Part 04;Pil penggugur kehamilan

31.6K 1.4K 7
                                    

04

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

04.Pregnancy termination pills

Dengan cara mengendap-endap Atlantik memasuki area dapur dimana keberadaan Elara saat ini. Mengedarkan pandangan dulu ke sembarang arah memastikan disana tidak ada pelayan lain sebelum Atlantik mengulurkan sesuatu.

"Minum pil ini."

Usai menutup lemari dapur mengurungkan niatnya mengambil bahan-bahan herbal untuk Ibu Atlantik, ia kemudian memusatkan perhatian pada Atlantik. Sebelumnya, Elara di tugaskan untuk membuatkan obat herbal untuk Belinda.

Kemudian Elara menjatuhkan tatapannya pada bungkusan kapsul yang di arahkan oleh Atlantik, kening Elara menekuk samar. Ia masih bingung entah obat apa yang diberikan oleh Atlantik padanya. Namun, Elara tetap meraihnya.

"Ini obat apa, Atla?"

"Obat aborsi. Meminum pil penggugur kehamilan lebih muda memusnahkan janin itu dari pada konsultasi dengan dokter ahli, ribet. Gue udah cari internet dan hasilnya, kapsul itu yang paling efektif. Minumlah obat ini, janin itu akan musnah dengan sendirinya."

Elara melempar kemasan obat itu ke sudut. "Atla benar-benar sudah gila! Terserah mau Atla menginginkan atau tidak bayi ini, biarkan Ara yang merawatnya setelah lahir, kita udah dosa melakukan itu tanpa ikatan pernikahan, Ara gak mau lagi menambah dosa dengan membunuh janin ini."

"Atla gak perlu berperan sebagai Ayah. Rencananya Ara bakal cari pekerjaan sampingan untuk biaya persalinan dan memenuhi kebutuhan Ara dan bayi ini kedepannya, Ara yang akan jadi Ibu sekaligus Ayah untuknya." Tambah Elara mantap, tidak ada keraguan dalam nada bicaranya.

Atlantik menggeleng samar atas pemaparan Elara. "Melakukan gak semuda berkata, Ara.." Tatapan elangnya bergulir kebawah hingga stuck di perut Elara yang masih rata. Jari telunjuknya mengacung menunjuk perut Elara.

"Perut lo semakin lama akan semakin membuncit, lo gak akan bisa menyembunyikan itu. Cepat atau lambat, orang-orang akan mengetahui kehamilan lo. Gak terkecuali sama pihak kampus. Lo akan di cap sebagai cewek murahan karena hamil tanpa sosok Suami dan kemungkinan besar beasiswa lo akan dicabut. Belum lagi dengan kemungkinan terburuk lainnya, yaitu di DO."

"Anak lo juga akan juluki sebagai anak haram. Sebelum semuanya terlambat dan lo semakin menyesal nantinya, mending dia di bunuh dari sekarang."

Tangan mungil Elara singgah diperutnya sendiri. Tanpa sadar dua sudut bibirnya sedikit tertarik, tak terpengaruh sama sekali dengan penuturan Atlantik.

"Untuk sekarang Ara gak akan memikirkan kemungkinan terburuk untuk kedepannya. Prioritas Ara hanya mempertahankan janin ini. Masalah terburuknya, biar belakangan. Intinya, Ara gak bakal melenyapkan bayi gak berdosa ini seperti permintaan konyol Atla."

"DMN! Lo bener-bener keras kepala!"

Atlantik memungut kembali obat yang dibuang oleh Elara. Ia meninggikan badannya dan memasukkan satu butir kedalam mulutnya. Dicengkeramnya kedua tangan Elara dengan satu tangan guna memblokir perlawanan Elara, yang lainnya mencengkram dagu Elara agar wajahnya tidak bergerak kesana-kemari.

Tanpa diduga-duga, Atlantik menautkan bibir mereka agar dapat mengalirkan obat yang ada di dalam mulutnya ke mulut gadis itu.

"Hmphh!!" Memberontak sebisanya, Elara mengatupkan bibirnya rapat-rapat, ia tidak akan membiarkan Atlantik berhasil!

"Telan bangsat!!"

Sukses adalah hasil dari Atlantik dalam misi memasukkan butiran obat tersebut. Akan tetapi, Elara memuntahkan kembali pil obat itu dari mulutnya. Elara menyeka bibirnya menatap Atlantik dengan wajah memerah padam, ia melayangkan sorot penuh permusuhan padanya.

"Seburuk-buruknya Daddy Atla, Atla adalah sosok Ayah paling terburuk di dunia ini! Atla gak pantes jadi seorang Ayah! Atla adalah Pria paling brengsek! benar-benar gak mempunyai hati nurani!"

Deretan kalimat yang mampu membuat Atlantik mematung di tempat. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat seraya menatap punggung Elara yang seketika itu juga telah menghilang dari pandangannya untuk mengamankan diri.

•••

Malam harinya, decitan pintu terdengar samar dalam keheningan ini. Atlantik membuka daun pintu kamar milik Elara pelan-pelan agar tak mengusik penghuni kamar.

Sebelum tidur, jelas saja Elara tak lupa mengunci kamarnya untuk berjaga-jaga akan kemungkinan terburuk. Sayangnya, Atlantik yang notabenya pemilik rumah, mempunyai kunci cadangan.

Setibanya di dalam kamar Elara, Atlantik mengamati gadis yang sedang tertidur pulas dalam posisi terlentang dalam diam, ia tidak mengenakan selimut. Matanya tanpa sengaja terpatri tepat diperut datar Elara.

"Sekarang, itu masih rata, gak tahu gimana penampilan Ara kalo itu udah membengkak kaya balon.." Gumamnya pelan.

Merangkak Atlantik naik keatas ranjang minimalis mendekati Elara, tangannya perlahan tapi pasti menyentuh perut Elara, memberikan remasan terkesan kasar disana. Sepasang iris emerald miliknya memancarkan kilat dendam yang mendalam.

"Lo tumbuh di rahim orang yang salah janin sialan!"

Atlantik mengutuk darah dagingnya sendiri. Ada rasa kebencian besar yang mendorong jiwanya untuk membunuh benih yang sedang berkembang di rahim Elara saat ini juga. Namun, rasa tidak tega yang tak kalah besar pula timbul secara tiba-tiba.

"Arghhhh! Kenapa harus Ara hah?! Lo akan membawa bencana di hidup Ara!!"

Mengerang frustasi, Atlantik meraup wajahnya gusar. Beranjak turun dirinya yang berarti membatalkan siasat jahatnya. Penyesalan, rasa bersalah yang menyeruak dalam batin tak akan mengubah keadaan terkecuali mengambil tindakan dari sekarang.

"Masa waktu mengandung rata-rata sembilan bulan. Di perkirakan dalam usia dua bulan, perut Ara akan mulai kentara. Gak perlu buru-buru, masih banyak waktu untuk melenyapkan bayi itu."

Atlantik mengangguki monolognya sendiri. Lalu tangannya bergerak menarik selimut untuk menutupi tubuh mungil Elara hingga sebatas dada.

"Iya! Sebelum perut Ara membuncit akan gue usahakan untuk membunuh janin terkutuk itu!" Sambungnya sebelum keluar dari kamar Elara, tak lupa kembali mengunci pintu rapat-rapat.

TBC..

PANGERAN ATLANTIK (Segera Terbit)Where stories live. Discover now