[ 00 ]. Prolog

91 10 21
                                    

Buih memandang hamparan sungai yang ada dihadapannya dengan pandangan kosong. Matanya masih terus terpaku pada air yang mengalir dengan tenang di sungai itu.

Jiwanya telah hilang sejak hari itu. Tidak ada lagi tatapan yang hangat, tidak ada lagi senyum manisnya yang selalu merekah dan tidak ada lagi wajah cerahnya yang selalu bersinar.

Saat ini hanya ada tatapan sayu yang selalu kosong, dengan rona pucat menghiasi bibir dan wajahnya.

Buih merasa hidupnya hampa setelah kepergian 'seseorang'. Ia merasa hati nya sudah mati. Tidak ada harapan lagi untuk dirinya tetap hidup. Gadis itu sudah putus asa sekarang.

Buih memejamkan matanya erat ketika merasakan dadanya tiba-tiba terasa sesak. Hatinya seakan tersayat ketika ingatan-ingatan itu muncul lagi dalam benaknya.

Gadis itu pun meremat kedua sisi pakaian yang ia kenakan untuk menyalurkan rasa sakit.

Dibalik matanya yang terpejam, ada setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Lalu semakin lama semakin deras. Buih menangis terisak.

Flashback

"Shel?" Panggil Karang menatap Buih lamat-lamat.

"Iya kak?" Buih menoleh ke samping dan membalas tatapan Karang.

Bukannya menjawab, Karang justru tersenyum.

"Kenapa sih?" Tanya Buih mengerutkan dahi seraya terkekeh.

"Lo tau gak?" Ucap Karang.

"Apa?"

"Lo itu wanita tercantik setelah bunda. Dan lo juga wanita yang paling gue sayang didunia ini setelah bunda, shel."

Mendengar itu, seketika wajah Buih memerah. Gadis itu menjadi salah tingkah sendiri.

"A-apa sih kak,Ucap Buih dengan pelan lalu memalingkan wajahnya kesamping. Jangan sampai Karang melihat wajahnya yang sudah merah padam seperti kepiting rebus.

Karang yang melihat tingkah Buih, seketika tertawa. Buih sangat lucu jika sedang malu-malu, oleh karena itu Karang suka sekali menggoda nya.

"Lucu banget sihh." Karang tertawa puas.

"Ihh dasar. Bisa aja bikin orang salting." Buih mencubit pelan lengan Karang.

Meeting In The Rain And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang