Bagian 1 - Shane

67 14 0
                                    

London, United Kingdom, 1885.

"Anak tidak tahu diuntung, kau berhasil masuk ke Akademi Leicestine karena koneksi dari Duke Hylos. Andaikan aku bukanlah bibimu, kau pasti akan menjadi pelayan selamanya!" Teriakan seorang perempuan tua menggema di ruang tamu kediaman Ludwein. Perempuan tua itu adalah Bibi Rose, kakak dari ibu kandung Shane. Bibi Rose merupakan orangtua angkat Shane semenjak kedua orangtuanya meninggal akibat kecelakaan di Sungai Rudwin, Irlandia.

Pagi ini, Shane mendapatkan kabar baik. Ia dan sepupunya, Estio, mendapatkan beasiswa dari Akademi Leicestine. Akademi tersebut menawarkan mereka untuk belajar selama tiga tahun seputar sejarah, matematika, ilmu alam, dan ilmu sihir Kerajaan Barat. 

Shane sangat senang mendengar kabar ini. Pasalnya, meskipun ia dirawat oleh Bibi Rose, beliau tidak memperbolehkan Shane untuk belajar hal apapun kecuali pekerjaan rumah. Lebih tepatnya, Bibi Rose selama ini merawat Shane sebagai seorang pelayan, bukan seorang anak yang harus dibesarkan sebagaimana semestinya.

Wajah Shane sangat bersinar cerah ketika memegang undangan dari Akademi. Amplop berwarna emas dengan cap kerajaan diatasnya, memegang amplop ini adalah impiannya sejak dulu. Kerap kali ia iri melihat sepupunya yang lain mendapatkan undangan tersebut. Namun, kini amplop emas itu ditujukan kepadanya, atas nama Zishane Xaverio.

Tapi ada satu masalah disini. Hal itu berhubungan dengan alasan Bibi Rose berteriak padanya. Shane besok harus masuk ke akademi, tentu ia harus membeli perlengkapan untuk dirinya. 

Akademi Leicestine merupakan asrama siswa, tidak ada yang diperbolehkan untuk keluar dari akademi kecuali pada hari-hari tertentu. Seluruh siswa di akademi akan menginap di asrama selama kurang lebih tiga tahun lamanya hingga kelulusan mereka tiba.

Berpacu pada isi dari surat undangan, Akademi Leicestine meminta siswanya untuk mempersiapkan beberapa barang tertentu. Barang-barang tersebut nantinya akan digunakan selama kegiatan belajar-mengajar di akademi. Akademi meminta siswa untuk membawa beberapa set pakaian, jubah, dan tentunya tongkat sihir.

Shane yang tidak memiliki kendali apa-apa, mencoba untuk meminta Bibi Rose untuk membelikannya perlengkapan akademi. Shane pikir, gajinya sebagai pelayan akan cukup untuk membeli semua kebutuhan tersebut. Namun, Bibi Rose ternyata menolak permintaan Shane.

"Hei, sebaiknya kau gunakan saja tubuh jalangmu itu untuk mendapatkan uang. Kau butuh kan?" Estio, sepupunya itu datang menghampiri Shane. Tatapan Estio terlihat sangat merendahkan lawan bicaranya. Estio berdecih, kemudian menghampiri ibunya.

"Mom, aku ingin mendapatkan jubah yang paling mewah. Aku mau menunjukkan kepada teman-teman baruku bahwa keluarga Ludwein adalah yang terbaik. Kapan kita akan pergi?" Estio bergelayut manja di lengan Bibi Rose.

Bibi Rose tersenyum, ia kemudian mengelus rambut pirang anak semata wayangnya. Estio yang tampan dan manis, ia adalah wajah sempurna untuk permaisuri berikutnya. Bibi Rose sangat menyayangi anaknya itu lebih dari hartanya. Demi Estio, ia rela melakukan segala hal.

"Tentu, mari kita beli sekarang." Bibi Rose memanggil sejumlah pelayan untuk membantunya menyiapkan kereta kuda dan koper untuk belanja.

Sementara itu, Shane menatap diam ke arah keduanya. Potret Estio yang memandangnya sinis dan Bibi Rose yang acuh, Shane bersumpah jika ia diperbolehkan menangis, maka air matanya sudah mengalir sejak lama. Namun inilah keseharian Shane. Pemandangan seperti ini bukanlah hal yang pertama kali dalam hidupnya. Air matanya sudah kering sejak awal ia ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Shane yang sekarang hanyalah sebuah lukisan kosong, tanpa ekspresi.

"Oke, aku akan memakai baju yang cantik. Ibu tahu, Pangeran Zevion dan bangsawan lainnya juga mendapatkan undangan masuk Akademi tahun ini. Ohh, aku tidak akan melewatkan kesempatan ini jika nanti akan bertemu dengan mereka di salah satu toko. Aku harus terlihat menawan, Mom!" Estio berteriak histeris, jika dapat dideskripsikan, wajah Estio sekarang seperti terdapat bintang yang keluar dari matanya. Ia sangat bersemangat ketika sudah mengungkit para lelaki dominan.

"Oh benar sekali, Estio sayang! Kau harus mengenakan pakaian berwarna emas, Pangeran Zevion menyukainya." Bibi Rose juga turut bersemangat. Ia akan mendukung anaknya untuk bersanding dengan Pangeran, bagaimana pun caranya.

"Lalu bagaimana denganku, Bibi? Aku harus mempersiapkan apa? Kau tahu aku bahkan tidak memiliki sepeser uang pun untuk membeli jubah." Shane menatap Bibi Rose meminta bantuan. Setidaknya biarkan Shane merendahkan dirinya sebentar saja sebelum ia akhirnya dapat terbebas dari kediaman ini.

"Dasar miskin, nih ambilah beberapa keping emas. Jika kurang, memakai ide Estio untuk menjual tubuhmu juga bukanlah pilihan yang buruk." Bibi Rose melemparkan keping demi keping emas ke lantai. Ia membiarkan Shane memungut kepingan emas itu layaknya anjing. Bibi Rose berjalan melewati Shane, kakinya menginjak keseluruhan keping emas di lantai.

"Terimakasih, Bibi." Meskipun direndahkan, Shane tetap mengucapkan terimakasihnya kepada Bibi Rose. Ia pun menunduk, kemudian memungut kepingan emas yang berserakan. Yah, tidak buruk juga. Sekarang Shane punya sekitar 9 krunk (emas) untuk ia gunakan.

Shane berdiri perlahan, ia hendak segera juga berganti baju untuk pergi ke pusat perbelanjaan ibukota untuk membeli perlengkapan akademi. 

Estio yang melihat Shane ingin bergegas, kemudian langsung menarik lengannya. Kini wajah mereka berhadapan. Estio menarik kencang rambut hitam legam milik Shane hingga ringisan terdengar dari pemiliknya.

"Aku akan memperingatkanmu, jangan sampai wajahmu muncul bersamaan denganku di pusat perbelanjaan. Dan jika kau bertemu dengan Pangeran atau anak dari Duke Ergy, segera beritahu aku!" Estio mengancam Shane dengan tatapan kebencian.

"Aku akan membuat diriku tidak terlihat. Jangan khawatir, aku tidak suka sorotan." Shane membalas ancaman Estio dengan tenang. Hey, siapa yang memangnya ingin pergi berbelanja bersama dengan tahta tertinggi Ludwein. Shane tidak akan membiarkan dirinya ikut campur sekalipun dalam kehidupan Estio. Penggemar fanatik Estio juga begitu banyak diluar sana, sudah pasti kemanapun ia pergi, akan ada penggemar yang mengikutinya.

Estio adalah calon permaisuri Kerajaan Barat, semua orang tahu itu.

"Bagus, enyahlah."

Estio mendorong tubuh Shane cukup kuat hingga dirinya terjatuh ke lantai. Beruntung lantai dibawahnya ini terdapat karpet yang terbuat dari bulu domba, sehingga ketika jatuh pun tidak terasa sakit.

Shane menatap dalam diam kepergian Estio dari jauh. Klise sekali, apakah hidupnya akan selalu seperti ini?



Estio Alexandra Ludwein

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Estio Alexandra Ludwein

My Dear Secret LoverWhere stories live. Discover now