9 - Apa Kau Punya Kimchi?

106 23 0
                                    

Sorry for typo(s)!

---

Jinyoung pergi ke tempat penampungan anak-anak. Setelah beberapa kali melontarkan pernyataan yang sama kepada petugas polisi lainnya, Sooji bisa pergi ke tempat penampungan wanita.

Ibunya, yang dilarikan ke rumah sakit, dipindahkan ke unit perawatan intensif setelah menjalani operasi. Sooji mengunjunginya secara teratur dengan polisi pada waktu yang ditentukan. Beberapa hari kemudian, ketika dia mendapat telepon bahwa ibunya sudah sadar, dia berlari dengan panik.

Unit perawatan intensif yang terang dipenuhi dengan suara mekanis. Di antara pasien yang cemas bolak-balik antara hidup dan mati, hanya ibunya yang matanya terbuka. Mata yang menatap langit-langit tidak fokus, hanya kegelapan yang berdesir seperti abu.

Sooji perlahan mendekati ibunya.

"Ibu."

Ketika dia memanggil nama itu, dia pikir dia tidak akan bisa memanggilnya lagi, tenggorokannya terasa panas. Pada saat yang sama, air mata mengalir di matanya. Tubuhnya gemetar karena perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Saat itulah mata sang ibu perlahan tertuju pada Sooji.

"...Itu kau, Sooji."

Bertentangan dengan ekspektasinya bahwa dia akan bahagia, suara ibunya terdengar pelan. Itu adalah suara yang mirip dengan wajah kosong, seolah semua emosi telah hilang. Dia mengira ibunya akan seperti itu karena dia lelah, tapi firasat aneh menggelitik bagian belakang lehernya.

"Ya."

"Bagaimana dengan orang itu?"

"...Dia menghilang."

"Dia tidak mati?"

Begitu mendengar perkataan ibunya, Sooji teringat akan darah yang berceceran di dalam rumah. Fakta bahwa tidak semua darah milik ibunya memberinya kelegaan yang menyeramkan namun aneh.

Sooji diam-diam mengulurkan tangan dan meraih tangan ibunya. Saat dia hendak berterima kasih padanya karena masih hidup,

"...Apa Ibu masih hidup?"

Pertanyaan ibunya berat. Sedemikian rupa sehingga dia bahkan tidak bisa menjawab.

"Kenapa?"

"..."

"Kenapa... Ibu masih hidup? Kenapa?"

Wajah ibunya, yang mempertanyakan kehidupannya, kosong. Ibu yang menangis kepadanya, mengatakan bahwa dia tidak boleh mati, sudah tidak ada lagi. Ibunya memandang langit-langit seperti orang buta lalu menggerakkan bibirnya yang kering.

"Ibu minta maaf."

"..."

"Maafkan Ibu, Sooji. Karena membuatmu hidup seperti ini..."

Permintaan maafnya berbeda dari sebelumnya. Berbeda dengan permintaan maaf sedih yang dinodai kesedihan, permintaan maaf itu tidak berbobot sama sekali.

Seolah-olah dia tidak punya hal lain untuk dikatakan selain itu.

Dia menerima permintaan maaf dari ibunya, namun hal itu tidak meringankan rasa sakitnya. Karena permintaan maaf tidak bisa menghapus waktu yang sempat ternoda luka. Namun, dia tidak bisa membenci atau menghibur ibunya.

Dia takut ibunya akan hancur seperti ini jika dia membencinya.

Itu lebih mengerikan.

Ibunya satu-satunya, berantakan. Ditinggal sendirian dalam kesepian yang menyedihkan ini.

Love HurtsWhere stories live. Discover now