26. Mood swing

134 9 0
                                    

Di dalam kamar, di rumahnya yang berada di salah satu negara bagian Amerika Serikat, Flori berdiskusi begitu serius dengan asisten pribadinya lewat panggilan video. Sengaja wanita itu memojok di ranjang dan memakai headphone agar apa yang diucapkan oleh asistennya tidak bisa didengar siapapun.

Flori berulangkali membaca pesan dari asistennya. Itu adalah isi terjemah dari bahasa Sunda dimana Flori mereka percakapan Hasan dengan Hasna.

"Yang bener? Jadi, si Hasan it–..." Flori tak melanjutkan ucapannya. Ia melotot kala menatap ke arah pintu. Takutnya tiba-tiba ada Hasan.

"I-ini beneran? Lu ga bohong, kaan? Gua pecat, lho, kalo lu boong!" ucap Flori mendekatkan ponsel ke arah kamera.

"Beneran, non cantiik. Hasan tu ternyata tertarik sama non!"

"Masa? Ciuus?" tukas Flori berlagak terharu.

"Malah becanda! Serius! Si Hasan tu emang tertarik sama non. Dia juga kayaknya sakit hati banget sama si Euis ituu. Itu pasti mantannya, non!" ucap asisten pribadi yang sedang asik mencuci mobil sembari bicara.

"Gimana kalo gua suka ama dia?"

"Hmmm." Flori merengek lesu seolah tak siap.

"Angelo gimana? Ekhem!" sahut asisten pribadi itu tanpa canggung sama sekali.

Raut Flori berubah drastis. Mendengar nama mantan kekasihnya yang dahulu merajut kasih bertahun-tahun lamanya membuat lubuk hatinya merasa terkikis.

Asisten pribadi itu tampak menyesal. Dengan penuh rasa sesal ia panggil nama sang nona dan meminta maaf. 

"Ck! Masa lalu, bruuh... kita harus move on!" ucap Flori berlagak petakilan.

"Tapii... dipikir-pikir... dia jahat juga mau gugurin anaknya sendiri. Dan anaknya, kan, bukan dia yang ngandung, tapi istrinya yang ngandung. Hahaha." Flori bicara sembari memainkan gelang-gelang aksesori di tangan.

"Tapii... itu, kan, demi non."

"Huuft. Bodo amat ah. Kalo emang cinta, ga usah dia main-main ama cewek lain. Belagak suci depan gua! Di belakang, main cewek sana-sini. Alesannya ga pake perasaan."

"Hiliih! Bicit!" sembur Flori sangat sinis seperti perundung yang sedang menjahati korbannya.

"Eh, eh, eh!"

"Yes, non cantiiik..."

"Menurut lo, kalo gua nanti cinta ama si Hasan, gimanaaa?" rengek wanita muda itu seperti sedang tersakiti.

"Saya mah no komen. Yang pasti, dia ga Red flag. Itu menurut saya yaa. Saya mana mau non punya suami ga baik."

Bibir ranum itu melengkung turun dengan mata yang berkaca-kaca. Hidup tiga hari dengan banyak orang saja ia sudah tergoda oleh Hasan. Apa kabar kalau sampai mereka berdua hidup berdua selama berbulan-bulan? Flori bahkan tak mau membayangkaannya.

Flori berubah tegas dan serius. Ia perintahkan asistennya tuk menyebutkan hal buruk dari seorang Hasan.

"Aduh, non. Jujuuur.... Hasan ga punya hal buruk, non."

"Halaaah... lu naksir, ya, ama suami guaaa?! Haaaaa? Hayooo!" goda Flori memicing tajam.

"Enak aja! Suami saya ganteng, yaa!"

Pintu kamar utama yang sedang dipandangi oleh Hasan di koridor dengan jarak 2 meter itu tiba-tiba terbuka dan mengeluarkan suara sensor. Tatapannya jatuh pada sepasang kaki putih mulus tertutup sandal boneka jumbo berbentuk gajah.

"Main, yuk." Wanita dalam balutan celana tidur yang sangat amat pendek menyandar manja pada kusen pintu. Satu tangannya ia peluk. Satunya lagi turun dengan handphone dalam genggaman.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Where stories live. Discover now