Setidaknya

202 18 2
                                    

"Mas Thi, tadi, mas Tawan merintahin semua barang mas Thi diganti dengan edisi terbaru. Handphone baru sudah saya letakkan di atas laci kamar mas Thi. Terus, ada katalog mobil terbaru. Mas Thi kalau udah liat-liat bisa bilang saya biar saya ganti"

Thitipoom baru saja melangkah masuk rumah, Mbak Ella sudah berkata demikian. Ini sudah menjadi kebiasaan Tawan tiap dua bulan sekali, menganganti semua barangnya dengan barang-barang mahal. Entah barang lama dikemanakan.

Thitipoom membuka kamarnya. Benar saja, hampir semuanya baru. Ada katalog mobil juga dibawah kotak handphone keluaran terbaru dan termahal. Thitipoom melihat diatasnya ada black card. Sudah ada 2 black card Tawan yang ada pada dirinya.

Ini kenapa, Thitipoom merasa, Tawan diam-diam perhatian kepadanya.

Thitipoom membuka lacinya, meletakkan semua barang tersebut ke laci dan ia tutup kembali. Thitipoom memejamkan matanya,

Sepi.

Ia merasa sepi.

Tidak ada yang bisa ia lakukan. Tidak ada yang menemaninya. Bosan. Thitipoom melihat ponselnya, tidak ada kabar sama sekali dari Attaphan. Anak itu pasti sedang bersiap makan malam mewah dengan om-om yang akan dijodohkan dengannya. Kemudian, anak itu akan membuat ulah sehingga om-om itu tidak akan menikahinya.

Membayangkan saja, Thitipoom tertawa.

Thitipoom beranjak dari tidurannya. Ia membuka semua kain yang melekat dan menyisakan dalaman yang ia kenakan. Menatap dirinya sendiri dikaca.

Tidak buruk.

Kenapa Tawan tidak ingin?

Thitipoom tersenyum miris. Dirinya masih kepikiran dengan malam itu. Harga dirinya sungguh jatuh tapi Thitipoom tidak bisa berbuat banyak. Entah kenapa, berhadapan dengan Tawan sangat sulit.

Karena ia hanya bisa memuja Tawan.

Thitipoom kemudian mengambil baju tidur dan menumpuk baju yang ia kenakan tadi di keranjang baju kotor. Thitipoom duduk di meja rias, melihat wajahnya sendiri. Sebut saja Thitipoom narsis, tapi selama ia membersihkan make upnya. Ia merasa tampan sekaligus cantik.

Apa lagi yang membuat Tawan tidak bisa dengannya?

Thitipoom meringis. Ia mendadak ingat, Tawan adalah lelaki buaya yang memiliki banyak sekali pacar atau orang bayaran untuk menemaninya. Iya, mungkin, mereka lebih tampan atau cantik daripada Thitipoom.

Thitipoom menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau memikirkan itu karena ia tahu akan sakit karenanya. Toh, betapa cantik atau tampannya mereka, Thitipoom menang. Ia sudah menjadi suami Tawan sekarang.

Thitipoom membuka aplikasi google. Ia mengetikkan beberapa kalimat konyol tapi ia ingin mencoba suatu hal.

'Bagaimana agar suami nafsu kenapa kita?'

Ada beberapa jawaban:

Bicarakan hal yang menjurus ke ranjang

Awalnya saja sudah gugur. Bagaimana bisa? Mereka saja jarang mengobrol.

Tunjukan lewat gerakan meggoda

Sudah. Yang ada, harga dirinya jatuh.

Kenakan pakaian seksi.

Apa ia kurang seksi kemarin? Harusnya Thitipoom membeli largie?

Jangan lupa gunakan sentuhan.

Tidak. Ini tidak bisa.

Menonton film bersama

Ah sudahlah...

FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang