The Met

277 30 8
                                    

Senja mulai merayap di ufuk barat. Min Ho mengeratkan seat beltnya salagi membelah jalanan kota Manhattan. Penerbangan dari Seoul-New York seharusnya cukup menguras banyak tenaga. Tapi hari ini adalah hari paling istimewa karena dia sudah jauh-jauh hari mengagendakan momen ini. Tanpa terasa jet lag dan rasa lelah nya seperti sirna. Sebentar lagi dia akan bertemu dengan wanita pujaannya untuk melakukan museum date bersama. Tentu saja wanita itu adalah Song Hye-kyo. Lee Min Ho tidak akan pernah lelah untuk melafalkan namanya. Wanita cantik itu sangat berbeda dari sekian wanita yang pernah dikencaninya. Atau mungkin Min Ho memang tidak pernah serius mengencani seorang wanita karena dia masih terpaku pada sosok Song Hye-kyo sebagai standar wanita idamannya. Tanpa disadarinya dia memasukan kriteria itu pada beberapa wanita yang pernah menjalin hubungan dengannya. Min Ho secara halus telah mengacaukan hubungan pribadinya dengan beberapa wanita karena dia selalu menginginkan sosok Song Hye-kyo dalam diri mereka. Entah wanita mana yang bisa menerima fakta itu hingga Min Ho sadar untuk secara perlahan berusaha menutup hatinya sampai dia benar-benar bisa menerima kenyataan bahwa wanita seperti Song Hye-kyo hanya cukup sampai di angan-angan. Wanita itu bahkan tidak akan pernah sampai ke matanya. Min Ho bahkan berusaha bernafas dengan sekuat tenaga saat mendengar bahwa Song Hye-kyo akan menikah. Dunianya hancur sejak saat itu. Hingga akhirnya waktu terus saja berlalu dengan membawa berbagai macam skenario dan kebetulan yang seperti berjalan diluar dugaan. Tanpa di duganya Tuhan seperti mengabulkan setiap doa-doa yang secara rutin dia selipkan. Semesta seperti menyerah untuk membiarkan cintanya selalu bertepuk sebelah tangan. Dewi Korea itu tiba-tiba dikirim begitu saja dalam hidupnya seperti sebuah kesempatan. Dan tentu saja sejak saat itu Min Ho setengah mati berusaha untuk mempertaruhkan peruntungannya. Bahkan ketika wanita cantik itu telah benar-benar menjadi miliknya Min Ho tidak akan berhenti untuk terus mengejarnya.
Min Ho turun dari mobil dan segera berjalan menuju entrance gedung Metropolitan Museum Of Arts. Hye Kyo mengabarinya bahwa wanita itu akan menunggu Lee Min Ho di galeri Claude Monet. Min Ho berusaha menormalkan detak jantung nya yang selalu berdentum keras setiap kali dia akan bertemu dengan Song Hye-kyo. Hingga akhirnya Min Ho benar-benar melihat wanita itu tengah berdiri disana. Dengan anggunnya dia mengamati lukisan Bridge Over a Pond of Water Lilies karya Claude Monet. Rambut hitam kecoklatannya tampak di gerai indah. Melihat sosoknya dari belakang saja Min Ho sudah kesusahan mengatur nafas. Mendadak langkahnya terasa berat saat sedikit demi sedikit pria tampan itu berusaha mendekat. Entah demi apapun Min Ho belum siap saat wanita cantik tiba-tiba membalikan badannya hingga dia tepat menatap Min Ho lurus-lurus. Min Ho pun seperti mematung untuk sesaat. Dari balik maskernya wanita cantik itu tersenyum terlihat dari kilau matanya yang melengkung indah.
"Bagimana kau bisa langsung mengenaliku?" Ucap Min Ho pada wanita cantik di hadapannya.
"Kau punya signature aroma yang khas aku bisa dengan mudah mengetahui kedatanganmu meski dengan mata tertutup" Balas Hye Kyo terus terang. Min Ho selalu mengkombinasikan parfum dengan aroma woody dan musk. Membuat siapapun betah untuk berlama-lama dalam pelukannya.
"Katakan kau menyukai aroma ku. Maka aku tidak akan pernah mengganti merk parfum ku seumur hidup" Min Ho berani bertaruh memancing tawa Song Hye Kyo.
"Konyol sekali" Hye Kyo kembali memutar badannya untuk kembali fokus menatap lukisan. Min Ho juga tertawa lalu ikut berdiri di samping Hye Kyo ikut menatap keindahan karya milik Claude Monte. Mereka berdua memliki selera yang sama. Di setiap kota asing yang mereka kunjungi mereka selalu menyempatkan diri untuk menyambangi museum. Bagi mereka museum bukan hanya sebatas galeri seni tapi juga anti toksin. Bahkan museum bisa menjadi destinasi healing dan sumber inspirasi. Kesukaan yang sama itu membawa mereka untuk betah berlama-lama di museum The Met.
"Kuil-kuil Mesir ini bukan hanya sekedar rumah untuk patung pemujaan tapi desain dan dekorasinya juga mewakili berbagai konsep keagamaan dan mitologi" Papar Hye Kyo saat mereka sudah berada di galeri 131 tempat Tample Of Dendur berada. Min Ho takjub pada wanita disamping nya. Dia mampu mengingat detail terkecil yang belum pernah dia ketahui sebelumnya.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Hye Kyo bertanya saat Min Ho hanya diam menatap nya.
"Aku heran bagaimana seseorang bisa menjadi begitu cantik dan mengagumkan disaat bersamaan?" Ucap Min Ho membuat Hye Kyo memutar matanya malas.
"Aku sudah sering kesini Min Ho-ssi, aku sangat memperhatikan ketika para tour guide menjelaskan. Jadi kau berhentilah memujiku dengan berlebihan" Omel wanita cantik itu dengan begitu manis. Min Ho segera meraih tangan kiri Hye Kyo lalu mengenggamnya lembut.
"Seandainya aku bisa meminjamkanmu kedua mataku agar kau bisa melihat bagaimana selama ini aku melihatmu" Ucap Min Ho tulus. Hye Kyo menatap lembut pria tampan itu. Hingga untuk sesaat dunia terasa seperti milik mereka. Keduanya hanyut dalam atmosfer cinta yang begitu memabukan.
"Terimakasih sudah mencintaiku" Hye Kyo berguman lirih membuat Min Ho tersenyum miris. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada wanita secantik ini? Batin Min Ho berdecak. Sementara di pelataran gedung The Met seorang wanita dengan setelan feminim nya tampak berjalan santai memasuki lobby. Wanita cantik dengan wajah oriental itu terlihat baru pertama kali mengunjungi The Met. Tangannya menggenggam selembaran yang berisi denah berbagai macam galeri. Wanita itu tampak berputar-putar menjelajah segala sesuatu yang membuatnya penasaran. Hingga pada satu momen. Kedua matanya tampak merekah. Tubuhnya mematung untuk sesaat diiringi dengan aliran darah yang terasa berdesir dengan kuat. Wanita itu melihat pemandangan yang sanggup membuat hati dan logikanya bergerak tak selaras.
"Min Ho, Oppa?" Lirih nya seperti hanya mampu di dengar oleh dirinya sendiri. Pria yang membelakangi nya itu adalah pria yang sama yang masih menempati sudut paling istimewa di hatinya. Suzy tidak salah lihat. Pria dengan sweater broken white yang dilihatnya itu adalah Lee Min Ho. Mantan kekasihnya.
"Bogoshipo, oppa" Lirihnya seolah hampir tak terdengar. Dia merindukan momen untuk bertemu dengan pria itu dan menjelaskan semuanya. Baginya Lee Min Ho perlu tau bahwa mereka tidak perlu berakhir seperti ini. Itu terlalu mudah untuk dua tahun yang begitu indah. Selain itu Suzy masih sangat percaya bahwa Min Ho masih mencintainya. Dan dia yakin tidak ada yang bisa merubah itu. Dengan ragu Bae Suzy memberanikan diri untuk menghampiri Lee Min Ho yang berdiri di atas balkon.
"Oppa" Lirih nya sepelan mungkin tapi masih mampu terdengar oleh Lee Min Ho. Pria itu reflek memutar badannya dan betapa terkejutnya Lee Min Ho menyadari siapa yang telah berdiri disana. Wanita itu melihatnya dengan tatapan sayu dan ekspresi yang setengah ingin menangis. Hingga belum sempat Min Ho bersuara Suzy sudah berhambur lebih dulu ke dalam pelukannnya lalu menangis menumpahkan segala rasa sakit dan rindunya. Entah suatu kebetulan atau takdir Hye Kyo yang pamit untuk mengangkat telfon dari Ellen telah kembali dan secara tidak sengaja menyaksikan momen pertemuan dua mantan kekasih yang sempat saling mencintai. Hye Kyo langsung menghentikan langkah nya. Wanita cantik itu terpaku. Gelenyar rasa sakit perlahan mulai menggema seolah menggemuli rongga dadanya. Membuatnya merasa berada ditengah-tengah antara Lee Min Ho dan Bae Suzy. Hye Kyo memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu sebelum Min Ho menyadari kehadirannya.

All About Minkyo CoupleWhere stories live. Discover now