mubarak

Jangan lupa hari ini pendaftarannya! Gue tunggu dikampus ya, nanti sekalian lo gue ajak buat keliling kampus sekaligus kenalan sama UKM nya. Sapa tau lo ketemu Gisha kan WKWK. Pokoknya jangan lupa diperiksa lagi ye. See you brou!

Hardi tersenyum simpul dan kembali memeriksa berkas yang akan ia pakai untuk mendaftar kuliah di kampus yang sama dengan sahabatnya, Jaziel. Merasa semuanya sudah ia bawa Hardi langsung memasukkan ke dalam tasnya dan turun menuju meja makan karena sang ibu telah memintanya untuk segera sarapan saat ini. Hardi cepat-cepat merapihkan semuanya dan menghembuskan nafasnya panjang, semoga hari ini hari yang baik untuknya.

Untuk masalah Gisha, pada akhirnya Hardi menceritakan soal mimpinya saat koma. Bagaimana disana tersusun rapih skenario antara dirinya dan Gisha yang menjalin rumah tangga hingga memiliki 1 anak perempuan, bertemunya kembali dengan Cantika yang menyebabkan retaknya rumah tangga mereka, Najendra yang datang juga menjadikan dirinya om favorit anak mereka, hingga kematian Alea akibat kecelakaan tabrak lari karena gadis kecil itu melihat dirinya bersama Cantika di toko perlengkapan bayi. Jaziel yang mendengarnya tercengang bahkan tak bisa berkomentar banyak soal mimpi yang dialami oleh Hardi.

Ya meskipun bertanya-tanya mengapa Gisha yang menjadi pemeran utama sebagai pendamping Hardi? Padahal ada Cantika yang lebih realistis karena mereka sempat menjalin hubungan selama 3 tahun lamanya. Tapi semua itu hanya ia pendam karena tak mau membuat sahabatnya itu malah memikirkan hal yang tidak penting, lagi pula itu hanya mimpi. Semua orang bisa bermimpi seperti itu.

Maka dari itu, Jaziel terus meledeknya soal Gisha yang membuat si tampan harus menahan amarahnya karena mulut besar si sahabat. Jika bukan satu-satunya teman yang ia miliki, mungkin sudah Hardi gantung di pohon belakang rumahnya Jaziel ini. Sungguh, ia muak mendengar ledekan itu keluar terus menerus dari mulutnya.

"Sudah disiapkan semua keperluannya, bang? Nanti kamu diantar supir ya karena ayah gak bisa antar kamu ke kampus" ujar Bayu disela membaca koran. Hardi mengangguk dan berterima kasih kepada sang ibu yang menaruh toast berisikan telur setengah matang ditengahnya. "Iya yah. Abang berangkat sendiri juga gak masalah kok, kaki ku juga udah sehat kayak sedia kala kan?" ucapnya dengan mengigit toast itu.

"Gak abang. Bunda gak izinkan kamu buat nyetir sendirian lagi. Cukup 5 tahun lalu buat bunda trauma sama kecelakaan kamu. Gak akan ada lagi kamu bawa mobil sendirian!" ultimatum sang ibu. Hardi menghela nafas ringan dan mengangguk karena jika Tera sudah berucap tak akan ada yang bisa membantahnya. Wina yang sedari tadi menyimak pun turut setuju akan ucapan Tera, karena menurutnya kecelakaan kemarin membuatnya cukup trauma akan ditinggalnya oleh sang kakak. Wina tak mau lagi seperti itu.

Selesai, keduanya langsung pergi menuju mobil yang telah disiapkan oleh supir mereka. Mengantarkan Hardi serta Wina pada tujuan yang sama. Kebetulan sekali adik perempuannya ini juga berkuliah di universitas yang sama dengan Jaziel, tentunya dengan dirinya juga yang akan mendaftar kesana. Wina baru saja menempuh pendidikannya pada semester 3 mengambil prodi Design Komunikasi Visual sementara Jaziel pada semester 7 mengambil prodi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota.

Sesampainya, keduanya tak banyak berbicara karena Hardi menikmati perjalanan mereka menuju kampus impiannya, sementara Wina tak mau mengganggu sang kakak yang menatap lalu lalang jalanan padat ibu kota. Sudah cukup baginya menatap wajah tenang itu kembali merona di sampingnya, bukan wajah pucat dipenuhi luka seperti kejadian beberapa tahun silam.

Wina begitu menyayangi Hardi meskipun terkadang lelaki ini suka sekali menjahilinya atau membuat dirinya kesal setengah mati. Hanya berbeda 2 tahun dengannya, membuatnya memang cukup dekat dengan Hardi. Bahkan jika mereka memeliki waktu luang, akan berbincang untuk membicarakan apapun atau sekedar siblings date. 5 tahun terakhir membuatnya harus menelan pil pahit dan kerinduan karena sang kakak harus terbaring lemah dengan alat-alat rumah sakit yang cukup menyakitkan, membuatnya tak tega untuk sekedar melihatnya.

THE OTHER WOMAN ✔️Where stories live. Discover now