8. Pemotretan

4.3K 251 9
                                    

Aroma angin di hari ini menyiptakan satu kebahagiaan bagi pria yang sedang duduk di balik kemudi.

“Pagi,” sapa Arjuna dengan senyum khas miliknya.

“Siang,” balas Nara singkat sembari tersenyum malu.

“Haha masih pagi tau ..., nih?” kata Arjuna yang memberikan satu cup hot choco dan satu buah roti manis.

“Seharusnya gue yang beliin lo, kalau lo yang terus beliin gue nanti lo bangkrut, tapi makasih ya, gue makan.”

“Eumm. Nggak masalah, Ra. Jangankan sarapan, makan siang sampai makan malam kalau kamu mau aku yang sediain,” ucapnya, “btw kita ke arah mana?” tanya Arjuna yang mulai menjalankan mobilnya, sedangkan Nara memasang gps menuju lokasi pemotretan.

Lagu berputar menemani perjalanan mereka. Sesampainya di lokasi, Nara meminta Arjuna untuk pulang karena pemotretan akan menyita banyak waktu.

“Nggak apa-apa, aku tungguin." Pernyataan singkat yang Arjuna lontarkan menandakan kesungguhannya.

“Nanti bosen nyalahin gue.”

“Nggak akan. Ya udah sana, semangat cantik.”

Yang dipanggil cantik hanya mampu menahan teriakannya, Nara perlahan sadar dan menerima kehadiran Arjuna, lebih tepatnya mungkin perasaan itu tumbuh kembali.

“Mau kemana?” tanya Ina yang melihat Arjuna meninggalkan tempat pemotretan.

“Ngerokok.”

“Nggak sanggup liat Nara bareng cowok itu?”

“Keliatan ya, Na?”

“Iya, haha.” Ina tertawa meledek.

Pandangannya tertuju kembali kepada sosok pria tampan dan sang wanita yang disukainya, ada senyum dan obrolan menyenangkan yang tertangkap mata Arjuna.

“Jangan ngeledek dong.”

“Huuh, cinta banget sama Nara?”

“Kayaknya nggak perlu dijawab kalau itu.”


Kini Arjuna pergi melangkahkan kaki ke luar ruangan, Nara memang cantik dengan make-up maupun baju yang digunakan, tetapi Arjuna tidak sanggup melihat Nara tertawa bersama laki-laki yang menjadi partner-nya saat ini, ada rasa cemburu yang menjalar dan perih dirasa tepat di hatinya.

Waktu istirahat telah selesai, Faiz dan Nara kembali mempersiapkan diri untuk konsep selanjutnya.

"Bulan besok gue sama lo lagi?" tanya Faiz yang kini berdiri di samping Nara.

"Ya enggak dong, pekerjaan gue bukan model dan ogah kerja sama lo, pegel pipi."

Faiz memang pribadi yang hangat, banyak tertawa bahkan saat mereka melakukan beberapa pose yang menuntut untuk memasang wajah yang serius.

"Awet muda, Nar."

"Bapak lo awet muda!"

Tawa ringan yang terdengar dengan kalimat yang terucap. "Lo tahu dari mana bapak gue awet muda."

fine line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang