AFFERO 16 - Fero's Departure

45 17 29
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Netra kelam milik pemuda bernama lengkap Afferozan Galarzo itu menyapu seluruh penjuru kamar yang sebentar lagi akan ditinggalkan olehnya. Poster-poster pemain basket favoritnya masih tertempel apik di dinding. Pernak-pernik dan dekorasi yang akan selalu ia ingat tata letaknya itu membuat Fero tak mampu lagi berucap selain mengulas senyum getir.

Hari ini juga, ia harus pergi meninggalkan semuanya. Demi suatu perintah dan kewajiban yang diamanahkan padanya.

Fero rela, meski sedikit terpaksa.

"Fero, ayo Nak. Nanti kamu ketinggalan pesawat."

Fero mengangguk lemah dan mulai berbalik menuju pintu keluar saat suara sang mama terdengar. Tatapannya bersirobok dengan Faro, sang saudara kembar yang tengah berdiri di ambang pintu. Fero tersenyum kecil dan mendaratkan satu tepukan pada pundak saudara kembarnya itu.

"Gue titip Dyezra sama lo. Gue mohon, jagain dia."

Saat itu, Faro benar-benar tidak bisa membalas ucapan Fero sama sekali. Di satu sisi dia ragu, tapi di sisi lain dia ingin membantu Fero. Karena sepertinya gadis yang bernama Dyezra ini sangat berarti bagi saudara kembarnya itu.

Apa aku sanggup melakukannya?

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

"Ini udah hari kedua si Fero absen. Kira-kira dia ke mana ya, Vio?" Ekspresi cemas terlihat jelas di wajah cantik Dyezra saat ini. Sesekali gadis itu akan mengecek ponselnya, siapa tahu saja Fero akan menghubungi dirinya, bukan?

"Lo tanya gue, terus gue tanya siapa? Udahlah, dia bukan anak kecil lagi, Ra. Lo nggak usah terlalu khawatir gitu," tutur Viona yang mencoba menenangkan sahabatnya.

"Masalahnya chat-chat gue tuh nggak ada yang dibalas sama dia. Telepon juga nggak diangkat. Kadang-kadang malah nggak aktif nomornya. Gimana gue nggak kepikiran coba."

Viona berdecak. Gadis itu langsung merampas ponsel Dyezra dari tangan sang empunya, dan menyembunyikan benda pipih itu di belakang tubuhnya.

Dyezra spontan mendelik tak terima. "Ck! Vio, siniin HP gue! Lo mau ngapain, sih?"

"Lo diem atau gue sita nih HP," ancam Viona dengan raut wajah serius. "Pengang telinga gue dengerin lo ngoceh soal Fero terus dari kemarin." Bukannya apa, Viona hanya tidak ingin sahabatnya ini terus bersedih. Sudah cukup dengan Tragedy Zenius Camp waktu itu, jangan ada hal lain lagi.

"Terus gue harus gimana, dong?" Dyezra mencebikkan bibirnya.

"Ya nggak gimana-gimana, Dyezra. Udah sih, santai aja. Nanti dia pasti bakalan ngabarin kok." Viona kembali berujar. "Mendingan lo fokus aja sama persiapan lomba. Bentar lagi berangkat, 'kan?"

Dyezra mengangguk lesu. Ia dan Viona saat ini tengah menikmati jam pertama di kelas mereka. Dyezra sendiri sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba karya ilmiah bersama Alka hari ini. Namun sepertinya, gadis itu tidak bisa fokus karena sang kekasih belum ada kabar sama sekali sejak kemarin.

"Iya, sih ... lo bener, Vio. Harusnya gue fokus sama persiapan lomba, bukannya malah galau-galau nggak jelas gini."

"Nah! Itu baru sahabat gue!"

Kedua gadis itu tertawa bersama hingga kedatangan Alka yang menjemput Dyezra untuk berangkat ke tempat perlombaan berhasil melunturkan tawa keduanya. Dyezra berpamitan pada Viona, dan Viona memberikan semangat dengan gerakan tangan mengepal pada sahabatnya itu.

Semangat, Dyezra! Lo pasti bisa!

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

Bandara Soekarno-Hatta.

Seorang pemuda tampak berjalan sendirian di sepanjang koridor bandara dengan menyeret sebuah koper sedang di tangan kanannya. Setelan jaket kulit berwarna hitam dan jeans biru yang dipakai pemuda itu membuatnya berhasil menarik perhatian gadis-gadis seumurannya.

Namun wajah pemuda tersebut terlihat datar tanpa ekspresi. Kakinya tetap melangkah maju dengan pandangan lurus ke depan. Mengabaikan tatapan-tatapan memuja yang ditujukan untuknya.

Ya, dia adalah Afferozan Galarzo.

Si anak tengah Keluarga Galarzo yang akan berangkat ke London pada hari ini untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai salah satu pewaris perusahaan keluarga di masa depan. Fero dengan segala keterpaksaan dan ketidakrelaan yang dirasakannya itu pada akhirnya memilih menyerah. Karena bagaimana pun, ini juga merupakan keputusannya.

Pemuda dengan jaket kulit itu menunduk, menatap ponsel yang sedari tadi berada digenggamannya dengan pikiran yang berkecamuk. Fero membuka laman percakapannya dengan Dyezra di aplikasi WhatsApp. Terlihat kalau gadis yang merupakan kekasihnya itu baru saja online beberapa saat yang lalu.

Senyum pedih kembali terukir di bibir Fero. Entah kesalahan apa yang dilakukannya di masa lalu hingga Tuhan tega memisahkannya dengan sang kekasih tercinta. Namun yang jelas, Fero sudah bertekad untuk segera menyelesaikan pekerjaannya di London dan kembali ke Indonesia secepat mungkin.

Lalu soal Faro yang ia minta untuk menggantikan posisinya sementara juga sudah ia bereskan. Ia sudah memberitahu saudara kembarnya itu tentang apa-apa saja yang harus dilakukan. Yang paling penting, ia juga sudah mengatakan pada Faro untuk sering-sering memberitahunya tentang apa-apa saja kegiatan yang dilakukan oleh kekasihnya selama di sekolah. Ia akan memantau Dyezra lewat Faro selama ia berada di London.

See you soon, Indonesia.



Aaaaaa, pada akhirnya Fero tetap berangkat ke London😭 Agak nggak rela sih ngelepasnya, apalagi kalo sampe Dyezra tau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aaaaaa, pada akhirnya Fero tetap berangkat ke London😭 Agak nggak rela sih ngelepasnya, apalagi kalo sampe Dyezra tau.

AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang